Mohon tunggu...
Hajimi
Hajimi Mohon Tunggu... Penulis - Life is Cute :)

Simple life, simple thoughts

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Squid Game - Gambaran Konsep Survival of The Fittest?

1 September 2024   16:17 Diperbarui: 1 September 2024   16:31 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Squid Game adalah drama Korea terkenal ber-genre Thriller yang dirilis di 2021 dimana season 2 akan diluncurkan Desember 2024 ini. Sangking terkenalnya, Squid Game menduduki peringkat pertama di Neflix pada saat itu.

Dramanya pendek 9 seri saja, jadi membuat lebih bersemangat untuk menontonnya, hehe. Sebagai peringatan, ada adegan kekerasan, sex, dll di dalamnya, jadi jelas bukan untuk anak-anak.

Squid Game intinya adalah permainan dengan hadiah uang 500milyar untuk 1 pemain, dimana untuk menjadi pemenang, pemain harus bertahan hidup hingga akhir (permainan ke-5).

Di awal mereka belum tahu sama sekali kalau permainan ini berkaitan dengan nyawa mereka, di permainan kedua mereka sudah sadar dan tetap bersedia lanjut meski taruhannya nyawa, karena pemain memang direkrut dari orang-orang yang sudah kehilangan harapan hidup karena banyaknya hutang maupun situasi kehidupan yang menghimpit lainnya.

Mereka memilih "jalan keluar" tercepat dari permasalahan hidup mereka, daripada nyawa mereka sendiri.

Tanpa disadari untuk menjadi satu-satunya pemenang, mulailah permainan bergeser menjadi untuk bertahan hidup, mereka harus mengalahkan dan membunuh pemain lainnya di permainan ketiga dst.

Suatu keadaan yang biasa kita sebut konsep "survival of the fittest", yaitu bagaimana manusia sebenarnya melakukan apa saja untuk bertahan hidup, termasuk di dalamnya "membunuh" atau merugikan pihak yang lebih lemah dan pada akhirnya siapa yang terkuatlah yang bertahan.

Mungkin kita tidak melihat kehidupan kita saat ini secara nyata seperti permainan ini. Memang tidak ada saling bunuh secara langsung, tetapi secara tidak langsung hal itu terjadi, misalnya dalam persaingan bisnis. Seringkali kita harus mengalahkan pesaing bisnis kita untuk dapat mempertahankan bisnis kita.

Mengalahkan atau dikalahkan.

Contoh lain misalnya, untuk memenangkan/mendapatkan pekerjaan dari ribuan pelamar lain, kita berusaha lebih pintar/rajin/hingga melakukan suap?

Kata kunci disini adalah persaingan.

Dimana terjadi persaingan, sebenarnya itu bentuk lain dari survival of the fittest. Secara tidak langsung yang kuat akan "membunuh"/mengalahkan yang lemah. Itu pulalah yang terjadi dengan sistem kapitalis yang dunia anut saat ini.

Sayangnya survival of the fittest ini adalah realita kehidupan yang tidak bisa kita hilangkan sepenuhnya. Tanpa persaingan, peradaban manusia tidak akan maju. Kita tidak akan berusaha dan menjadi kreatif.

Apa yang kita bisa lakukan adalah berusaha mengurangi kesenggangan dan meningkatkan keadilan dalam peraturan bermain, misalnya dengan :

1. Akses pendidikan dan kesehatan yang semakin merata = kesempatan yang lebih sama. Tanpa adanya ini, maka banyak orang akan terjebak di zona kaum pas-pasan, dimana mereka sibuk mencari makan dan memenuhi kebutuhan dasar lainnya (survival mode). Mereka memang tidak mati secara fisik seperti di Squid Game, tetapi mereka "mati" secara freewill (kebebasan berkehendak). Kenapa? Karena dalam banyak aspek kehidupan, mereka tidak mempunyai pilihan. Hidup yang memilihkan pekerjaan, tempat tinggal, dll mereka.

Bila modal pengetahuan dan kesehatan fisik bisa lebih merata, setidaknya akan terbentuk kelas-kelas menengah yang sudah tidak sibuk hidup untuk kebutuhan dasar seperti makan (survive), mereka memiliki waktu dan energi (modal) untuk mengembangkan diri.

2. Peraturan-peraturan yang memastikan persaingan berjalan semakin adil. Hal ini tidak mudah memang, karena peraturan "biasa" dibuat oleh yang kuat dan uang dapat mengubah peraturan. Tetapi tetap saja peraturan diperlukan, terutama untuk kehidupan kelas menengah kebawah dimana mereka adalah sebagian besar dari kita, masyarakat.

Dengan kata lain, saat sebagian besar masyarakat telah bersaing dengan tertib dan sehat, maka seperti poin 1, sebagian besar dari kita ada di zona tengah, dimana kita memang tidak menjadi pemenang permainan, tetapi juga tidak menjadi korban permainan.

Maka singkatnya, zona tengah inilah yang harus kita tuju.

Tetapi prakteknya memang tidak mudah, Internet yang tadinya terlihat seperti meningkatkan pemerataan pendidikan (dan memang iya), tetap saja berlaku hukum survival of the fittest, dimana yang memanfaatkan internet dengan baik untuk pengembangan dirinya akan mengalahkan yang tiap hari tiktokan, hehe.

Atau haruskah kita menambah 1 zona lagi, zona tiktokan alias pemain yang "membunuh/mengeliminasi dirinya sendiri" atau orang yang bahkan tidak sadar bahwa dia hidup? hahaha..

So, itulah kehidupan, dimana tanpa terasa kitapun berada di dalam permainan Squid Game besar?

by sosmed @hajimi_id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun