Mohon tunggu...
Hajimi
Hajimi Mohon Tunggu... Penulis - Life is Cute :)

Simple life, simple thoughts

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Squid Game - Gambaran Konsep "Survival of the Fittest"

1 September 2024   09:07 Diperbarui: 1 September 2024   10:29 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : quotefancy.com

Kata kunci disini adalah PERSAINGAN.

Dimana terjadi persaingan, sebenarnya itu bentuk lain dari survival of the fittest. Secara tidak langsung yang kuat akan "membunuh"/mengalahkan yang lemah. Itu pulalah yang terjadi dengan sistem kapitalis yang dunia anut saat ini.

Sayangnya survival of the fittest ini adalah realita kehidupan yang tidak bisa kita hilangkan sepenuhnya. Tanpa persaingan, peradaban manusia tidak akan maju. Kita tidak akan berusaha dan menjadi kreatif.

Apa yang kita bisa lakukan adalah berusaha mengurangi kesenggangan dan meningkatkan keadilan dalam peraturan bermain, misalnya dengan :

1. Akses pendidikan dan kesehatan yang semakin merata = modal dan kesempatan yang lebih sama. Tanpa adanya ini, maka banyak orang akan terjebak di zona kaum pas-pasan, dimana mereka sibuk mencari makan dan memenuhi kebutuhan dasar lainnya (survival mode). Mereka memang tidak mati secara fisik seperti di Squid Game, tetapi mereka "mati" secara freewill (kebebasan berkehendak). Kenapa? Karena dalam banyak aspek kehidupan, mereka tidak mempunyai pilihan. Hidup yang memilihkan pekerjaan, tempat tinggal, dll mereka.

Bila modal pengetahuan dan kesehatan fisik bisa lebih merata, setidaknya akan terbentuk kelas-kelas menengah yang sudah tidak sibuk hidup untuk kebutuhan dasar seperti makan (survive), mereka memiliki waktu dan energi (modal) untuk mengembangkan diri.

2. Peraturan-peraturan yang memastikan persaingan berjalan semakin adil. Hal ini tidak mudah memang, karena peraturan "biasa" dibuat oleh yang kuat dan uang dapat mengubah peraturan. Tetapi tetap saja peraturan diperlukan, terutama untuk kehidupan kelas menengah kebawah dimana mereka adalah sebagian besar dari kita, masyarakat.

Dengan kata lain, saat sebagian besar masyarakat telah bersaing dengan tertib dan sehat, maka seperti poin 1, sebagian besar dari kita ada di zona tengah, dimana kita memang tidak menjadi pemenang permainan, tetapi juga tidak menjadi korban permainan.

Maka singkatnya, zona tengah inilah yang sebaiknya kita tuju.

Tetapi prakteknya memang tidak mudah, Internet yang tadinya terlihat seperti meningkatkan pemerataan pendidikan (dan memang iya), tetap saja berlaku hukum survival of the fittest, dimana yang memanfaatkan internet dengan baik untuk pengembangan dirinya akan mengalahkan yang tiap hari tiktokan.

Atau haruskah kita menambah 1 zona lagi, zona tiktokan alias pemain yang "membunuh/mengliminasi dirinya sendiri" atau orang yang bahkan tidak sadar bahwa dia hidup? hahaha..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun