Mohon tunggu...
Dian Kusumanto
Dian Kusumanto Mohon Tunggu... Insinyur - Warga Perbatasan

Berbagi Inspirasi dari Batas Negeri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Cahaya Di Atas Cahaya

2 Februari 2025   14:51 Diperbarui: 2 Februari 2025   15:48 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cahaya Di Atas Cahaya (Journey of Me)

A. Cahaya Tauhid di Atas Cahaya Iman

  • Cahaya pertama = Keimanan kepada Allah.
  • Cahaya kedua = Makrifat (pengetahuan langsung tentang Allah).
  • Ini menggambarkan bahwa iman seseorang menjadi sempurna ketika disertai dengan makrifat dan pengalaman spiritual yang mendalam.

B. Cahaya Wahyu di Atas Cahaya Akal

  • Cahaya pertama = Akal manusia yang mampu berpikir dan mencari kebenaran.
  • Cahaya kedua = Wahyu Allah yang menjadi petunjuk tertinggi.
  • Manusia bisa mencari kebenaran dengan akalnya, tetapi tanpa wahyu, ia tidak akan mencapai kebenaran mutlak.

C. Nur Muhammad sebagai Cahaya di Atas Cahaya

Dalam tasawuf, Nur Muhammad sering dihubungkan dengan "Cahaya di atas Cahaya", karena:

  1. Nur Muhammad adalah cahaya pertama yang Allah ciptakan.
  2. Al-Qur'an adalah wahyu yang turun dari cahaya Ilahi.
  3. Nabi Muhammad adalah personifikasi sempurna dari wahyu dalam bentuk manusia.

Sehingga, "Cahaya di atas Cahaya" bisa diartikan sebagai:

  • Nur Ilahi yang termanifestasi dalam Nur Muhammad.
  • Al-Qur'an sebagai cahaya yang turun kepada Nabi Muhammad, yang juga merupakan cahaya petunjuk bagi manusia.
  • Nabi Muhammad sebagai "Al-Qur'an yang berjalan," yang membawa cahaya Ilahi dalam kehidupannya.

4. Kesimpulan: Makna Spiritual "Cahaya di dalam Cahaya"

  1. Allah adalah sumber segala cahaya, baik secara fisik maupun spiritual.
  2. Cahaya di atas cahaya adalah lapisan-lapisan cahaya petunjuk Allah yang diberikan kepada manusia dalam berbagai bentuk, seperti akal, iman, wahyu, dan Nur Muhammad.
  3. Al-Qur'an adalah cahaya petunjuk yang diturunkan dari Allah dan terwujud dalam kehidupan Nabi Muhammad.
  4. Seorang hamba yang ingin mencapai makrifat harus menyucikan dirinya agar mampu menerima cahaya Ilahi dengan sempurna.
  5. Shalawat kepada Nabi Muhammad adalah salah satu cara untuk mendapatkan cahaya ruhani yang lebih dalam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun