Hubungan Spiritual antara Allah Yang Ahad dengan Nur Muhammad atau Ahmad dalam Tasawuf
Dalam ajaran tasawuf, konsep hubungan antara Allah Yang Ahad (Esa) dan Nur Muhammad memiliki kedalaman makna yang berhubungan dengan penciptaan, manifestasi ilahi, serta hakikat kenabian Muhammad SAW. Ini juga terkait dengan penyebutan Ahmad dalam Al-Qur'an.
1. Allah Yang Ahad sebagai Sumber Segala Sesuatu
Allah disebut Al-Ahad dalam QS. Al-Ikhlas: 1:
"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa."
- Al-Ahad (Maha Esa) berarti Allah adalah satu-satunya keberadaan mutlak yang tidak terbagi.
- Segala sesuatu yang ada adalah manifestasi dari kehendak-Nya, bukan bagian dari-Nya, tetapi diciptakan oleh-Nya.
Dalam konsep tasawuf, Allah sebagai Zat Mutlak tidak bisa dikenal secara langsung oleh makhluk biasa. Oleh karena itu, Allah menampakkan sifat-sifat-Nya melalui ciptaan-Nya, termasuk melalui cahaya pertama yang diciptakan, yaitu Nur Muhammad.
2. Konsep Nur Muhammad dalam Tasawuf
Konsep Nur Muhammad muncul dalam tradisi tasawuf dan filsafat Islam yang menggambarkan bahwa:
- Allah menciptakan Nur Muhammad sebagai makhluk pertama sebelum alam semesta ada.
- Dari cahaya ini, Allah menciptakan langit, bumi, malaikat, dan seluruh makhluk lainnya.
- Nur Muhammad dianggap sebagai realitas spiritual Nabi Muhammad SAW yang sudah ada sebelum tubuh fisiknya diciptakan di dunia.
Hadis yang sering dikaitkan dengan konsep ini (walaupun diperdebatkan kesahihannya) adalah:
"Awal yang diciptakan oleh Allah adalah cahayaku." (Hadis Jabir, dalam beberapa kitab tasawuf)
Dalam pemahaman ini, Nur Muhammad adalah perantara antara Allah yang Maha Ghaib dengan ciptaan-Nya.