Aku terlahir dari dua insan yang tugas utamanya adalah guru. Ayahku seorang guru pada sebuah pondok pesantren. Sedangkan ibuku juga mengajar padatempat yang sama dengan ayahku. Mereka berdua adalah sosok guru yang benarbenar memberikan ilmu yang mereka miliki dengan ikhlas. Ayahku, sampai beliau meninggal dunia masih berstatus sebagai guru sedangkan ibuku mengajar sampai usia beliau 55 tahun .
Pada awal masuk perguruan tinggi aku memiih jurusan nonTarbiyah karena di kampus yang aku masuki belum ada Fakultas Tarbiyah waktu itu ada, tapi jauh. Sementara pihak keluargaku hanya menginginkan aku kuliah yang dekat saja sehingga jadilah aku mengambil jurusan nonTarbiyah.
Setelah aku semester lima Fakultas Tarbiyah baru dibuka di tempatku kuliah, aku minta pindah fakultas namun tidak bisa sehingga aku tetap melanjutkan jurusan yang telah aku ikuti selama ini. Darah seorang guru sudah pasti ada mengalir dalam tubuhku, meskipun jurusanku nonTarbiyah namun setelah menyelesaikan studi di sini, pekerjaan pertama yang aku cari adalah menjadi guru.Â
Semua sekolah yang ada di lingkungan tempat tinggalku baik sekolah umum maupun sekolah agama semua kumasukkan surat lamaran. Dalam hati aku berpikir sebanyak itu mana tahu salah satunya menerima lamaranku.
Benar saja buah tidak jauh jatuh dari buahnya. Aku mengalami kebingungan hanya selama tiga bulan.
Setelah itu lamaranku diterima pada salah satu madrasah tempat aku sekolah dulu. Aku adalah murid pertama pada sekolah tersebut dan aku juga alumni pertama mengabdikan diri ke sekolahku dulu. Lokalnya cuma tiga, jadi aku tidak full mengajar di sini hanya tiga hari saja.Â
Karena keinginan untuk menjadi guru rasanya belum terpenuhi maka untuk yang tiga hari lagi aku usahakan mencari ke tempat lain. Berkat yakin dan usaha akhirnya aku mendapatkan pekerjaan mengajar full dari Senin sampai Minggu.Â
Meskipun dengan sekolah yang berbedabeda. Tak tanggungtanggung setelah mengajar pagi aku melanjutkan mengajar di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) tentunya semua kujalani dengan status sebagai tenaga honorer. Tiga tahun lamanya mengajar sebagai honorer, namun belum punya sim untuk mengajar. Berita saat itu adalah jika ingin menjadi guru yang berstatus PNS harus ada sim mengajar dulu yaitu berupa Akta mengajar.
Untuk memenuhi itu semua aku mengikuti perkuliahan akta mengajar (AKTA IV). Sambil mengajar juga belajar, sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan dan memperoleh ijazah Akta mengajar.
Aku mengajar di berbagai sekolah, ada tiga sekolah yang aku ajar saat itu, di MTsS Kubang Pipik tiga hari, MIN Candung tiga hari dan di MIA Panampuang satu hari. Selebihnya pada sore hari aku mengajar di MDA di kampungku. Semua kujalani dengan senang dan bahagia meskipun honor yang didapat tidak seberapa tapi bahagia selalu ada karena sejatinya bukanlah materi yang dicari jika kita ingin membagikan ilmu.
kepada orang lain sehingga tidak pernah terpikir imbalan pekerjaaan dengan sejumlah uang.