Seiring terik mentari
Yang sembunyi di balik awan hitamÂ
Enggan sinari alam mayapada
Mentari lelah berbagi kehangatanÂ
Perlahan cakrawala menyuram
Awan pekat menutup langitÂ
Berpendar ikuti angin berdesir
Gemuruh guntur menggelegar bersahutanÂ
Di antara rerimbun pepohon rindangÂ
Segemuruh hati yang merindu sendu
Suara gemericik air mulai mengetuk gentingÂ
Derasnya laksana hunjaman jarum air
Titik-titiknya bersenandung merdu menjadikan sebuah lagu
Yang mengalun lembut bagaikan sentuhan salju
Hujan adalah sebuah anugerah
Nikmat tak berujung dari Sang Pencipta
Tak selamanya hujan membawa sendu, luka dan piluÂ
Jiwaku teduh dan damai mendengar gemericiknya Hujan..
Mimpikan dia pada rindu yang tak henti meratap
Meratap langit dalam gelap
Segelap jiwa yang terkoyak
Dalam buaian nestapa
Sebagai  luapan asa dalam rasa
*****
Kota Pudak, 05-11-2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H