Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTsN 4 Kota Surabaya sejak tahun 2001
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca dan menulis apa saja untuk dibagikan kepada orang lain dengan harapan bisa memahami dan mengerti kalau mau menerapkan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mak Ju Jadi Tukang Pijat Menyambung Hidup

30 Oktober 2022   19:24 Diperbarui: 30 Oktober 2022   19:26 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

 Assalamualaikum Mik," terdengar suara di depan pintu.

"Waalaikumsalam Mak Ju, silakan masuk," jawab istriku menyambut kedatangan Mak Ju di depan pintu.

"Minal aizin wal faizin Mik, mohon maaf lahir batin, orang tua banyak salahnya," kata mak Ju sambil mengulurkan tangannya pada istriku.

"Samasama mak Ju, orang muda banyak salah karena banyak tingkah," sahut istriku sambil mrnyilahkan mak Ju, duduk di kursi ruang tamu.

Tadi pagi Rahma anak Umik, ke rumah minta Mak Ju untuk mijat Umik, apa betul?" iya mak Ju Umik perlu diservis karena kelelahan keliling kampung untuk silaturrahmi dan berhalalbihalal dengan saudara dan tetangga," jawab saya ikut nimbrung dalam percakapan pagi ini.

"Abah bisa saja, Umik memang capek, pegal dan linulinu semua persendian, biar Mak Ju, mijit agar ototototnya kembali lurus dan hilang capeknya, bukan diservis, memang Mak Ju tukang servis?" jawab Umik sambil menyiapkan tempat, minyak gosok dan peralatan lainnya yang dibutuhkan untuk memijat.

"Mak Ju sudah berapa lama jadi tukang pijat?" tanya istri saya yang biasanya di panggil Umik di kampung.  Panggilan Umik biasanya untuk wanita yang sudah melaksanakan ibadah haji. Kebetulan saya dan istri sudah melaksanakan ibadah haji 3 tahun lalu.

"Wah sudah lama sekali, bahkan sejak Umik masih kecil, masih sekolah di madrasah saya sudah jadi tukang pijit keliling dari kampung ke kampung, ya mungkin sudah 40 tahunan,"

"Wah sudah lama sekali, berarti sebelum Mak Ju menikah dengan Pak Paimin, sudah jadi tukang pijat ya Mak?" tanya istriku lagi, sambil menikmati pijatan mak Ju

"Betul Mik, bahkan saking lamanya saya mau pensiun?" kata mak Ju tersipu.

"Lho kalau Mak Ju, pensiun siapa yang menggantikan mak Ju?" tanya saya ikut nimbrung bertanya sambil nonton televisi. "Pak Guru, kalau pensiun dapat uang pensiun lha kalau Mak Ju nanti dapat uang pensiun juga nggak ya?" Tanya Mak

Ju pada saya dengan senyum malu.

"Dapat Mak Ju, kalau pak Guru nanti jadi presiden, semua pensiunan baik PNS, TNI Polri, Pejabat negara, termasuk pernsiunan tukang, seperti tukang sapu jalan, tukang kebun, tukang pijat seperti Mak Ju, tukang tambal ban saya kasih pensiunan". Kalau saya jadi presiden Mak Ju, doakan ya," jawab saya.

"Ya jadi presidennya ketoprak mak Ju," jawab istri saya sambil ketawa mendengar ucapan saya pada mak Ju.

"Pak Guru bisa saja," kata Mak Ju, sambil melanjutkan pijatan pada bagian kaki istri saya.

"Aduuuh, jangan keraskeras Mak, itu sakit sekali," jerit istri saya ketika tangan Mak Ju memijat bagian lutut istri saya.

"Ini sepertinya salah urat Mik, perlu saya luruskan uratnya biar tidak berlanjut sakitnya," kata mak Ju serius.

"Iya mak Ju, terserah Emak, yang penting jangan keras keras dan jadikan kembali seperti semula," jawab istri saya sambil merintih menahan sakit.

Memang sebelum puasa Ramadan, istri saya pernah jatuh terpeleset di kamar mandi, dan lututnya agak memar. Tetapi, karena selama puasa Ramadan belum sempat dipijiatkan, maka rasa nyeri tersebut terus ada di bagian lutu istri saya, dan sekarang sudah ketemu tukang pijatnya.

"Apa saya bilang, perlu diservis itu kaki, biar kembali normal seperti semula" kata saya memecahkan kebuntuan, karena Mak Ju fokus mijat lutut kaki istri saya, sementara istri saya sambil menahan sakit, karena pijatan Mak Ju semakin keras untuk membetulkan posisi urat lutut yang terkilir.

"Aduh Mak, sakiiiit," teriak istri saya,

"Sedikit lagi Mik, ini sudah hampir kembali normal uratnya," kata mak Ju, sambil minum air mineral yang disediakan istri saya.

"Alhamdulillah Mik, sudah selesai, gimana rasanya lutut umik?" tanya mak Ju pada istri saya.

"Sebentar Mak, saya coba untuk berjalan," kata istri saya sambil membenahi pakainnya

"Alhamdulillah mak, sudah baik mungkin sebentar lagi akan segera pulih," jawab istri saya sambil duduk di ruang tamu bersama saya dan mak Ju.

"Makasih Mak Ju, pagipagi sudah saya ganggu untuk memijat saya," ucap istri saya sambil memberikan amplop sebagai ucapan terima kasih.

"Terima kasih, Alhamdulillah barokallah Mik, bisa untuk beli beras dan lauk untuk makan hari ini," kata mak Ju sambil berdiri dan mohon pamit kepada saya dan istri.

"Assalamualaikum Umik, Abah mak ju pulang dulu," "Waalaikumsalam, hatihati nyebrang jalannya,

kendaraannya jalannya cepatcepat," kata saya sambil mengantar mak Ju keluar dari rumah.

***** TAMAT*****

Kota Pudak, 30 Oktober 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun