Ju pada saya dengan senyum malu.
"Dapat Mak Ju, kalau pak Guru nanti jadi presiden, semua pensiunan baik PNS, TNI Polri, Pejabat negara, termasuk pernsiunan tukang, seperti tukang sapu jalan, tukang kebun, tukang pijat seperti Mak Ju, tukang tambal ban saya kasih pensiunan". Kalau saya jadi presiden Mak Ju, doakan ya," jawab saya.
"Ya jadi presidennya ketoprak mak Ju," jawab istri saya sambil ketawa mendengar ucapan saya pada mak Ju.
"Pak Guru bisa saja," kata Mak Ju, sambil melanjutkan pijatan pada bagian kaki istri saya.
"Aduuuh, jangan keraskeras Mak, itu sakit sekali," jerit istri saya ketika tangan Mak Ju memijat bagian lutut istri saya.
"Ini sepertinya salah urat Mik, perlu saya luruskan uratnya biar tidak berlanjut sakitnya," kata mak Ju serius.
"Iya mak Ju, terserah Emak, yang penting jangan keras keras dan jadikan kembali seperti semula," jawab istri saya sambil merintih menahan sakit.
Memang sebelum puasa Ramadan, istri saya pernah jatuh terpeleset di kamar mandi, dan lututnya agak memar. Tetapi, karena selama puasa Ramadan belum sempat dipijiatkan, maka rasa nyeri tersebut terus ada di bagian lutu istri saya, dan sekarang sudah ketemu tukang pijatnya.
"Apa saya bilang, perlu diservis itu kaki, biar kembali normal seperti semula" kata saya memecahkan kebuntuan, karena Mak Ju fokus mijat lutut kaki istri saya, sementara istri saya sambil menahan sakit, karena pijatan Mak Ju semakin keras untuk membetulkan posisi urat lutut yang terkilir.
"Aduh Mak, sakiiiit," teriak istri saya,
"Sedikit lagi Mik, ini sudah hampir kembali normal uratnya," kata mak Ju, sambil minum air mineral yang disediakan istri saya.