Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTsN 4 Kota Surabaya sejak tahun 2001
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca dan menulis apa saja untuk dibagikan kepada orang lain dengan harapan bisa memahami dan mengerti kalau mau menerapkan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Tua dengan Tongkatnya

21 Oktober 2022   13:32 Diperbarui: 21 Oktober 2022   13:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mbah Sul, begitu lelaki tua itu biasanya dipanggil, nama aslinya Sulaiman tinggal di depan masjid kampung saya'

"Mbah ayo saya bantu," ajak saya kepada Mbah Sul, ketika akan beranjak naik ke ruang utama masjid yang lokasinya lebih tinggi dari halaman masjid, untuk melaksanakan salat magrib berjamaah.

"Nggah usah, mbah masih bisa naik sendiri," jawab mbah Sul.

Ya, lelaki renta yang berusia 85 tahun itu adalah jamaah

masjid di kampungku, bahkan ketika muda sampai usia sekitar

75 tahunan masih aktif menjadi imam rowatif masjid di kampung, sampai akhirnya 10 tahun yang lalu penyakit itu menghampiri Mbah Sul yang punya 8 putraputri dan 20 an cucu dan puluhan cicit tersebut.

'Mbah sakitnya apa sih, kok susah jalanya dan pakai tongkat?" tanya saya memecahkan kebekuan setelah selesai jamaah salat magrib.

"Mbah ini kena sakit linu di kaki, sudah hampir 10 tahunan terakhir ini," jawab mbah Sul, dengan mantap, sambil duduk di serambi masjid nunggu waktu salat isya. "Sudah sejak 10 tahun yang lalu kaki mbah kena penyakit linu, mungkin karena sudah tua, kedua kaki nggak bisa digerakkan, jadi nggak bisa jalan" lanjut mbah Sul sambil menempelkan punggungnya di tembok serambi masjid.

Memang sejak itu Mbah Sul sudah tdak bisa ke masjid, padahal lokasi masjid hanya 20   meter   di   depan rumahnya. "Mbah melaksanakan salat di rumah, jamaah dengan mbah putri," begitu kata mbah Sul, namun untuk salat Jumat yang dilksanakan seminggu sekali, Mbah Sul masih dipapah oleh anak menantunya mas Sabar, karena semua anak lakilakinya tinggal di luar daerah, bahkan yang dua tinggal di pulau Sulawesi.

Dan Alhamdulillah selama Ramadan tahun ini mbah Sul aktif melaksanakan jamaah magrib, sambl ikut menikmati hidangan berbuka puasa di masjid yang dulu beliaunya selalu menjadi imam salat rowatib bergantian dengan beberapa imam lain, termasuk saya.

"Ayo Mbah, saya antar ke tempat wudu, karena sudah masuk waktu Isya," ajak saya, sambil membantu membangunkan Mbah Sul, karena memang agak sulit bangun sendiri ketika duduk di lantai serambi masjid.

"Terima kasih, sudah membantu mbah, tolong di rawat baikbaik masjid ini, tolong imam rowatibnya jangan sampai ada yang terlambat datang untuk menjdi imam salat," pesan mbah Sul sambil berjalan ke arah tempat wudu,

"Semoga mbah tetap diberi panjang umur sehingga bisa mendampingi mendampingi kami untuk memakmurkan masjid," doa saya singkat.

Kota Pahlawan, 21 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun