Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru di MTsN 4 Kota Surabaya sejak tahun 2001
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka membaca dan menulis apa saja untuk dibagikan kepada orang lain dengan harapan bisa memahami dan mengerti kalau mau menerapkan apa yang ditulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Wanita Solehah

19 Oktober 2022   23:17 Diperbarui: 19 Oktober 2022   23:25 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namanya cukup singkat Sampini, tapi biasa dipanggil Mak Ni, usianya sekitar 60 tahunan, tetangga saya yang pekerjaannya adalah tukang rumput di Padang golf Perumahan Citraland Surabaya.

Makni, kebetulan rumahnya bersebelahan dengan masjid desa saya, sehingga selalu ketemu ketika melaksanakan salat jamaah di Masjid tiap hari.

Kami biasanya ketemu saat jamaah subuh, magrib dan isya, untuk dhuhur dan asar saya melaksanakan salat di Madrasah tempat saya mengajar.

"Kok pagi sekali, mak Ni?" tanyaku ketika kami berjalan beriringan, saya pulang dari jamaah subuh, sementara Mak Ni, berangkat kerja di Padang Golf Citra Land, Surabaya.

"Iya, harus pagipagi berangkatnya, jam 05.00 saya harus sudah nyampe di golf pak guru?" rupanya Mak Ni, setelah selesai jamaah subuh, berdoa sendiri langsung pulang, sementara jamaah yang lain berdzikir dan berdoa dipimpin imam salat subuh.

"Hatihati Mak, masih pagi biasanya kendaraan jalannya cepatcepat, karena jalanan masih sepi, Mak!" kata saya sambil 

mengingatkan Mak Ni yang selalu membawa sepeda angin untuk berangkat dan pulang kerja.

Ya Mak Ni, adalah janda yang ditinggal mati suaminya, sekitar sepuluh tahun yang lalu, dia tinggal bertiga dengan anak dan menantunya di rumah peninggalan suaminya, sejak lima tahun yang lalu ikut bekerja sebagai tukang rumput di padang golf, tugasnya merapikan rumput golf dan mencabuti rumput liar yang tumbuh di selasela rumput golf.

Suatu ketika, ketika selesai salat magrib berjamaah, saya sempat berbicara dengan Mak ni di serambi masjid.

"Mak Ni, kok ikut kerja di Padang golf, mak?" tanya saya "Iya Pak guru untuk menyambung hidup, saya kan tidak

punya uang pensiunan, sawah juga tidak punya sehingga saya harus bekerja untuk membiayai kebutuhan seharihari," kata mak Ni.

"Mak Ni kan tinggal dengan Nurul dan Suaminya, mereka berdua kan bekerja, mestinya Mak Ni di rumah saja," kata saya. Nurul adalah anak bungsu Mak Ni yang sudah menikah dengan Agus, seorang driver Ojek online, sedangkan Nurul bekerja di Rumah Sakit swasta.

"Iya pak Guru, mereka berdua bekerja, tapi kan mereka juga butuh biaya hidup, meski tinggal satu rumah dengan anakanak, Mak Ni tidak mau merepotkan mereka, Agus masih harus membayar cicilan motor tiap bulan, berapa sih pak Guru penghasilan Ojek online?" katakata Mak Ni seolah ingin menjelaskan bagaimana posisi keluarganya.

'Ya sabar Mak Ni, Allah SWT akan memberikan kemudahan, bagi hambahambanya yang selalu berusaha dan berdoa dalam mencari uang untuk membiayai kehidupannya," kata saya.

"Terima kasih pak Guru, saya tetap harus berusaha dan wajib meminta kepada Allah SWT, ya seperti salat berjamaah di Masjid, ini salah satu upaya Mak Ni untuk mohon pertolongan dari Allah SWT,"

"Betul Mak Ni, salat adalah kebutuhan kita, agar hidup kita tenang dan terarah dalam bimbingan dan petunjuk dari Allah SWT, maka jangan sampai meninggalkan kewajiban yang satu ini Mak Ni," lanjut saya setengah menasihatinya.

"Betul pak Guru, meskipun saya hanya seorang tukang rumput tak pernah meninggalkan kewajiban untuk salat, sedapat mungkin bisa berjamaah di masjid, kalau dhuhur dan asar terpaksa salat di tempat kerja, jarang bisa berjamaah, karena letaknya jauh dari masjid, yang penting saya tetap melaksnakan salat duhur dan asar sendirian," kata Mak Ni

"Subhanallah, mak Ni, memang hebat, meskipun bekerja di lapangan rumput yang panas karena sengatan matahari, atau kehujanan saat musim hujan tapi selalu tepat waktu dalam salat fardu, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dalam setiap langkah Mak Ni," kata saya seraya berdoa.

"Betul pak Guru, sering kali ketika waktu istirahat siang, saya salat dan makan, tibatiba bapakbapak yang sedang bermain golf, menghampiri saya dan temanteman tukang rumput yang lain, terus mereka memberikan uang sebagai bentuk terima kasih kepada kami, Alhamdulillah bisa di tabung untuk keperluan umrah pak Guru," kata Mak Ni

"Alhamdulillah, Mak Ni sudah diberikan bukti oleh Allah SWT, bahwa kalau kita selalu dekat padaNya, selalu memenuhi panggilan salatNya, maka kita akan dipanggil.

untuk melaksanakan Haji dan Umrah, betul kan Mak Ni?" kata saya.

Memang Mak Ni sudah mendaftar Umrah 2 tahun lalu, dengan cara mengangsur, dan tahun ini setelah musim haji selesai akan berangkat umrah bersama rombongan dari jamaah masjid di desa saya, rupanya hasil kerjanya sebagai tukang rumput, ditabung untuk melengkapi biaya umrah yang akan dilaksanakan 3 bulan yang akan datang.

"Ini Mak, untuk tambahan berangkat Umrah," saya serahkan amplop yang berisi beberapa lembar uang seratus ribuan sebagai apresiasi atas kesungguhan Mak Ni dalam beribadah salat berjamaah di masjid.

"Apa ini pak Guru, terima kasih semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda pada pak Guru," kata Mak Ni sambil menerima amplop dari saya.

"Baik mak Ni, saya pamit dulu, Assalamualaikum," "Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," kata

Mak Ni sambil melangkah meninggalkan masjid untuk kembali ke rumahnya yang terletak di selatan masjid

Kota Pudak, 19 Oktober 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun