Ini pengalaman penulis hampir 15 tahun lalu ketika anak pertama penulis mengalami stres ketika masuk di Pondok Pesantren di Surabaya.
Awal ceritanya anak pertama saya (lulusan SD) saat itu tidak bisa masuk ke SMP Negeri pilihannya, diantara kebingungannya anak saya diajak temannya SD-nya untuk masuk Pondok Pesantren di Kawasan Surabaya Utara.
Di Ponpes tersebut mayoritas santrinya adalah anak-anak dari pulau Madura yang memiliki temperamen yang keras, sementara putri saya tergolong anak pendiam, penakut dan cenderung susah bergaul dengan teman baru.
Kondisi kedua di Ponpes tersebut hanya terdapat pendidikan diniyah tidak ada sekolah umum, sehingga pada bulan ke-4 putri saya mengalami tekanan yang luar biasa, sering barang, pakaian, uang hilang di dalam kamar pondok, sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari santri lain dan minta pulang ke rumah (keluar dari Pondok Pesantren).
Justru saat di rumah kondisi kejiwaan putri saya mengalami penurunan sampai titik nadir, sering merenung, kadang teriak-teriak menyebut nama pengasuh dan teman di pondoknya.
Penulis akhirnya membawa putri ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya untuk melakukan pengobatan di Poli Jiwa, menurut keterangan dokter yang menangani putri saya mengalami stres karena tekanan di Pondok Pesantren, sehingga berujung pada gangguan kejiwaan, meskipun belum terlalu parah karena segera diketahui dan dikeluarkan dari Pondok Pesantren.
Upaya pengobatan medis lewat penanganan dokter di Rumah Sakit, penulis gabungkan dengan pengobatan non medis dengan mendatangi seorang Kyai di wilayah Jombang yang memang membuka pengobatan alternatif dengan metode pengobatan melalui rukyah dan dzikir menggunakan asmah Allah dan doa-doa yang ada dalam Al Quran dan Hadits Nabi.
Upaya pengobatan akhirnya membuahkan hasil setelah dua bulan melakukan pengobatan dengan dua jalur, yaiu medis dan non medis.
Pada bulan ke-7 putri saya sudah menunjukkan kesembuhan dan bisa diajak berkomunikasi secara baik, akhirnya penulis lewat kenalan seorang Kepala MTsN di Surabaya, putri saya bisa dimasukkan di MTsN 3 Kota Surabaya, bisa memulai sosialisai lagi dengan teman-teman sekolahnya, dan alhamdulillah bisa lulus setelah 3 tahun bersekolah di MTs Negeri 3 Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H