Â
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17 ribu pulau, terdiri dari 1.315 suku bangsa dan memiliki 718 bahasa daerah yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.(data sensus penduduk 2020).
Perkembangan dunia yang semakin cepat, masuknya informasi dan budaya termasuk di dalamnya bahasa dari luar yang begitu dahsyat menjadikan bahasa daerah semakin terpinggirkan, semakin sedikit penutur bahasa daerah, bahkan ada beberapa bahasa daerah yang hanya tinggal namanya saja karena sudah tidak ada generasi penerus yang menggunakan bahasa daerah tersebut.
Sebagai seorang pendidik maka sebaiknya kita turut serta dalam upaya merawat dan melestarikan bahasa daerah kita masing-masing dengan menggunakan 9 Resep KASIH SAYANG. inilah penjabarannya :
KÂ enalkan bahasa daerah sejak anak dalam kandungan, saat anak sudah mulai bisa berbicara dan saat awal pertumbuhannya, sehingga anak mulai mengetahui, mengenal dan bisa menuturkan bahasa daerah dengan baik serta sesuai dengan kaidah, saat anak-anak mulai berinteraksi di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar.
AÂ jarkan bahasa daerah di lembaga pendidikan sejak awal, dikuatkan dalam Kurikulum dan dimasukkan dalam salah satu muatan lokal, sehingga keberadaan bahasa daerah mendapatkan perlindungan dari Negara melalui muatan lokal untuk seluruh sekolah/madrasah di seluruh Indonesia. Tentu ada pemetaan bahasa daerah mana digunakan di wilayah mana.
SÂ ebarkan penggunaan bahasa daerah di komunitas atau lingkungan di mana komunitas tersebut memang berasal dari warga yang berasal dari komunitas atau suku yang sama.
I nspirasikan bahasa daerah dalam berbagai bentuk kesenian atau  kebudayaan, misalnya geguritan bahasa jawa, lagu dan langgam berbahasa daerah, sandiwara rakyat seperti ludruk, wayang orang, atau wayang kulit yang menggunakan pengantar dan percakapan bahasa Jawa.
HÂ argai bahasa daerah dengan menempatkan sebagai alat komunikasi yang istimewa di lingkungan atau komunitas kedaerahan, atau kegiatan yang bersifat sakral seperti saat acara ngunduh mantu, kegiatan pengajian, ceramah atau khutbah Jumat di masjid-masjid kampong. Penulis sering menggunakan bahasa Jawa saat acara di kampong seperti saat jadi MC dalam acara pengajian, atau mewakili keluarga saat acara temu manten dalam resepsi pernikahan.
SÂ emangat dalam memberikan teladan kepada anak, peserta didik atau pada generasi muda agar tetap menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi dengan orang tua, guru atau orang yang lebih tua di lingkungan, meskipun saat kegiatan pembelajaran menggunakan pengantar bahasa Indonesia.