Mohon tunggu...
Hajar Almasah Ayu Ghiffari
Hajar Almasah Ayu Ghiffari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional -Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

suka membaca buku dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Respon Asia Tenggara Mengenai Konflik Rusia-Ukraina

27 Mei 2022   01:33 Diperbarui: 27 Mei 2022   09:25 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diplomasi bilateral Presiden Jokowi dan Presiden Putin sebelum KTT ASEAN-Russia. (Host Photo Agency / AFP)

Dua minggu setelah invasi Russia ke Ukraina, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan sidang darurat. Sidang darurat ini menghasilkan sebuah resolusi yang mengutuk agresi Russia ke Ukraina dan menyerukan Russia untuk menghentikan agresinya. 

Dari 181 negara yang hadir, terdapat 141 negara yang menyetujui revolusi ini. Sedangkan 35 negara memilih abstain dan 5 negara lainnya menolak resolusi ini.

9 dari 11 negara Asia tenggara termasuk kedalam 141 negara yang menyetujui resolusi Majelis Umum PBB ini. Sementara 2 negara lainnya yaitu Vietnam dan Laos menyatakan abstain. Selain malalui pemeberian suara secara diplomatik, perbedaan respon sikap dan posisi negara-negara di Asia Tenggara terlihat sangat beragam.

Dari seluruh negara di Asia Tenggara, hanya Myanmar yang pernyataan dan tindakannya kontradiktif. Pada 25 Februari 2022, melalui juru bicara junta Myanmar Zaw Min Tun, menyatakan bahwa keputusan Russia untuk menyerang Ukraina adalah benar sebagai bentuk mempertahankan kedaulatan negaranya. Pernyataan tersebut diketahui karena Russia merupakan sekutu utama junta Myanmar dan merupakan pemasok senjata yang memperkuat milter Myanmar. 

Tapi pada sidang Majelis Umum PBB tanggal 2 Maret 2022, keputusan kontradiktif diambil oleh perwakilan Myanmar tetap yang bukan merupakan perwakilan Junta Militer dengan menyetujui Resolusi PBB yang mengecam tindakan Russia. Sikap ini diambil karena resolusi Majelis Umum tidak bersifat mengikat dan hanya mengisolasi Rusia di panggung dunia.

Laos dan Vietnam mengambil keputusan yang berbeda disbanding negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Laos dan Vietnam menyatakan abstain terhadap resolusi Majelis Umum PBB. Menyatakan abstain artinya tidak menyatakan mendukung dan tidak juga menyatakan menolak. 

Pilihan Laos dan Vietnam untuk abstain ini berakar pada hubungan historisnya dengan Russia. Bagi Vietnam dan Laos, penting untuk menjaga hubungan baik dengan Russia karena Russia adalah pemasok 84% peralatan militer Vietnam dan 44% peralatan militer Laos.

Reaksi Inonesia atas konflik Rusia -- Ukraina tergambar melalui cuitan Presiden Joko Widodo pada tanggal 24 Februari 2022. Presiden Joko Widodo menyerukan untuk menyetop perang karena perang menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia. 

Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, negara Malaysia, Brunei, Thailand, dan Kamboja juga ikut menyampaikan keprihatinan atas konflik Russia-Ukraina dan mendorong untuk menghentikan perang dan lebih mengedepankan diplomasi dalam menyelesaikan masalah ini. Kelima negara ini tetap mempertahankan sikap netral mereka sambil mengedepankan kepentingan nasional masing-masing negara.

Dari 11 negara di Asia Tenggara, Singapura adalah negara yang paling tegas dan berani menanggapi konflik ini. Selain mengecam invasi Russia ke Ukraina, pada 5 Maret 2022, Singapura menjatuhkan sanksi kepada empat bank Russia dan menerapkan kontrol ekspor. 

Singapura menerapkan larangan ekspor barang elektronik, computer, dan militer yang dianggap dapat membahayakan Ukraina. Dengan sanksi tersebut, terdapat empat bank Russia yang dilarang melakukan transaksi dan pelayanan yaitu Perusaan Saham Gabungan Publik Bank VTB, Bank Korporasi untuk Pembangunan dan Urusan Ekonomu Asing Vnesheconombank, Perusaan Saham Gabungan Publik Promsvyazbank, dan Bank Rossiya.

ASEAN, organisasi regional yang beranggotakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, turut serta memberikan pernyataan mengenai konflik ini. Mentri urusan luar negri ASEAN menyatakan "We therefore, call for an immediate ceasefire or armistice and continuation of political dialogues that would lead to sustainable peace in Ukraine. We underline the importance of a ceasefire to create an enabling environment for negotiation to address the current crisis and avoid expanding suffering of innocent people." 

Pernyataan ASEAN ini dianggap lemah karena tidak adanya kata "Russia" ataupun "invasi" dan hanya menyerukan untuk mengadakan negosiasi damai. Pernayataan ASEAN ini sejujurnya cukup membingungkan karena bertentangan dengan angota-anggota ASEAN yang menyetujui resolusi Majelis Umum PBB. Dalam resolusi Majelis Umum PBB tertulis jelas pernyataan yang mengutuk Russia atas tindakannya.

Berdasarkan respon diatas dari dapat dilihat kehati-hatian negara-negara Asia Tenggara dan ASEAN dalam kasus ini. Negara-negara Asia Tenggara tampak tidak ingin terlibat terlalu jauh dan ingin tetap mempertahankan hubungan baik dengan Russia dan juga negara-negara Eropa Barat. Selain itu, Rusia adalah mitra dagang utama dan pemasok peralatan militer negera-negara di Asia Tenggara. Pengaruh Russia di kawasan Asia Tenggara juga dianggap penting untuk mengimbangi pengaruh China dan Amerika di kawasan.

Posisi dan sikap negara-negara di Asia Tenggara ini dapat memunculkan beberapa implikasi di masa depan, yaitu:

  • Kecenderungan negara-negara di Asia Tenggara untuk bersikap netral saat terjadinya perselisihan antara kekuatan besar dunia dapat dimanfaatkan oleh pihak agresor. Sedangkan, negara-negara seperti Amerika akan membujuk negara-negara Asia Tenggara untuk tegas memihak.
  • Kenetralan negara-negara Asia Tenggara membuat mereka dapat dengan mudah mengikuti alur politik internasional. Negara-negara Asia Tenggara akan tetap mendapat posisi yang menguntungkan terlepas siapapun yang akan memenangkan opini internasional. Selain itu, dengan bersikap netral, negara-negara Asia Tenggara tidak perlu mengeluarkan banyak biaya.
  • ASEAN sebagai oragnisasi regional di kawasan Asia Tenggara akan tetap mempertahankan kenetralannya karena negara-negara anggotanya memiliki pendapat yang berbeda-beda.
  • Dynamic alignment dan kepentingan nasional adalah dasar sikap dan posisi yang diambil sebuah negara. misalnya, negara Indonesia berdasarkan pembukaan undang-undang adalah negara yang menghormati kedaulatan dan kemerdekaan negara lain. tetapi pada saat yang bersamaan, Indonesia sebagai presiden G20 tidak dapat merespon tindakan Russia dengan tegas. hal tersebut dikarenakan ketergantungan Indonesia terhadap Russia cukup besar dan Indonesia ingin tetap mempunyai hubungan yang baik dengan Russia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun