Dua minggu setelah invasi Russia ke Ukraina, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengadakan sidang darurat. Sidang darurat ini menghasilkan sebuah resolusi yang mengutuk agresi Russia ke Ukraina dan menyerukan Russia untuk menghentikan agresinya.Â
Dari 181 negara yang hadir, terdapat 141 negara yang menyetujui revolusi ini. Sedangkan 35 negara memilih abstain dan 5 negara lainnya menolak resolusi ini.
9 dari 11 negara Asia tenggara termasuk kedalam 141 negara yang menyetujui resolusi Majelis Umum PBB ini. Sementara 2 negara lainnya yaitu Vietnam dan Laos menyatakan abstain. Selain malalui pemeberian suara secara diplomatik, perbedaan respon sikap dan posisi negara-negara di Asia Tenggara terlihat sangat beragam.
Dari seluruh negara di Asia Tenggara, hanya Myanmar yang pernyataan dan tindakannya kontradiktif. Pada 25 Februari 2022, melalui juru bicara junta Myanmar Zaw Min Tun, menyatakan bahwa keputusan Russia untuk menyerang Ukraina adalah benar sebagai bentuk mempertahankan kedaulatan negaranya. Pernyataan tersebut diketahui karena Russia merupakan sekutu utama junta Myanmar dan merupakan pemasok senjata yang memperkuat milter Myanmar.Â
Tapi pada sidang Majelis Umum PBB tanggal 2 Maret 2022, keputusan kontradiktif diambil oleh perwakilan Myanmar tetap yang bukan merupakan perwakilan Junta Militer dengan menyetujui Resolusi PBB yang mengecam tindakan Russia. Sikap ini diambil karena resolusi Majelis Umum tidak bersifat mengikat dan hanya mengisolasi Rusia di panggung dunia.
Laos dan Vietnam mengambil keputusan yang berbeda disbanding negara-negara tetangganya di Asia Tenggara. Laos dan Vietnam menyatakan abstain terhadap resolusi Majelis Umum PBB. Menyatakan abstain artinya tidak menyatakan mendukung dan tidak juga menyatakan menolak.Â
Pilihan Laos dan Vietnam untuk abstain ini berakar pada hubungan historisnya dengan Russia. Bagi Vietnam dan Laos, penting untuk menjaga hubungan baik dengan Russia karena Russia adalah pemasok 84% peralatan militer Vietnam dan 44% peralatan militer Laos.
Reaksi Inonesia atas konflik Rusia -- Ukraina tergambar melalui cuitan Presiden Joko Widodo pada tanggal 24 Februari 2022. Presiden Joko Widodo menyerukan untuk menyetop perang karena perang menyengsarakan umat manusia dan membahayakan dunia.Â
Tidak jauh berbeda dengan Indonesia, negara Malaysia, Brunei, Thailand, dan Kamboja juga ikut menyampaikan keprihatinan atas konflik Russia-Ukraina dan mendorong untuk menghentikan perang dan lebih mengedepankan diplomasi dalam menyelesaikan masalah ini. Kelima negara ini tetap mempertahankan sikap netral mereka sambil mengedepankan kepentingan nasional masing-masing negara.
Dari 11 negara di Asia Tenggara, Singapura adalah negara yang paling tegas dan berani menanggapi konflik ini. Selain mengecam invasi Russia ke Ukraina, pada 5 Maret 2022, Singapura menjatuhkan sanksi kepada empat bank Russia dan menerapkan kontrol ekspor.Â
Singapura menerapkan larangan ekspor barang elektronik, computer, dan militer yang dianggap dapat membahayakan Ukraina. Dengan sanksi tersebut, terdapat empat bank Russia yang dilarang melakukan transaksi dan pelayanan yaitu Perusaan Saham Gabungan Publik Bank VTB, Bank Korporasi untuk Pembangunan dan Urusan Ekonomu Asing Vnesheconombank, Perusaan Saham Gabungan Publik Promsvyazbank, dan Bank Rossiya.