Tak semudah itu untuk memejamkan mata pada dering waktu yang semakin larut...Â
Hanya ditemani gemuruh ricuk suara binatang penghuni hamparan sawah hijau,Â
hanya disepikan oleh langit yang semakin meredupkan cahaya rembulan,
 hanya ber angan bersama gemerlapnya hantaran bintang,.Â
Pada saat semua terjadi,Â
akhirnya harus tertabahkan lagi kesabaran seluas samudera,.Â
Pada saat waktu yang akan mengakhiri untuk tetap bertahan,
akhirnya harus memilih untuk mengalah..Â
Padahal.. Diantara dua insan yang takkan bisa merubah  takdir Tuhan..Â
Namun, keyakinan ini yang menjadi kekuatan di setiap keadaan..Â
Hingga membuat air mata pun tak mampu terbendung,Â
hanya untuk menghibur diri,Â
bahwa jiwa raga ini menjadi sebuah ketegaran dan kesabaran serta ketabahan
Begitu lelah.. Namun Tuhan memberi titisan bahwa aku bukanlah orang yang mudah pasrah,Â
maka Tuhan memberiku kekuatan untuk tak boleh menyerah...Â
Walau badai menerpa, kesabaran akan menjadi perisainya, .Â
Walau derasnya air hujan, ketabahan menjadi kekuatannya..Â
Tuhan tak pernah salah memberi putaran waktu itu,Â
namun terkadang waktu yang membuat kita berputar mengingat kembali masa lalu untuk menjadi pelajaran di masa depan,Â
agar menjadi cerita penuh perjuangan untuk menjadi sebuah kenanganÂ
Mungkin dalam kesadaranku aku mengakui,Â
bahwa bimbangmu dalam memilih dan memutuskan itu bukan lagi karena rasa
Namun menguji siapa yang tepat untuk tetap
Menguji siapa yang tangguh dalam jatuh bangunnya bersamamu
Menguji siapa yang bertahan mengahadapi sikapmu
Dan sabar menghadapi egomuÂ
Diantara kau dan dia adalah jarak dan waktu,
 namun itu dulu...Â
Kini tinggallah kau dan aku yang menjadi proses dalam waktu..
 Saat kau masih membutuhkan waktu,Â
tetaplah menghargai waktu bahwa yang hadir adalah aku....Â
Dan saat ini, akulah pemilikmu..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H