Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cinta dan Warisan Sejarah di Pulau Penyengat Tanjungpinang

23 Juni 2023   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2023   18:37 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mesjid Raya Sultan Riau, Penyengat. Foto: Batamnews.co.id

Beberapa artikel lainnya menceritakan tentang terbuat dari kuning telur dan sabagainya. Sehingga masyarakat saat itu, tidak hanya menyumbang tenaga kerja untuk pembangunan, selain itu mereka juga menyumbang banyak telur untuk dijadikan bahan perekat membangun Mesjid Raya Sultan Riau.

Saya dan bang Radit memilih untuk sholat dzuhur di mesjid Raya Sultan Riau, setelah dari itu kami melanjutkan perjalanan ke beberapa rumah warga lagi hingga pukul 16.00 wib. 

Kegiatan sudah selesai, perjalanan di Pulau Penyengat menggabungkan agenda (kerja) dan juga wisata di beberapa tempat bersejarah memberikan kepuasan tersendiri. 

Sekitar pukul 16.20 kami sudah menunggu perahu pompong di pelabuhan Penyengat, perahu pompong baru bertolak dari pelabuhan Penyengat sekitar 15 menit setelah semua penumpang sudah ada.

Perahu Pompong Moda Transportasi Tanjung Pinang-Pulau Penyengat. Foto: Atiqohhasan.com
Perahu Pompong Moda Transportasi Tanjung Pinang-Pulau Penyengat. Foto: Atiqohhasan.com

Perahu pompong melaju menuju pelabuhan di Tanjungpinang, untuk ongkos pompong ini ternyata beda-beda. Saya dan bang adit yang bukan orang Pulau Penyengat di kenakan 10.000 per orang ongkos untuk Pulang dan Pergi, sedangkan Kak Ikka hanya 8000an. Alasannya, Kak Ikka adalah orang Penyengat. Ini sangat luar biasa, sekelas perahu pompon saja memberikan kemudahan dan bisa memberikan tarif murah untuk orang asli di pulau Pulau Penyengat itu. 

Bagaimana kalau hal yang sama ini diberlakukan untuk semua tempat di negeri ini, mungkin akan ada yang komplain kerena dianggap melanggar atau pelanggaran ketentuan tarif dan sebagainya, entahlah.

Setibanya di Tanjungpinang, kami langsung menuju pelabuhan Sri Bintan Pura. Sore itu sangat ramai, orang-orang akan mudik ke batam atau menunggu giliran kapal menuju Lingga, Anambas atau Natuna. Kak Ikka langsung balik ke rumahnya, sebentar lagi waktu buka puasa. Saya dan bang Radit sudah beli minuman dingin untuk buka puasa di kapal fery nanti ketika diperjalanan. Pukul 17.20 wib, kami sudah bertolak dari pelabuhan sri Bintan Pura Tanjungpinang menuju Pelabuhan Telaga Punggur di Kota Batam.

Waktu buka puasa pun tiba setelah kurang lebih 50 menit perjalanan. Saya dan bang Radit berbuka puasa dengan Minum dingin dan beberapa jenis Kue yang Kak Ikka beli untuk kami di dekat pintu masuk pelabuhan Penyengat. Saya sangat bersyukur, kenal dengan bang Radit dan Kak Ikka. 

Dari suku yang berbeda dan kebiasaan yang berbeda, kami bisa menikmati perjalanan sambil bekerja dan berbagi pengalaman. Hal paling indah bagi saya adalah saling kenal dan berbagi meskipun dalam waktunya sangat singkat. 

Indonesia ini beragam, maka saling kenal mengenal membuktikan isi kepala kita tidak hanya menjadi tempat subur bagi Pancasila dan bhineka tunggal Ika tetapi juga penerimaan kenyataan tentang sebuah perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun