Menurut saya, Gurindam 12 ini seperti sebuah pesan, seperti bait bait suci untuk dipergunakan ketika orang-orang melangkahi aturan kerajaan atau bahkan digunakan ketika orang-orang tidak patuh terhadap tatanan nilai adat dan budaya Melayu saat itu. Meskipun, saat ini kita memaknainya secara luas isi dan makna dari pesan yang terkandung dalam Gurindam 12 yang tulis oleh Raja Ali Haji.Â
Saat ini mungkin makna yang terkandung dalam Gurindam 12 ini tidak hanya untuk perihal membicarakan pesan-pesan pada bangsa Melayu semata. Sebab sebagai seorang ulama, tentunya pesan yang disampaikan juga ditujukan kepada seluruh cendikiawan muslim untuk terus berpegang pada ajaran agama dan sebagainya.
Setelah wafat, Raja Ali haji juga dimakamkan di wilayah Istana Kerajaan berdekatan dengan makan engku Puteri dan keluarganya. Gelar tokoh Pahlawan Nasional Raja Ali Haji dikukuhkan oleh Presiden RI yang ke-6. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 19 November 2004 silam. Di area makan ini terdapat beberapa makam lainnya, kemungkinan ini bagian dari orang-orang berpengaruh di Kerajaan Riau saat itu.
Sekita 15 menit kami berada di dalam bangunan makam Pahlawan itu, namanya juga berziarah. Saya melihat dengan teliti sekitar makam Engku Puteri, ada 4 atau 5 makam lainnya yang juga berada dalam bangunan Makam yang sama dengan Makam Engku Puteri Raja Hamidah, dan masih banyak terdapat Makam yang lainnya di sekitar Bangunan Makam Engku Puteri itu. Setelah kami berziarah, kami langsung menuju ke mesjid Raya Sultan Riau.
Mesjid Raya Sultan Riau di Penyengat
Pulau Penyengat ini, masih banyak tempat bersejarah lainnya selain makam pahlawan dan mesjid Raya sultan Riau. Ada juga Makam Raja Abdurrahman, istana Kantor, gedung Tabib, Makam Raja Jakfar dan Gudang Mesiu. Kalau ingin mengunjungi semua tempat ini, kita harus punya waktu lebih banyak. Olehnya kami bertiga hanya berkunjung ke beberapa tempat yang menurut kami sudah menjadi bagian besar wisata Penyengat ini.
Ingat lagi dengan beberapa literatur tentang mesjid Raya Sultan Riau ini, ada sedikit catatan dari sejumlah pengunjung yang sudah pernah berkunjung ke Pulau Penyengat. Dari tulisan mereka, masjid ini sudah berdiri sejak 1 syawal 1245 atau tahun 1832 oleh Raja Abdurrahman. Yang Dupertuan Muda Raja Abdurrahman memerintah di sekitar tahun 1831-1844.Â
Cerita uniknya dari yang saya pelajari dari berbagai literatur baik itu yang ilmiah dan non ilmiahnya, terlepas dari cerita masyarakat di sana. Masjid Raya Sultan Riau ini, tidak seluruh bangunannya terbuat dari putih telur. Sebagian besar bangunan mesjid ini terbuat dari bahan bangunan seperti bangunan bersejarah lainnya di Penyengat.
Cerita tentang mesjid yang terbuat dari putih terulur bukan karena tidak ada alasan. Masyarakat saat itu di Penyengat hidup sudah berbaur dengan para pedagang dari beberapa negara luar, termasuk India. Karena Pulau Penyengat adalah sumber air tawar yang jernih dan dapat digunakan untuk kebutuhan minum, sejumlah kapal pedagang itu silih berganti mendatangi pulau penyengat demi mendapatkan air bersih.
Dari pedagang india yang sempat berlabuh di Penyengat itulah sebagian masyarakat mendengar cerita dari mereka bahwa pembangunan di india, dapat menggunakan putih telur sebagai bahan perekat bangunan.Â