Pukul 10.00 wib setelah kami istirahat sebentar di salah satu rumah warga yang sudah sangat akrab dengan Kak Ikka, kami melanjutkan perjalanan menuju beberapa rumah di atas laut dan di pesisir pantai. Kak Ikka ternyata sangat akrab dengan warga di sana, mereka sangat senang dengan kedatangan Kak Ikka. Kami pun di perkenalkan oleh Kak Ikka kepada setiap warga yang kami kunjungi ke rumah mereka.Â
Kegiatan berjalan dengan lancar meskipun siang itu secara keseluruhan wilayah kepulauan Riau suhunya masih sekitar 34-35 derajat celcius. Di Pulau Penyengat sangat terasa panasnya, mungkin karena pulau ini sangat kecil atau karena hampir seluruh hunian rumah warga berada di dekat pantai.
Berkunjung ke Balai Adat Melayu di Pulau Penyengat
Setelah kami berkunjung beberapa rumah warga yang sudah ditinggal suami dan para lansia, kami melanjutkan dengan wisata seperti malam sebelumnya telah kami rencanakan. Kami mengunjungi Balai Adat Melayu atau Rumah Adat, di sana kami di suruh membasuh muka atau bisa berwudhu menggunakan air di sebuah sumur berada tepat di bawah Rumah/Balai adat itu.Â
Di papan depan sebagai informasi, pemerintah menulisnya perigi tua. Dari tutur si bapak yang bertugas sebagai penjaga Balai Adat ini, dia mengisahkan ke kami bertiga, air yang ada di perigi tua ini merupakan sumber mata air yang tak pernah kering meskipun musim panas tiba.
Airnya sangat dingin, saat saya disuruh untuk basuk muka atau bisa berwudhu, ada juga sekitar tiga orang anggota TNI berkunjung ke kesana. Mereka juga meminta si bapak mengambil air untuk mereka bertiga.Â
Si bapak ini, bukan hanya seorang diri, dia bersama beberapa orang lainnya punya tugas masing-masing. Ada yang bertugas membuka pintu Balai Adat jika ada yang berkunjung kesana. Kami, saat itu pas berkunjung ke sana sudah waktu libur, jadi tidak bisa masuk atau sekedar melihat ke dalam Balai Adat. Balai adat ini adalah Rumah Panggung dengan Khas Melayu menghadap ke arah laut.
Munurut saya, Balai adat merupakan tempat berkumpulnya masyarakat untuk membicarakan atau melakukan sautu hal yang penting. Baik itu masyarakat, tokoh agama, tokoh adat atau para kaum cendikiawan.Â
Tempat ini sama seperti tempat lainnya masih berdiri kokoh yang membuktikan bahwa secara eksistensi perjalanan sebuah peradaban dan keberlangsungan Pemerintahan Kerajaan pernah ada. Kekokohan dari bangunan ini menjadi sebuah komponen penting bagi sejarah dan adat sebuah bangsa, terutama bangsa Melayu di Kepulauan Riau.
Balai adat merupakan ciri khas pembangunan perumahan bangsa Melayu yang hingga kini masih terpakai oleh seluruh masyarakat. Design bangunan Balai adat menunjukkan bahwa ciri khas bangsa Melayu dengan arsitektur yang terlampau indah dan kokoh seperti kokohnya pendirian dan mental masyarakat di sekitar kepulauan riau. Saya pikir, identitas kebesaran bangsa Melayu akan tersimpan dengan rapi di dalam Balai Adat Melayu yang masih kokoh itu.