Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan Masih Berlanjut ke Tanjungpinang (Kota Sejarah Bangsa Melayu)

22 Juni 2023   13:10 Diperbarui: 24 Juni 2023   19:46 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu Destinasi Wisata Pulau Bawah, di Kepulauan Anambas. foto : Tribunbatam.id

Sebenarnya, pekerjaan seperti ini tidak menghasilkan keuntungan yang banyak dalam hal materi. Tetapi, sisi lain dari kegiatan seperti ini adalah bisa berkunjung ke tempat-tempat bersejarah, apa lagi Kota Tanjungpinang masuk dalam daftar rekomendasi wisata Indonesia. Mulai dari wisata bahari, wisata pantai, religi, sejarah dan apalagi wisata kulinernya.

Dari hasil yang saya pelajari melalui beberapa artikel dan literatur sebelumnya, sekitar tahun 2021-2006 kontribusi terbesar untuk perekonomian Kota Tanjungpinang adalah tiga sektor inti seperti hotel dan restoran maupun perdagangan. Padahal, untuk sektor jasa seperti pelabuhan Sri Bintan Pura yang sudah melayani rute internasional seharusnya menjadi Sktor inti untuk berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi di Tajungpinang, atau karena pelayaran domestik juga mempengaruhinya.

Setelah kami kelar dari pembahasan dan persiapan untuk agenda besok tanggal 19 april di Kota Tanjungpinang dan Pulau penyengat, pukul 23.45 wib, kami kembali ke hotel dan Kak Ikka di jemput oleh kerabatnya kembali ke rumah. Tiba di hotel, Bang Radit mungkin sudah istirahat. Tidak ada lagi chatingan grup, saya melanjutkan sedikit aktivitas membuka kembali sejumlah artikel untuk mengetahui lenih jauh Kota Tanjungpinang dan Pulau Penyengat.

Dari haril meriset sementara di beberapa artikel dari beberapa literatur, saya menemukan wilayah Kota Kota Tanjungpinang mencapai 239 K2 lebih luasnya. (Baca Kota Tanjungpinang di Disbudpar Kota Tanjungpinang).  Kota Kota Tanjungpinang hanya memiliki sekitar empat kecamatan. Keempat kecamatan ini tidak hanya di huni oleh suku Melayu, ada juga suku lainnya seperti tiong hoa, jawa, dan beberapa suku lainnya.

Tepat pukul 02.00 wib, saya masih melanjutkan aktivitas membaca beberapa artikel untuk menambah pengetahuan tentang kepulauan riau dan sejarahnya. Menurut sejumlah artikel, Kota Tanjungpinang ini merupakan bagian dari wilayah kerajaan Melayu, pantas saja aktivitas di sini secara sekilas terlihat hanya sepenuhnya ada orang Melayu sebagaimana sejarahnya. Selain itu, saya membaca juga artikel tentang Kesultanan Malaka. Di mana, Sultan Mahmud Syah jadikan Bintan atau Kota Tanjungpinang ini sebagai pusat dari Pemerintahan Kerajaan Malaka setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, dan Pemerintahan Johor sebelum di rebut oleh belanda setelah mengalahkan Raja Fisabilillah pada tahun 1784.

Nah, terkait sedikit hisory yang saya baca ini, hubungan dengan rencana kami besok pagi pergi ke pulau penyengat dengan tujuan kegiatan dan wisata sejarah, salah satunya berkunjung ke makam Pahlawan Raja Haji Fisabillah di Pulau Penyengat. Kota Tanjungpinang sudah menjadi kota adminstratif semenjak 1945 setelahnya menjadi Kota Kota Tanjungpinang. Sebagian besar, atau bahkan hampir seluruhnya masyarakat di Kota Tanjungpinang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa komunikasi setiap hari antar penduduknya.

Kalau kita belajar sejarah di tahun 1990an waktu sekolah SD atau SMP dan SMA, pasti kita sangat akrab dengan nama Tokoh Pemuda menjelang tahun 1928 ketika sejumlah tokoh pemuda Indonesia membahas bahasa resmi yang nantinya dipakai Indonesia setelah merdeka. M Yamin, adalah sah satu tokohnya, dia bersama dengan Ki Hajar Dewantara lah yang mengajukan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Hal ini bukan tanpa alasan, kemungkinan mereka menghargai Raja Ali Haji atau Sultan Riau yang sekaligus sebagai penulis Gurindam 12 yang saat ini makamnya menjadi salah satu cagar budaya dan sejarah yang ada di Pulau Penyengat.

Cerita tentang Berkunjung ke Pulau Penyengat akan saya Tulis di Bagian lain dari Tulisan ini. Setelah tiba di Pulau Penyengat, ada sekitar 4 tempat bersejarah yang kami kunjungi di tanggal 19 April 2023 itu. Kami mengawalinya dari mengunjungi Balai Adat Melayu, selanjutnya Makam Pahlawan Raja Haji Fisabilillah, Makan Engku Puteri Raja Hamidah dan terakhir kami mengunjungi Mesjid Raya Sultan Riau yang dalam cerita Rakyat, mesjid yang terbuat dari Putih Telur. Tunggu ya tulisan tentang Berkunjung ke Pulau Penyengat.

Untuk beberapa perjalanan ke Kalimantan Tengah, Anambas (terempa dan Letung) juga saya abadikan dan menyimpannya di Instagram. Dengan membuat video pendek ini bertujuan sebagai hiburan dan sebagai rekam jejak setiap perjalanan kerja dan wisata. Teman-teman pembaca dapat melihatnya di Instagram @hr.baboss.

Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun