Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Lestarikan Terempa dan Primadona Wisatanya di Anambas Kepulauan Riau

20 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   07:07 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Bawah Surga Wisata Di Anambas, foto Reddoorz.com

Orang suku laut dengan cara bertahan hidup yang bergantung pada keadaan maritim atau hasil dari laut pada akhirnya menjadi masyarakat moderen dan tinggal di daratan. Menurut saya, ini hal yang wajar saja demi alasan dunia ini mulai berkembang, dunia sudah moderen dan orang tidak lagi hidup seperti orang-orang suku.

Padahal, justeru karena alasan moderen dan demi perkembangan manusia dan pembangunan inilah menjadi salah satu alasa paling kuat mengapa suku laut di di terempa atau kepulauan riau pada umumnya menuju nasib kepunahan. 

Sebenarnya, beragam suku budaya dan adat adalah kekayaan sesungguhnya, peradaban dari sebuah kehidupan yang sebenarnya yang harus dan perlu dipertahankan. Perlu adanya pelestarian dan upaya untuk menjaga keberagaman suku sebagai kekayaan Indonesia yang sesungguhnya.

Begitulah keresahan yang terlintas di kepala saat pak ramat dan saya menyusuri jalan setapak atas laut menuju ujung  di terempa itu. Dalam sebuah artikel, saya membaca tulisannya Adrian, B Lapian tentang Orang-orang laut. 

Ada sejumlah artikel yang membahas bagaimana komunikasi dan kehidupan orang laut alias suku laut di lingga dan anambas. Di lingga dan Kepulauan riau sendiri ada yang menyebut orang suku laut sebagai orang pesukuan. Selain itu, nama suku laut ini juga berdasarkan nama pulau yang mereka diami di bagian wilayah pesisirnya.

Seperti orang laut mapor, artinya suku laut yang mendiami Pulau mapor, atau orang laut Galang. Artinya orang suku laut yang mendiami pulau Galang di wilayah batam dan seterusnya nama suku laut yang paling mengejutkan saya adalah Suku Bajau. 

Secara bahasa, saya tidak asing dengan dengan makna suku laut ini, sebab di beberapa wilayah bagian timur Indonesia, juga kehidupan orang pesisir atau orang laut lainnya dengan gaya rumah yang sama, kehidupan mereka tergantung dengan hasil laut dan sebagainya. Sama seperti di Terempa, rumah-rumah di atas laut ini sangat tidak asing bagi saya.

Di wilayah Indonesia timur, saya tahu suku laut namanya Bajo, ini mungkin berbeda dengan dengan sebutan di terempa atau kepulauan riau. Suku laut di kepulauan riau di sebut juga bajau, ejaannya menurut saya sama saja dengan orang-orang di bagian wilayah sulawesi menyebut suku bajo, atau wilayah Indonesia timur lainnya. 

Pada prinsipnya, saya tahu bahwa suku bajo adalah suku yang sama dengan suku laut di wilayah kepulauan riau terutama di terempa, apapun sebutannya, tetaplah suku yang sama-sama hidup di laut dan menggantungkan hidupnya dengan hasil laut.

Saya pernah membaca beberapa artikel lainya, menjelaskan bahwa untuk suku laut ini dengan ciri fisik dan hidup berpindah-pindah (nomaden) dari pulau satu ke pulau yang lain sesuai dengan hasil lautnya. 

Ternyata suku laut ini bukan hanya di wilayah indonesia, ada juga suku laut seperti di filipna dan beberapa negara yang memiliki laut sebagai bagian wilayahnya. Untuk menulis lebih banyak tentang hal ini, sepertinya saya membutuhkan beberapa metode baik itu penelitian atau eksplore dengan waktu dan cara yang mumpuni demi kepentingan menulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun