Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Antara Bekerja dan Berwisata ke Air Terjun di Desa Temburun Anambas

18 Juni 2023   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2023   10:04 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kedua di Terempa Kabupaten Kepulauan Anambas, 15 april 2023. Sore di hari sebelumnya, saya, Kak Ikka, bang Radit dan pak Ramat buka puasa bersama. Sekalian ngobrol banyak hal tentang terempa dan keunggulannya. Kata pak Ramat, terempa ini wilayahnya tidak terlalu besar. Masyarakat di sini didominasi oleh bangsa melayu, sisanya dari suku lain.

Di pertengahan pembicaraan kami, saya sangat tertarik dengan kata suku laut. Dari semua hal tentang terempa serta potensinya dijelaskan oleh pak Ramat. Sepertinya ini jadi hal menarik untuk diketahui. Sore itu, pak ramat hanya menyebut suku laut tanpa melanjutkan bagaimana asal mula suku ini bisa berada di terempa. Pembicaraan beralih ke hal lain termasuk merekomendasikan beberapa spot wisata dan resto yang harus kami kunjungi jika masih punya waktu.

Pukul 02.00 wib, mata saya masih tajam melihat layar notebook yang mematung di atas meja kamar. Meskipun sudah malam hari, dan menggunakan AC di kamar hotel. Saya masih merasakan suhu panasnya. Mungkin, di bulan april itu masih musim panas ekstrim. Semua wilayah di Indonesia terkena dampaknya yang sama seperti di terempa ini. Beberapa pekerjaan kecil yang harus saya selesaikan dengan menggunakan notebook sembari menunggu waktu sahur datang.

Selain focus untuk besok harinya, saya masih saja terngiang dengan kata pak Ramat sore itu tentang suku laut. Terpikir untuk searching tentang suku laut di anambas. Saya temukan beberapa literatur, yang membahas tentang suku laut di kepulauan riau. Salah satu artikel ini dilansir Tribunbatam.id tanggal 5 Juli 2020 dengan tema “ Mengenal Suku Laut, Pribumi Asli Kepulauan Riau yang Hidup Berkelana dengan Sampan”. Isi artikelnya menjelaskan beberapa hal tentang suku laut. Sepintas menjelaskan bahwa selain suku melayu, suku laut adalah satu dari beberapa suku asli di Kepulauan Riau ini.

Selain itu, dari selatan semenanjung malay hingga lingga dan pulau batam. Pulau-pulau ini adalah pulau tempat orang laut atau suku laut ini bermukim. Di terempa dengan bahasa melayu, mereka juga sebut kelana laut. Hal ini karena suku laut ini tidak mendiami satu pulau saja, mereka hidup berpindah tempat saat hasil untuk kebutuhan hidup di daerah itu sudah tidak lagi mereka dapat.

Rumah Perahu Suku Laut Beratap Kajang, Foto by Sampaijauh.com
Rumah Perahu Suku Laut Beratap Kajang, Foto by Sampaijauh.com

Kak Ikka juga menjelaskan hal yang sama seperti pak Ramat, orang-orang suku laut ini masih menggunakan bahasa melayu lokal. Mungkin bahasa yang mereka maksud adalah bahasa ibu bangsa melayu. Suku laut tidak memiliki rumah permanen seperti masyarakat di daratan pada umumnya. Mereka hidup di atas perahu sampan beratap kajang atau yang kita kenal dengan istilah jerambah.

Salah satu suku yang menurut artikel lain dilansir batamnews.co.id tanggal 16 juni 2023. Suku laut adalah salah satu dari lima suku asli Kepulauan riau yang terancam punah. Sayang sekali, jika salah satu suku ini punah. Mestinya, pemerintah setempat atau para pemangku kepentingan di negeri ini bertindak cepat melindungi kekayaan budaya di Nusantara ini.

Sekitar tahun 2500-1500 SM, Disbud Kepri dalam rilisan resminya, dilansir Tribunbatam.id bahwa suku laut ini menghuni bagian wilayah melayu-lingga yang di kenal dengan Melayu tua. Suku laut ini memiliki peran penting sebagai perompak yang berkontribusi besar terhadap kejayaan kesultanan Malaka, johor dan Sriwijaya. Menurut hemat saya, orang yang memiliki kontribusi besar dalam suatu kerajaan adalah orang yang paling setia, salah satunya adalah suku laut ini.

Masih sangat panjang history tentang suku laut yang saya baca dari kurang lebih 14 artikel dan sejumlah tulisan di blog pribadi orang-orang yang berkunjung ke daerah Kepulauan Riau. Hal ini saya lakukan dengan maksud menyelami lebih jauh dengan prinsip menambah isi perpustakaan di kepala, apapun informasi yang saya dapat dari hasil search di google, saya membacanya sampai kelar. Waktu terasa begitu cepat, pukul 03.20 wib. Pesan di grup whatsapp sudah ada notifikasinya. Karena whatsapp saya tersambung ke PC, langsung saya baca dua pesan beruntun. 

“Bang, sahur yuk. Ke arah pelabuhan aja, pasti masih ada warung makan yang buka” pesan bang Radit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun