Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Stereotipe Black Market dan Kota Batam

13 Juni 2023   21:18 Diperbarui: 13 Juni 2023   21:46 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Barelang Kota Batam. Foto ; Mengenalindonesia.com

Saya memotong pertanyaan kawan tadi, batam itu benar ada praktik black marketnya. Tetapi itu bukan Kota batamnya, itu hanya sebagian oknum yang sengaja menghindari pajak masuknya barang yang mereka ambil dari negara tetangga, jadi barang yang masuk di batam dengan jalur tidak resmi (tidak melalui pemotongan pajak) itu yang di sebut black market.

Selain itu, saya sangat tidak sepakat, tidak setuju dengan semua pernyataan yang sejauh ini banyak orang sering melebelkan batam sebagai kota black market. Menurut saya, ini merupakan stereotipe yang merujuk pada hal negatif untuk sebuah kota seperti kota batam yang sangat indah ini.

Saya bukan hanya pertama kali menghadapi pertanyaan dan pernyataan semacam ini ketika bertemu dengan orang baru. Ketika menanyakan di mana tinggalnya, dan kita menyebutnya batam, berikut juga pernyataan dan pertanyaan yang menyebalkan tentang kota batam dengan dasar pengetahuan mereka yang terbatas.

Mengakui bahwa mereka tidak tahu, atau mendengar dari cerita orang, lihat di video-video pendek atau di channel youtube dll. Asumsi mereka tentang batam terlalu sempit menurut saya. Kurang lebih hampir 7 tahun lamanya di batam. Setiap kemana saja, di luar dari kota batam, saya selalu di serang dengan pernyataan dan pertanyaan demikian.

Kita mungkin bisa bersabar ketika hal itu kita hadapi satu atau dua kali dengan orang yang berbeda. Tetapi hal semacam ini saya hadapi selama kurang lebih 7 tahun, dan itu membosankan. Seakan-akan, sesuatu yang khas di kota batam ini hanyalah black market. Hei, batam ini menurut saya surganya wisata Indonesia.

Logikanya seperti kamu mendengar sapaan mesin portal masuk Otomatis Barrier Gate Arm "selamat datang, tekan tombol hijau dan ambil tiket perkirnya". Setiap kali kamu masuk, hal itu di lakukan terus menerus dan sama, tidak berubah sangat membosankan.

Nah, ini sama seperti pertanyaan kawan saya tadi, mungkin dia adalah orang kesekian yang menanyakan dan menyatakan hal yang sama tentang kota batam. Saya pikir, kurangnya pengetahuan atau keterbatasan untuk mendapatkan informasi lain menjadi masalah mendasar buat beberapa orang seperti kawan saya ini.

Sehingga, yang mereka pikir, batam merupakan kota penuh dengan praktik pasar gelap. Kalau mereka bisa berkunjung ke kota batam, mereka pasti dibikin kaget dengan realitanya kota batam. Kota indah penuh dengan sejumlah wisata, kota yang terbuka, aktivitas bisnis sangat kental menjadi warna yang khas buat kota batam.

Hal ini yang membuat kota batam beda dengan kota lainnya, jadi bukan hanya sesuatu yang sangat mengerikan kalau didengar. Black market lah, semua murah lah, barang branded yang harganya jauh di bawah harga pasar dll. Aku pikir, isi kepala mereka batam itu gelap, isinya hanya pasar gelap dan orang yang berkunjung kesana adalah orang-orang gelap.

Batam itu tidak seluas kota lainnya, untuk kemajuan pembangunannya, masih sangat jauh beda dengan Jakarta dan kota besar lainnya. Tetapi, Indonesia ini, sepertinya batam merupakan primadona kedua selain bali.

Jadi setiap kali saya bertemu dengan orang yang melontarkan pernyataan atau pertanyaan yang demikian, seperti membuat sesuatu yang sangat seram kedengarannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun