Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cerita Baru dan Juli

1 Juli 2021   22:30 Diperbarui: 1 Juli 2021   22:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis cerita - foto wiwidstory.com

Mereka tidak menulisnya dengan tinta emas, para guru dan filsuf juga seniman dan sastrawan menulis cerita mereka dengan hati.

Persepsi kita, tinta yang dipakai untuk menulis tidak mungkin bisa dari emas?

Itu hanya pikiran kita, dan mereka sebenarnya hanya menulis dengan tinta biasa lalu meletakkan derajat tulisan cerita mereka sebagai julukan tinta emas yang menggetarkan isi seantero bumi.

Entah tinta itu adalah emas atau hanya tinta air biasa yang mudah terhapus kala kita menutup lembar cerita, buktinya cerita mereka masih terus dibaca dan mengaung di beberapa lapisan generasi.

Dari tulisan-tukisan mereka, sekarang kita menulis cerita kita. Tuliskan saja, jangan merasa risih apalagi gengsi. Yakin saja, tulisan-tulisan meskipun tidak bergizi seperti puisi yang mati.

Energi tulisan dan kata-kata tak pernah mati. Meminjam kata Wiji Thukul dalam puisinya "Aku masih ada dan kata-kata belum binasa"

Juli ini, kata orang-orang. Liburan ke eropa adalah waktu yang tepat. Tapi aku pikir, di negeri kita sendiri semua hal sudah lengkap.

Taman, wisata, kota, pantai, cinta, rindu, kisah dan sederetan warna hidup sudah ada di negeri ini. Rumah kita lebih indah, ketimbang rumah tetangga.

Menulis cerita baru dengan kebaikan-kebaikan, membuka hati, menepis ego agar jiwa kembali tegar pada fitrahnya

Kita hanya butuh semangat, dan doa-doa untuk menulis hal baru di lembaran baru cerita kita. Agar kelak, kita rampung kembali cerita lalu menjadi satu kenyataan yang mungkin kebanyakan orang menyebutkan tujuan.

Akhir dari upaya dan kerja keras. Cerita ini tetap memiliki hikmah, tetap akan dibacakan saat kita yang menulis duduk dan menikmati segelas teh yang manis di teras depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun