Melodi-melodi malam tak mampu kabari riang yang bergejolak. Agin dingin perlahan mengusik dalam-dalam sampai pada lembah hati
Ingin ku acuh tapi takut terjatuh
Diantara lentik-lentik gemulai sapaan angin malam, pikiran ini terpental melampaui rasa rapuh
Kudengar lagi, ada keteduhan di balik langit sunyi, detak yang bergerak ibarat pemantik agar berjarak tidak memilukan hati
Tidak ada sepi yang benar, syair-syair itu kudekap makin erat lalu berubah pekat. Tanpa nada dan juga tanya, kenangan melekat sembari memberi kecupan umpama embun tak punya rasa pada daun
Rintik malam, dekat ini helat yang nikmat, jiwa-jiwa yang kembali lelap ditiduri pujangga langit. Barisan cerita dan sekotak asmara telah pulang pada ketiadaan
Kita yang dekat tak seberapa, berdebat dengan keras lalu mengutuk pagi yang mesra. Terlalu dekat hingga jauh disangka ada, lalu mengadili raga
Terlalu dekat, hingga harap dibunuh jarak. Terlalu dekat, hingga bait-bait indah memilih rehat. Terlalu dekat, meralat sepakat.
Biar saja, mata menumpuk pada bayang kelam. Hadirmu, menggaris jalan tanpa irama lalu menjadi suram
Oh, nestapa berakhir di jalan setapak
Bth, 7 Juni 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H