Laksana kebajikan
Langit bebas yang berawan rupa syarat kebebasan hati yang tidak dapat di adili, tuan
Hati-hati,
Antara cerita, tahta, dan kuasa
Ku selip satu titik kebebasan sejati, agaknya kau gak menyadari hingga kehancuran mencoreng keburukan yang kau sembunyi
Sudah waktunya kamu harus tau
Memberikan kebebasan pada orang-orang, agar mereka dapat mimilah dan mimilih hidup adalah mencintai yang sebenarnya
Apakah sengaja lupa, atau benar-benar merubah lupa jadi murka dan memeluk erat luka-luka?
Bebaskan hati, mengumpul puing-puing berserakan, satukan kembali menjadi rumah bahagia, yang jumlahnya sama dengan kebaikan
Tanggungjawab  pada pencipta, pada alam dan sesama manusia, adalah jalan kebebasan. Di seberang jalan, ada kaum papah yang menangis kepayahan
Bebaskan hati, kebebasan tidak bisa menghukum juga mengubah nasib manusia, tetapi mencintai sangatlah mungkin
Kerusuhan, pembiaran dan kemiskinan masih terus berlanjut. Tidak ada kebebasan sejati menyapa tiga hal itu
Kalau aku punya kuasa,
Ku berikan kamu dua pilihan, menerima atau menolak sejatinya kebebasan, bak langit maha luas
Kamu bilang tak punya keberanian, untuk apa mencintai dan menepuk belahan dada?
Tajuk gerak gerik kita menuju bebas, tapi tidak dengan nasib yang na'as. Selangkah lagi kita tergilas bebas
Kalau tidak mau digilas, jangan sebut kamu manusia bebas. Sebab, yang  bebas punya jalan kecerdasan yang tidak ada batas
Aku, memilih percaya pada kebanyakan orang yang cita, cinta, dan hatinya  di bebaskan.
Percaya pada kebebasan mulut-mulut yg dianggap sampah masih jauh lebih baik ditimbang percaya pada kamu yang bicaranya sangat manis tapi tak bergizi
Bebaskan hati, mencintai dan peduli
Jangan takut berpamrih, karena kebenaran sejatinya sebentar lagi memanggil kita kembali
Pulang pada sejatinya kekebasan
Bth, 06/06/21
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H