Obrolan bulan maret, membawa saya lebih jauh memikirkan tentang beberapa hal yang mestinya dipelajari dan di jadikan contoh yang baik untuk tidak melakukannya sama sekali. Sebab beberapa hal ini sangat berisiko, terutama untuk kesehatan jiwa secara psikologi.
Hal pertama yang saya pikirkan, dari obrolan kami di bulan maret itu tentang kemajuan teknologi juga dapat menghambat kematangan perkembangan sosial. Kita lihat di pandemi ini, hampir saja setiap kita mengalami stres, gejala emosi kita terlihat sedang naik ke level tidak bisa dikendalikan. Ini merupakan dampak negatif keadaan sosial yang harus diterima oleh kita semua.
Pukul 19.30 wib kami mengakhiri obrolan, yang menurut hemat saya bisa dijadikan sebagai materi untuk sebuah artikel yang mungkin memiliki manfaat bagi pembaca yang menerimanya, membaca dan menyimpulkan maknanya sesuai dengan keadaan jiwa dan hati mereka.
'bang joy, saya balik duluan ya"
sambil berjalan ke arah kasir kedai untuk membayar secangkir kopi hitam dan kopi dengan kemasan botol. Kembali berpamitan dengan bang joy, saya meluncur dengan cepat menuju rumah. Mengumpulkan sedikit demi sedikit semangat dan membuka lagi alat tulis di laptop kecil saya. Memulai proses meramu kalimat-kalimat inti menjadi sebuah artikel.
Obrolan terakhir kami masih tentang kesehatan jiwa generasi muda, kesehatan mental memperlakukan realitas sosial. Bicara seputar penggunaan media sosial, dan ini yang paling berkesan. Kata bang joy, akses dunia maya generasi sekarang memiliki sisi manfaat keduanya, positif dan negatif. Fasilitas dan aktivitas dunia maya ini kalau tidak arif kita gunakan maka mental kita benar-banar dibikin hancur.
Maurut bang joy, waktu yang semestinya digunakan generasi muda adalah pengembangan diri di usia yang masih dini. Masih terbilang baru menurut bang joy. Jangan menyita waktumu dengan melakukan hal yang tidak bermanfaat, lakukan hal-hal yang tidak mengganggu kesehatan jiwa. Ini hal yang paling berkesan dari obrolan panjang kami di akhir maret.
"kamu tahu yang lagi viral-viral sekarang kan, syndrom tik tok dll?' tanya bang joy ketika kami bertemu pertama di awal april.
Obrolan april masih juga seputar akses media sosial, tentang edukasi yang minim pengunaan media sosial, kebebasan hak menggunakan dan membuat apa saja di media sosial. Saling mengejek, saling banding dan saling banting satu sama lain, semua hal ini menuju gangguan kejiwaan yang tidak dapat di hindari kalau kita lama-lama hanyut didalamnya, meskipun ada sisi positifnya tapi jarang yang melihat kesempatan itu.
"iya tahu bang" jawab singkat saya sambil bereskan beberapa lembar catatan yang di bawa dari kelas less untuk masukkan kedalam  (rangsel) samping di kursi sebelah saya duduk.
Obrolan itu berujuang pada sebuah saran tentang kebijakan atas sebuah regulasi, sosialisasi dan edukasi penggunaan medsos untuk anak-anak atau generasi muda harus dilakukan secara masif, baik itu pemerintah maupun orang tua. Dari obrolan itu saya simpulkan bahwa sosialisasi penggunaan medsos ini merupakan hal penting untuk menyiapkan mental generasi yang tidak hanya cerdas secara pengukuran sekolah saja, melaikan juga harus mengarahkan mental generasi untuk menjadi generasi terbaik yang sehat jiwanya