Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cerita Anjloknya Omzet Penjual Ketoprak di Batam (Seri II)

28 Maret 2021   20:27 Diperbarui: 28 Maret 2021   20:45 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lanjutan dari Tulisan Seri I dengan tema yang sama "Cerita Anjloknya Omzet Penjual Ketoprak di Batam (Seri I)" klik Seri I untuk baca tulisan sebelumnya !

Ini penulis gambarkan sedikit data aktivitas import bahan dasar dari tahu dan tempe yakni kedelai sesuai dengan tema, dan obrolan penulis dengan dua pemuda sebagai pedagang ketoprak tadi. Dari cerita mereka, di batam sendiri tidaklah beda dengan pasar di daerah lain jika harga di pasar melonjak.

Nah, disini penulis sertakan lagi sedikit data, berdasarkan data pemasukan produk impor hortikultura ke Batam. Priode Januari-Maret 2014, tercatat sebanyak 1.665 ton kedelai impor asal Malaysia. Kembali lagi ke data sebelumnya diatas, Malaysia pada tahun 2016 mengimpor 5.647 dan 2017 Malaysia dengan angka impor kedelai lebih tinggi 9.505 ton di bandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2018 masih dengan sumber data yang sama, impor kedelai sempat turun dari 2,67 menjadi 2,58 juta ton. Bukan berarti Impor kedelai Malaysia ikut turun. 

Kita lihat impor kedelai Malaysia ke Indonesia dari angka 5.647 ton di tahun 2016, meningkat 9.505 ton di tahun 2017 dan di 2018 impor kedelai ke Indonesia secara umum menurun, impor Malaysia sendiri naik menjadi 10,413 ton meskipun di 2019 menurun lagi impor kedelai Malaysia 8.683 ton. Dan impor kedelai secara umum Indonesia hingga akhir Oktober 2020 Indonesia sudah impor kedelai sebanyak 2,11 juta ton.

Dari data di atas, kita melihat beberapa negara menjadi iportir kedelai terbesar untuk Indonesia dari tahu ke tahun. Dan khusus untuk bahasaan tentang tulisan ini, penulis paparkan data impor kedelai hanya dari Malaysia karena di batam sendiri. Menurut asumsi penulis, di pasaran stok kedelainya kurang lebih 75% dari Malaysia.

Harga kedelai impor dari Malaysia yang mencapai Rp 9.000-10.000 per kilogram di hampir seluruh pasar khusunya wilayah batam. Nah di batam dengan kota yang secara geografis nya sebagian besar adalah kepulaun sehingga ketersediaan produk hortikultura termasuk kedelai di Batam sangat tergantung pasokan dari luar batam, terutama kedelai dari Malaysia tadi.

Satu Artikel lain di Bisnis.com dengan tema "Impor Produk Hortikultura ke Batam Naik 7 Kali Lipat" di batam sendiri direkomendasikan Ada total 7.140,5 ton volume produk hortikultura impor yang masuk. Ini berdasarkan data Badan Pengusahaan Kawasan Free Trade Zone Batam (BP Batam). Sedangkan untuk periode Juli - Desember 2013 lalu, total kuota pemasukan produk-produk hortikultura tersebut hanya sebanyak 1.180 ton (Baca: bisnis.com).

Data terakhir untuk 2020 belum penulis dapat. Kalau pembaca sudah memiliki data, bisa sertakan di kolom komentar.

Itu sedikit data yang penulis perlihatkan untuk sekedar menggambarkan bahwa harga kedelai dalam beberapa pekan terakhir seperti yang penulis, pembaca dan juga para perajin tahu atau tempe ketahui. Harganya kemungkinan bisa di pastikan masih terus naik dari Rp 9.000/10.000/kg hingga mencapai Rp 15.000-20.000/kg.

Dari obrolan penulis dan kedua pemuda penjual ketoprak yang kurang lebih 1 jam ini. Mereka memberikan keterangan berdasarkan harga beli yang mereka tahu, bukan data data Lembaga terkait. Yang sangat tragis lagi di tengah obrolan, pemuda B dengan mengakui mirisnya harga jual di pasar.

"Kalaupun di pasar stoknya ada, dengan harga jual Rp 8.000-9.000 untuk saat pandemi seperti sekarang, ini sudah termasuk sangat mahal bang, apalagi harga naik mencapai Rp 10.000 terlebih lebih lagi sampai 20.000 bisa berhenti kita jualan" kata pemuda B.

Pengakuan pemuda B tentang harga kedelai yang miris ini belum juga selesai, kita lihat sendiri belakangan ini dampak mungkin terkena pada harga sembako di pasar. Begitupun pemuda B melanjutkan kisahnya sambil membersihkan meja tempat kami makan, dirinya mengakui dampak dari kenaikan harga kedelai di batam.

"Kami merasakan sangat besar dampak dari naiknya harga kedelai ini. Apalagi mereka yang bikin tahu dan tempe, bisa gulung tikar kalua harga tidak turun" lanjut pemuda B

Mereka berdua, jualan ketoprak sehari-hari, kalau mereka tidak jualan berarti lagi sulit dapat tahunya. Sekedar untuk di ketahui, hampir sebagian besar pedagang/penjual ketoprak dengan tahu sebagai lauk utamanya akan merasakan hal yang sama seperti kedua pedang ketoprak yang penulis ajak ngobrol ini.

Lanjut pemuda B "kalau kedelai naik harganya, harga tahu sudah pasti ikut naik. Belum lagi harga cabe sekarang, kalo cabe dan kedelai naik. Ya jualan ketoprak juga ikut naik bang"

Kedua pemuda ini mengakui, kalau bisa dibilang. 50% dari omzet mereka hilang setelah pamdemi. Mereka harus lebih giat lagi kejar waktu mereka untuk jualan. Karena sejauh tahun 2020 kemarin, mereka sudah kehilangan 50% omzet. Kalau pandemi ini berjalan sampai akhir 2021 saja sudah tepar mereka. Sambung pemuda B.

Keseharian mereka, menjual ketoprak diawal pandemi masih bisa 60 porsi, di kondisi masih normal mereka bisa dapat 500-700 ribu, sekarang mereka kalau tidak giat, hanya bisa 30-45 porsi. Itupun kalau lagi ramai pengunjungnya.  

Kata kedua pemuda ini, meskipun lagi sepi pengunjung/pembeli, kami tetap jualan. Karena untuk saat ini, kami tidak berani mengganti ketoprak dengan jenis jualan yang lain, sebab harga sepertinya masih sama. Semuanya masih tinggi dipasaran.

Obrolan ini berakhir, penulis dan seporang teman lalu pamitan dan meninggalkan mereka. Semakin penulis ngobrol sama mereka, rasanya tidak sanggup mendengar banyak keluh kesah tentang dagangan atau jualan mereka berdua.

Penulis bayangkan, jika semua pedagang di tempat itu yang kurang lebih 50 pedagang bergerobak itu dengan keluhan harga, suasana hati, upaya dan usaha, tentang nafkah hidup. Semua dari kita tidak sanggup mendengarnya.

Dari cerita mereka juga, penulis berpikir kalau saja pemerintah Indonesia/kota batam sendiri secepatnya mengambil kebijakan harga yang stabil. Dampaknya tidak separah yang di alamai kedua pemuda penjual ketoprak ini.

Terakhir yang paling berkesan, kata mereka. Tetap bertahan dengan keadaan yang begini, dan keuntungan seadanya hanya untuk makan dan beli bahan jualan sebisanya saja. Target mereka tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Meskipun sepinya pembeli, kedua pemuda ini mengaku belum mau jualan lain, mereka masih tetap jualan ketoprak sampai kondisi benar-benar membaik. Tukas mereka.

Menurut hemat penulis, dengan kenaikan harga ini, untuk semua harga ya. Hal ini agak sedikit memberatkan seluruh produsen dan konsumen. Sampai kapan lonjakan harga bahan pangan ini diatasi oleh pemerintah?

Penulis lebih memikirkan tentang kenaikan harga ini sudah tidak terkontrol, menyempitkan kesempatan hidup masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.

Sebagai masyarakat kelas menengah atas mungkin bisa memaklumi kenaikan harga tersebut namun tidak dengan masyarakat kelas bawah. Tentunya mereka berharap harga bisa segera kembali normal. Harapan penulis. Semoga saja pemerintah segera mengambil langkah tegas agar bisa melakukan upaya untuk membuat harga-harga kembali menjadi normal lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun