Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mindset is Everything

21 Februari 2021   11:26 Diperbarui: 21 Februari 2021   11:48 1132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : trenpesan.blogspot.com

(Jika sebelum bertindak dan sudah memikirkan efek buruknya dari tindakan kita, maka kita tidak lebih seperti orang yang benar-benar gangguan jiwa)

Secara sederhana Mindset (Pola pikir) diartikan sebagai suatu cara seseorang menilai dan memberikan kesimpulan terhadap sesuatu berdasarkan sudut pandang tertentu. Perlu di ketahui bahawa setiap dari kita tentunya tidak memiliki pola pikir yang sama, dan bahkan sangat jauh berbeda. Pola pikir ini menurut hemat penulis adalah cara kita melihat dan melakukan sesuatu hal.

Sebagai orang yang normal dan berpikir positif, yang perlu kita lakukan adalah hal-hal yang seharusnya menjadi fokus utama kita atau yang paling dominan dari kemauan diri kita. Oleh karena hal seperti ini terasa sangat biasa saja tetapi sebenarnya jika kita dapat dan focus melakukan sesuatu dengan benar dan bisa terfocus dengan tujuan akhir meskipun itu sukses atau gagal, jelasnya isyarat ini akan memberitahukan siapa diri kita, berapa nilai yang kita miliki, dampak seperti apa yang kita hasilkan dari sesuatu yang sudah kita lakukan itu dan pandangan kita terhadap diri sendiri. Jadi, kita tidak menilai diri kita adalah orang lain, atau bayang-bayang menakutkan dari sisi lain.

Bicara tentang pola pikir, aku, kamu dan tentunya banyak dari kita akan melihat dari banyak sisi yang berbeda pula. Dalam kehidupan seorang, terkadan pola pikir dirinya sendiri memyebabkan penyakit berpikir atau semacam terdapat kanker dalam cara berpikirnya membuat dirinya memikirkan sesuatu dengan cara berbeda pula dengan manusia normal lainnya.

Pola pikir ini terkadang menyebabkan seseorang selalu pesimis dalam hidupnya. Kehidupan seseorang kalau pesimistik terhadap sesuatu yang terjadi atau bahkan yang belum terjadi sekalipun pada dirinya akan berdampak negative bagi kejiwaannya. Bahasa sederhananya mungkin kita sebut penyakit jiwa.

Alasan hal seperti itu terjadi pada dirinya tentu terfocus hanya pada dua hal, yakni dia  takut gagal, tidak percaya diri hingga lelah berjuang. Kita lihat dulu bagaimana seseorang bisa sangat takut dengan keadaan yang sebenarnya belum dia lakukan sama sekali ataupun sangat menganggap dia tidak mampu melakukannya padahal sebenarnya dia sudah melewatinya dan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Pertama, takut gagal. Istilahnya adalah atychiphobia, yaitu perasaan irasional takut gagal yang terus menerus muncul pada diri seseorang, yah sederhananya seperti itu. Sama seperti jenis phobia lainnya, atychiphobia membuat seseorang mengalami perubahan secara fisik dan emosi.

Perasaan takut gagal sebelum melakukan sesuatu ini terjadi pada setiap orang dengan gejala yang berbeda, ada gejala yang biasa saja atau ringan dan yang berat atau parah. Dan dari kedua gejala itu, tentunya seseorang sudah tidak dapat menyelesaikan atau melakukan sesuatu dengan baik sebagaimana mestinya dilakukan oleh orang normal. Lama kelamaan, psikologinya akan terganggu dan menyeret dia kepada efek penyakit kejiwaan yang akut.

Tidak mudah mengatasi rasa takut gagal, dan sangat perlu untuk beberapa pengobata ataupun psikoterapi, dan belum tentu juga semua metode mengatasi hal ini bisa berhasil 100% bagi yang tidak ingin mengatasinya. Sudah barang tentu, seorang sudah merasakan hal ini, tidak akan mudah sembuh hanya dalam hitungan hari. 

Kamu perlu banyak Latihan, melakukan latihan yang konsisten serta komitmen untuk bisa melewatinya. Dari berbagai literatur, sangat direkomendasikan jika seseoramh mengalami hal secam ini, perlu kiranya harus memberitahukan kepada orang terdekat dia. Hal ini perlu dia lakukan agar orang yang bisa diajak berbicara dapat memahami keadaan yang dia alami dan tidak membicarakan hal-hal yang membuat perasaan takut gagal ini kembali mengganggu secara psikis pada seseorang yang mengalaminya.

Kedua, tidak percaya diri. Ini gejala kedua secara psikis sangat berpengaruh terhadap pola tindak sesorang dalam kehidupan kesehariannya di lingkungan sosial. Tentunya hal seperti ini bukanlah hal yang baik bagi jiwa kita yang sehat.

Pada kenyataanya, sesorang telah diberikan sesuatu pekerjaan yang merupakan sebuah tanggungjawab diri, jika dapat menyelesaikan dengan baik maka dia mendapat nilai ataupun sanjungan luar biasa misalkan dalam karirnya, atau hal yang menjadi tujuan pekerjaan di kantor atau semacam jasa pengabdiannya.

Jika dia gagal melakukannya, orang tidak melihat kegagalannya, ketidakmampuannya, ketidak-ada dukungannya dari pihak lain. Tetapi yang orang lihat adalah dirinya benar-benar gagal melakukan sesuatu itu. Berpikir seperti demikianlah yang membuat sesorang takut bertindak, takut melakukan sesuatu yang semestinya dia mampu melakukannya sendiri dengan baik dan benar.

Kedua hal itu menjadi focus penulis sebab sejauh ini, penulis menemukan di kehidupan sosial, diantara teman-teman penulis. Ada beberapa dari mereka sangat terganggu dengan frasa pelatihan mental. Yang mereka pikir, pelatihan mental hanya dilakukan jika orang mengalami gangguan parah pada jiwanya. Ternyata inilah kesalahan yang selama ini penulis tidak menyadarinya. Mereka hanya butuh memotivasi diri sendiri agar berpikir dengan pola piker yang sehat agar dapat melihat sesuatu dengan banyak sudut pandangnya.

Kalau mereka percaya bahwa kemampuan kongnitif dalam diri adalah bagian dari unsur pola pikir manusia yang sangat potensian jika baik, maka dengan sendirinya dia akan mendapatkan motivasi yang luar biasa dari dalam dirinya, semacam The Spirit dalam jiwanya.

Semua orang mengetahui mental diri, tapi tidak semua orang bisa meningkatkan mental dia sendiri tanpa ada dorongan dari luar. Artinnya, dalam keseharian kit ajika berpikir kita akan sukses melakukan sesuatu untuk besok hari atau sebuah tanggungjawab yang diberikan oleh atasan  kita ditempat kerja. Maka sama halnya kita telah mempraktikan eni peningkatan mental, kesiapan diri melakukan itu. Sehingga membuat kita jauh dari pola pikir negative yang  menggiring kita pada takut akan gala dan akhirnya tidak percaya pada diri sendiri. Yah, tidak percaya diri.

Hal semacam ini sering dialami oleh banyak orang dilingkungan kita, dengan sendirinya tanpa kita sadari akan mempengaruhi pola pikir kita. Maka kita adalah bagian dari orang yang sudah terganggu kejiawaannya. 

Pola pikir kita tidak unggul lagi dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sosial. Maksud penulis adalah pola pikir setiap dari kita merupakan hal yang sangat-sangat penting dan mempengaruhi aktivitas kita, apalagi kita sebagai pekerja, tidak bisa mengabaikan hal ini. Takut gagal dan tidak percaya diri akan membunuh psikologi kita secara perlahan dari masa ke masa.

Sederhannya berpikirlah begini, pikiran positif dalam diri kita bisa menjadi kekuatan dalam hidup kita untuk menuju hidup yang sukses dan bahagia. Jika kamu menjalani segala aspek kehidupan dengan pikiran yang positif, maka percayalah bahawa kamu bisa menghadapi semuanya dengan baik-baik saja.

Hamilton, dkk (2011). Mengatakan bahawa Pola pikir merupakan hal yang penting untuk menjelaskan penilaian manusia dan pengambilan keputusan yang dalam beberapa keputusan dapat memperbaiki atau memperburuk bias keputusan. Artinya dalam diri kita memiliki kekuatan untuk memengaruhi perilaku seseorang, atau bahkan sebaliknya. Dalam diri seseorangmemiliki kekuatan yang bisa mempengaruhi pola pikir kita. Aspek pentinya yang kita memiliki adalah jalan pengambilan keputusan dalam banyak situasi

Kalau kita tahu bahwa pola pikir adalah pembeda pada manusia, maka jelas tindakan yang diambil orang pun akan berbeda pula. Maka berpikirlah lebih dari biasanya, bertindak lebih dari biasanya. 

Contohnya seperti begini, jika dalam suatu pekerjaan ketika kamu diberikan pilihan apakah pola pikirmu mampu menyelesaikan sebuah masalah biasa atau tidak? Dan yang anda pilih adalah anda mampu melakukan pekerjaan itu, tapi anda tidak percaya bahwa anda bisa. Maka sama halnya bahwa anda hanya mampu kendalikan pekerjaan tanpa mampu mengendalikan pola pikir anda.

Sejauh ini, rata-rata dari kita selalu membuat alas an jika diperhadapkan dengan pilihan, apalgi pilihan itu terdengan sedikit sulit, lalu menganggap bahwa kepercayaan diri merupakan sebuah perasaan bukan the power of mind yang sebenarnya maka kita sudah salah. Ada juga yang sebelum melakukan sesuatu sudah melihat kegagalan mereka melayang-layang dalam alam pikir mereka. Ini berarti mereka tidak mampu kendalikan pola pikir mereka, dan mengutamakan emosi diri yang dominan.

Ada juga diantara kita yang pola berpikirnya sedikit agak keras, orang seperti ini akan menyelesaikan sebuah masalah tanpa tunggu atau banyak alasan. Bagi dia, menyelesaikan adalah jawaban yang tepat dan jauh lebih indah dari pada kata nanti atau tunggu dulu. Karena dia tahu, percaya diri adalah tindakan yang sebenarnya. Nah, kalau orang seperti ini di lingkungan kita, mereka adalah orang yang melihat kegagalan orang lain, kegagalan diri dia sendiri sebagai sebuah support yang positif, dan dia mampu mengendalikan emosinya sehingga tidak mengutamakan emosional dalam hal pengambilan keputusan atau menyelesaikan suatu pekerjaan.

Setiap orang punya perioritas akan nilai-nilai tersendiri dalam dirinya, bukan berarti tidak perioritas hal yang tidak memiliki nilai bagi mereka. Mereka mengambil keduanya sebagai penyeimbang cara pikir agar mampu bertindak sebagai mana mestinya dilakukan oleh orang sukses yang luar biasa dalam dunia kerja.

Aloia, dkk (2011), mengatakan bahwa pola pikir merupakan sebuah pandangan mental atau karakter yang terprogram dan memutuskan respon individu untuk berbagai situasi. Ini kita ketahui bahwa sebagaimana jiwa setiap manusia memiliki karater tersendiri, menurut pengertian dari pakar diatas dapat disimpulkan bahwa mental manusia ini sudah terprogram, dan jika tidak bisa di kendalikan maka program tersebut tidak mampu beroperasi sebgaimana mestinya dalam diri manusia, kurang lebih seperti itu pendefenisiannya.

Akhirnya, kita berkeinginan ingin sukses tetapi kejiwaan, mental kita tidak singkron dengan nilai-nilai sebagai acuannya. Padahal pola pikir adalah kunci sukses, keberhasilan, kebahagiaan sesungguhnya, Mindset Is Everything, prioritaskan nilai-nilai dan kendalikan emosi kita untuk sepadankan pola pikir kita mejadi positif dan hebat dalam banyak tindakan rasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun