Saat ditanya, Nene Indah, dirinya enggan memberikan keterangan/alasan yang pasti tentang hal ini. Hanya dalam ingatan dia, Soekarno saat itu datang ke Tidore karena urusan Papua Barat.
Alasan mendasar kedua puteri ini tidak terpilih karena tidak memenuhi syarat ciri fisik seperti yang di inginkan Sultan Zainal Abidin Syah. Biji Negara lah salah satu puteri yang telah memenuhi syarat dan punya ciri fisik sama dengan masyarakat papua. (Keterangan Nenek Indah pada Senin 29/07/2020. Salah satu saksi yang masih bisa memberikan keterangan tentang pihak Kesultanan mencari orang tidore asli dengan ciri fisik tersebut sama seperti ciri fisik orang Papua)
Sebagai masyarakat adat Kesultanan Tidore, Nene Biji Negara selalu tunduk kepada perintah Sultan sebagai tokoh di Kesultanan Tidore. Nene Biji Negara di panggil ke Kesultanan dan di berikan latihan atau semacam protocol bagaimana cara mengalung bunga pada sosok Presiden RI pertama ini.
Nasib hidup Biji Negara dan kedua temannya dari desa Bobo tidak seberuntung nenek cantik yang katanya saat itu juga merupakan puteri pengalung bunga  saat Soekarno pertama tiba di Tidore sebagaimana yang di lansir jpnn.com (rabu 19 April 2017). Puteri Cantik ini juga pernah di undang Sultan Husain Syah pada saat perayaan hari jadi kota tidore yang ke 909 tahun
Menurut keterangan Sebagian besar warga, ada penghargaan yang berikan kepada Nenek Biji Negara. Hal yang sama juga disampiakan anaknya sendiri, Ahmad. "Nene Biji Negara (Ibu saya) di berikan Penghargaan oleh Soekarno dengan Nama Biji Negara, semua keluarga, warga bobo dan orang tidore mengetahui dan menghargai itu sebagai bukti sejarah yang saat ini sengaja di tutupi oleh pihak tertentu"
Sekilas tentang mereka yang telah dilupakan atau sengaja digelapkan sejarahnya oleh pihak Kesultanan. Hingga saat ini, nasib Nene Biji Negara dan kedua temannya hanya menjadi lembaran sejarah yang tersimpan rapi menuju lepuknya usia sejarah Kesultanan Tidore
Nenek Biji Negara, Sang Guru
Nene Biji Negara dikenal dalam keluarganya adalah sosok cerdas dan sangat keras, pekerja keras, sama seperti perempuan lainnya di Desa Tongaru saat itu. Masa Mudanya di perkampungan Tongaru, menyisihkan waktu untuk belajar mengajar. Dia sosok guru yang mengajarkan banyak anak-anak di Tongaru cara menulism dan cara membaca.
Dirinya juga dikenal sebagai sosok yang mencintai sejarah, dia mengabdikan dirinya semasa hidup di desa Tongaru dengan belajar sejarah, mencari kebernaran fakta dll hingga dirinya wafat. Pernah juga dua kali melakukan perjalanan ke Raja Ampat, konon menurut tutur beberapa sumber lisan dan keterangan anaknya sendiri. Kelaurga Nene Biji Negara sebagiannya ada di wilayah Papua setelah Irian Barat kembali ke NKRI
Tiga kali melakukan perjalana ke Jakarta pada masa Megawati sebagai Presiden. Perjalanan ke Jakarta dengan tujuan bertemu megawati, hanya saja sampai yang ketiga kalinya, Nene Biji Negara sempat bertemu dengan Megawati anak Soekarno tapi tidak ada kesempatan untuk mengobrol lebih banyak tentang wasiat yang telah disampaikan oleh Bung Karno kala itu.
Pengakuan Nenek Biji Negara dikisahkan anaknya "selain mengalungkan bunga di leher Soekarno, dirinya juga menggendong (Guntur Soekarno Putera) anak Soekarno saat kunjungan tersebut. Mengikuti banyak kegiatan yang dilakukan soekarna saat masih berada di tidore. Dari sinilah, dirinya merasa sangat dekat dan menjadi bagian dari kelurga soekarno"