Kemajuan transportasi umum kereta api di Jepang bukanlah sesuatu yang berlangsung seketika. Sejarah perkeretaapian di Jepang diawali dengan mengimpor kereta api dari negara lain dan dengan membangun jalurnya. Setelah itu mereka belajar untuk memproduksi kereta api sendiri. Berbagai perusahaan pengelola transportasi ini didirikan, baik milik pemerintah maupun milik swasta. Pengetahuan ini saya dapatkan setelah mengunjungi Kyoto Railway Museum yang berlokasi di Kyoto, Jepang.
Semua aspek tentang perkeretaapian bisa ditemukan di sini. Koleksi-koleksi kereta api ukuran 1:1 dapat ditemukan di berbagai sudut. Termasuk di antaranya adalah kereta shinkansen (bullet train) atau kereta api cepat yang pertama kali beroperasi di Jepang pada tahun 1964. Pengunjung bisa masuk ke dalam koleksi yang ada. Sekadar untuk melihat bagaimana penataan interior di setiap gerbong sampai interior kokpit sang masinis, atau ingin mengabadikan momen berfoto selfie bersama partner jalan-jalan. Tentu saja akan menjadi pengalaman langka karena akan sangat jarang menemui kereta api di Jepang yang sepi penumpang.Â
Museum ini sangat cocok dikunjungi oleh semua umur. Banyak sekali simulasi-simulasi yang bisa dicoba. Misalnya simulasi menjadi masinis kereta api yang berbicara melalui interkom, menggeser jalur rel, cara membeli dan naik kereta api di stasiun, mengatur mesin pengatur jadwal kereta api, atau menjadi masinis yang mengendalikan perjalanan kereta api dan masih banyak lagi. Semua simulasi sudah ditata dengan sedemikian rupa agar semua kalangan bisa mencoba simulasi tersebut. Kapan lagi bisa menyentuh properti yang biasa digunakan petugas kereta api. Di stasiun atau kereta api yang sesungguhnya, tentu saja hal-hal tersebut tidak bisa dilakukan bahkan terlarang bagi masyarakat awam.
Untuk tiket jenis pertama dan kedua bisa langsung dibeli di mesin tiket, sedangkan untuk yang ketiga kadang bisa dibeli di mesin dan kadang harus dibeli langsung ke petugas. Untuk tiket jenis pertama, tiket akan dimasukkan ke dalam mesin pada gerbang (gate) saat akan menaiki kereta api, lalu tiketnya kita pegang lagi. Ketika sudah tiba di stasiun tujuan, tiket kembali kita masukkan ke dalam gerbang saat akan meninggalkan stasiun.Â
Adapun penggunaan tiket jenis kedua, pengguna hanya perlu menaruh mendekatkan kartu pada sensor pada gerbang, lalu kurang dari satu detik pemindaian akan berhasil. Lalu, ketika akan meninggalkan stasiun kita melakukan hal yang sama, jika deposit di kartu cukup maka kita bisa melewati gerbang tanpa hambatan. Namun jika deposit tidak cukup maka gerbang akan menutup dan kita diminta untuk mengisi ulang kartu kita.
 Untuk tiket promo khusus atau tiket jenis ketiga, kadang bisa digunakan seperti jenis tiket pertama, dan kadang kita harus menunjukkan langsung ke petugas. Praktis, penggunaan teknologi ini mengurangi jumlah petugas yang berjaga di gerbang dan sangat praktis bagi pengguna jasa kereta api.
Saat ini, perjalanan jauh bisa ditempuh dalam beberapa jam saja, misal dari Osaka hingga Tokyo hanya membutuhkan waktu 2-3 jam perjalanan dengan kereta Shinkansen. Sehingga layanan sleeper train harus menjelma menjadi layanan kereta api dengan fasilitas mewah bak hotel. Di dalamnya tersedia kamar yang lengkap dengan kasur seperti di hotel. Tersedia living room yang menghadap ke jendela. Rute yang dilalui pun biasanya melewati rute-rute dengan pemandangan alam yang indah. Hingga kini, sleeper train masih beroperasi dengan berbagai inovasi untuk menarik penumpang yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan dan kemewahan berkereta.
Keunikan museum ini ternyata diapit oleh jalur-jalur kereta api yang sebenarnya serta tidak jauh dari Stasiun Kyoto. Sehingga kadang kita bisa melihat kereta lokal dan kereta Shinkansen melintas. Dari sini kita tahu, bahwa penentuan lokasi didirikannya museum ini tidaklah sembarangan. Penempatan museum ini membuat kita bisa membandingkan pengetahuan yang didapat di museum dengan kondisi nyata di lapangan.
Berapa tarif masuknya? Untuk mahasiswa dan siswa SMA cukup merogoh kocek ¥1000. Adapun untuk dewasa atau umum 1200¥, siswa SD dan SMP 500¥, dan anak-anak umur 3 tahun atau lebih tua harus membayar 300¥. Dengan membayar tiket ini, pengunjung bisa menikmati museum ini sepuasnya. Tidak cukup 1 atau 2 jam untuk menikmati semua koleksi yang tersedia.
Pelajaran menarik dari mengunjungi museum ini adalah selalu ada acara untuk mengajak masyarakat gemar mengunjungi museum. Museum ini jauh dari kesan kuno malah terkesan sangat modern walaupun banyak koleksi dari masa puluhan tahun bahkan lebih dari 100 tahun yang lalu. Kita juga bisa mencontoh kebiasaan baik mereka dalam mendokumentasikan properti-properti yang mereka miliki. Tiket-tiket kereta api di masal lalu misalnya masih tersimpan baik di museum ini. Mereka juga bisa membuat anak-anak betah di museum yang tentunya akan memberi pengalaman berkesan bagi anak-anak. Jika anda berencana berwisata ke Jepang, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi museum kereta api ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H