Mohon tunggu...
Hairi Cipta
Hairi Cipta Mohon Tunggu... -

Pelajar di Kyoto University

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Sejarah Kereta Api di Jepang

26 Juli 2017   16:23 Diperbarui: 26 Juli 2017   21:41 2964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung ingin melihat interior di dalam salah satu gerbong kereta api|Dokumentasi pribadi

Kemajuan transportasi umum kereta api di Jepang bukanlah sesuatu yang berlangsung seketika. Sejarah perkeretaapian di Jepang diawali dengan mengimpor kereta api dari negara lain dan dengan membangun jalurnya. Setelah itu mereka belajar untuk memproduksi kereta api sendiri. Berbagai perusahaan pengelola transportasi ini didirikan, baik milik pemerintah maupun milik swasta. Pengetahuan ini saya dapatkan setelah mengunjungi Kyoto Railway Museum yang berlokasi di Kyoto, Jepang.

Semua aspek tentang perkeretaapian bisa ditemukan di sini. Koleksi-koleksi kereta api ukuran 1:1 dapat ditemukan di berbagai sudut. Termasuk di antaranya adalah kereta shinkansen (bullet train) atau kereta api cepat yang pertama kali beroperasi di Jepang pada tahun 1964. Pengunjung bisa masuk ke dalam koleksi yang ada. Sekadar untuk melihat bagaimana penataan interior di setiap gerbong sampai interior kokpit sang masinis, atau ingin mengabadikan momen berfoto selfie bersama partner jalan-jalan. Tentu saja akan menjadi pengalaman langka karena akan sangat jarang menemui kereta api di Jepang yang sepi penumpang. 

Museum ini sangat cocok dikunjungi oleh semua umur. Banyak sekali simulasi-simulasi yang bisa dicoba. Misalnya simulasi menjadi masinis kereta api yang berbicara melalui interkom, menggeser jalur rel, cara membeli dan naik kereta api di stasiun, mengatur mesin pengatur jadwal kereta api, atau menjadi masinis yang mengendalikan perjalanan kereta api dan masih banyak lagi. Semua simulasi sudah ditata dengan sedemikian rupa agar semua kalangan bisa mencoba simulasi tersebut. Kapan lagi bisa menyentuh properti yang biasa digunakan petugas kereta api. Di stasiun atau kereta api yang sesungguhnya, tentu saja hal-hal tersebut tidak bisa dilakukan bahkan terlarang bagi masyarakat awam.

Pengunjung ingin melihat interior di dalam salah satu gerbong kereta api|Dokumentasi pribadi
Pengunjung ingin melihat interior di dalam salah satu gerbong kereta api|Dokumentasi pribadi
Teknologi perkeretaapian dikenalkan di sini, mulai dari yang manual hingga yang serba otomatis dan terkomputerisasi di era sekarang. Perkembangan teknologi membuat perusahaan kereta api beradaptasi dengan mengaplikasi teknologi terkini ke dalam sistem perkeretaapian. Misalnya saja, saat membeli tiket kereta api di Jepang, perusahaan akan menyediakan berbagai pilihan tiket. Mulai dari tiket untuk satu kali perjalanan, tiket isi ulang (di Indonesia seperti kartu I**omaret card), atau dengan tiket promo khusus.

Untuk tiket jenis pertama dan kedua bisa langsung dibeli di mesin tiket, sedangkan untuk yang ketiga kadang bisa dibeli di mesin dan kadang harus dibeli langsung ke petugas. Untuk tiket jenis pertama, tiket akan dimasukkan ke dalam mesin pada gerbang (gate) saat akan menaiki kereta api, lalu tiketnya kita pegang lagi. Ketika sudah tiba di stasiun tujuan, tiket kembali kita masukkan ke dalam gerbang saat akan meninggalkan stasiun. 

Adapun penggunaan tiket jenis kedua, pengguna hanya perlu menaruh mendekatkan kartu pada sensor pada gerbang, lalu kurang dari satu detik pemindaian akan berhasil. Lalu, ketika akan meninggalkan stasiun kita melakukan hal yang sama, jika deposit di kartu cukup maka kita bisa melewati gerbang tanpa hambatan. Namun jika deposit tidak cukup maka gerbang akan menutup dan kita diminta untuk mengisi ulang kartu kita.

 Untuk tiket promo khusus atau tiket jenis ketiga, kadang bisa digunakan seperti jenis tiket pertama, dan kadang kita harus menunjukkan langsung ke petugas. Praktis, penggunaan teknologi ini mengurangi jumlah petugas yang berjaga di gerbang dan sangat praktis bagi pengguna jasa kereta api.

foto kiri atas: miniatur jalur kereta api; foto kiri bawah: pameran bertema khusus
foto kiri atas: miniatur jalur kereta api; foto kiri bawah: pameran bertema khusus
Sama seperti museum-museum lainnya di Jepang, dalam jangka waktu tertentu mereka akan mengadakan pameran dengan tema khusus. Ketika saya berkunjung ke sana, tema yang sedang dipajang adalah tentang sleeper train atau kereta malam. Sleeper train juga mengadopsi sistem perkeretaapian di negara lain. Sleeper train dahulu disediakan untuk mengakomodasi penumpang yang ingin melakukan perjalanan jauh sambil beristirahat dengan nyaman pada malam hari. 

Saat ini, perjalanan jauh bisa ditempuh dalam beberapa jam saja, misal dari Osaka hingga Tokyo hanya membutuhkan waktu 2-3 jam perjalanan dengan kereta Shinkansen. Sehingga layanan sleeper train harus menjelma menjadi layanan kereta api dengan fasilitas mewah bak hotel. Di dalamnya tersedia kamar yang lengkap dengan kasur seperti di hotel. Tersedia living room yang menghadap ke jendela. Rute yang dilalui pun biasanya melewati rute-rute dengan pemandangan alam yang indah. Hingga kini, sleeper train masih beroperasi dengan berbagai inovasi untuk menarik penumpang yang bersedia membayar lebih untuk kenyamanan dan kemewahan berkereta.

Kereta api uap|Dokumentasi pribadi
Kereta api uap|Dokumentasi pribadi
Kumpulan iklan-iklan lama|Dokumentasi pribadi
Kumpulan iklan-iklan lama|Dokumentasi pribadi
Jika ingin menyaksikan kereta api uap ala Harry Potter beraksi, di museum ini kita juga bisa menyaksikannya. Kereta api tersebut menggunakan bahan bakar batubara yang diumpankan ke ketel uap yang nantinya akan menggerakan kereta api. Kereta api ini benar-benar dioperasikan di museum, di arena outdoor. Kita juga bisa menyaksikan beberapa kereta api uap lainnya dipajang di sana. 

Keunikan museum ini ternyata diapit oleh jalur-jalur kereta api yang sebenarnya serta tidak jauh dari Stasiun Kyoto. Sehingga kadang kita bisa melihat kereta lokal dan kereta Shinkansen melintas. Dari sini kita tahu, bahwa penentuan lokasi didirikannya museum ini tidaklah sembarangan. Penempatan museum ini membuat kita bisa membandingkan pengetahuan yang didapat di museum dengan kondisi nyata di lapangan.

Berapa tarif masuknya? Untuk mahasiswa dan siswa SMA cukup merogoh kocek ¥1000. Adapun untuk dewasa atau umum 1200¥, siswa SD dan SMP 500¥, dan anak-anak umur 3 tahun atau lebih tua harus membayar 300¥. Dengan membayar tiket ini, pengunjung bisa menikmati museum ini sepuasnya. Tidak cukup 1 atau 2 jam untuk menikmati semua koleksi yang tersedia.

Pelajaran menarik dari mengunjungi museum ini adalah selalu ada acara untuk mengajak masyarakat gemar mengunjungi museum. Museum ini jauh dari kesan kuno malah terkesan sangat modern walaupun banyak koleksi dari masa puluhan tahun bahkan lebih dari 100 tahun yang lalu. Kita juga bisa mencontoh kebiasaan baik mereka dalam mendokumentasikan properti-properti yang mereka miliki. Tiket-tiket kereta api di masal lalu misalnya masih tersimpan baik di museum ini. Mereka juga bisa membuat anak-anak betah di museum yang tentunya akan memberi pengalaman berkesan bagi anak-anak. Jika anda berencana berwisata ke Jepang, jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi museum kereta api ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun