Pendidikan Anak Usia Dini berdasarkan UU no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional terbagi atas pendidikan formal dan informal kemudian terbagi atas tiga jenis satuan berdasarkan jenis usia antara 0-6 tahun. 0-2 tahun disebutkan satuan informal Tempat Penitipan Anak (TPA), 2-4 Tahun satuan Informal Kelompok Bermain (KB), dan usia 4-6 Tahun satuan formal Taman Kanak-kanak(TK). Aspek yang perkembangan yang menjadi focus pada Pendidikan Anak Usia Dini yaitu enam aspek perkembangan yang dimuat dalam STPPA (Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, 2014) yaitu Aspek Nilai Agama dan Moral, Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial Emosional dan Seni.
Pendidikan anak usia dini dikembangkan secara holistic integrative dengan cara yang menyenangkan. Pembelajaran PISA dalam pendidikan anak usia dini dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik usia nya. PISA focus pada 3 hal utama dalam bidang kognitif yaitu kemampuan membaca, matematika dan science. dalam perkembangannya anak usia dini dapat di stimulai dengan indicator PISA dengan cara yang menyenangkan dan bertahap sesuai dengan usianya. Pada kurikulum Merdeka pada saat ini pembelajaran pada anak usia dini diharapkan pada usia 6 tahun dapat mencapai capaian pembelajaran dan memiliki karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Capaian pembelajaran pada PAUD dalam kurikulum Merdeka (Balitbang dan Perbukuan, 2021) terbagi atas 3 yaitu Nilai Agama dan Budi Pekerti, Jati diri dan dasar-dasar literasi, numerasi dan STEAM. Sesuai dengan (Motimona & Maryatun, 2023) dalam peneltiannya tentang implementasi metode pembelajaran STEAM pada kurikulum Merdeka pada PAUD menyebutkan bahwa dengan pendekatan Science, Technology, Engineering, Art, Mathematic (STEAM) anak akan mengembangkan ide-ide berbasis sains dan teknologi dengan terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang berasal dari lima disiplin ilmu yang saling berhubungan. Selain itu yang perlu di perhatikan adalah kemampuan guru yang harus beradaptasi. Kualitas guru juga menjadi salah satu keberhasilan pendidikan. Lebih lanjut guru PAUD yang merupakan orang terdekat anak selain keluarga nya. Pendidikan anak usia dini yang memanusiakan manusia dan mengoptimalkan pendidikan anak dapat juga dengan mengoptimalkan gurunya. Dengan memberikan kesempatan yang sama dalam kesejahteraan dan penyesuaian beban administrasi sehingga guru dapat focus dalam interaksi pembelajaran yang berkualitas.
Menilik pada perkembangan PAUD di Indonesia mulai berkembang pesat pada abad ke-21. Awalnya Pendidikan prasekolah umumnya di identikan pada pendidikan Taman Kanak-kanak. Seiring berjalannya waktu pemerintah mulai melegitimasi PAUD dengan menyebutkan PAUD pada UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan perkembangan PAUD di Indonesia (2003). Akan tetapi kualitas akses pendidikan PAUD di Indonesia masih menjadi PR pemerintah. Kebijakan dan regulasi terhadap kebijakan PAUD dianggap belum terlalu serius. Kualitas PAUD di Indonesia belumlah merata masih terdapat perbedaan kualitas dan akses disetiap PAUD. Latar belakang sosial Ekonomi Masyarakat Indonesia merupakan salah satu factor mengapa pemerataan akses PAUD yang berkualitas masih sulit di Indonesia(Hewi & Shaleh, 2020). hal lain nya yaitu lebih dari 90% satuan pendidikan PAUD di Indonesia bersumberdaya dari Masyarakat atau swasta sehingga kualitas pendidikan tergantung dengan modal yang dikeluarkan oleh satuan. Kesenjangan pembagian guru menjadi salah satu penghambat pemerataan kualitas pendidikan anak usia dini. Guru yang memiliki kualifikasi pendidikan yang mumpuni masih menjadi PR bagi perkembangan PAUD di Indonesia.
Menurut pendapat penulis Pendidikan anak usia dini dapat menjadi Solusi dalam perbaikan kualitas pendidikan Indonesia dengan catatan dalam pelaksanaanya mempertimbangkan perkembangan dan karakteristik anak dalam proses pembelajaran. Akan tetapi dalam penerapannya Indonesia masih membutuhkan banyak perbaikan dalam bidang PAUD mulai dari infrastuktur, akses pemerataan PAUD berkualitas, akses guru yang berkualitas, dan pembelajaran yang kontekstual sesuai dengan latar belakang ekonomi peserta didik.
Akan tetapi PISA memiliki dua sisi mata uang. Meskipun memberikan banyak manfaat, kita juga perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam "tes-centrism" dan mengabaikan aspek penting lainnya dalam pendidikan. berorientasi pada hasil PISA yang lebih bersifat akademik, adanya perubahan kurikulum secara terus menerus. seharusnya pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan kondisi geografis indonesia yang sangat luas dan negara berkepulauan memungkinkan kurangnya pemerataan akses pendidikan. salah satu usaha yang dapat dilakukan pemerintah yaitu dengan meningkatkan kualitas akses pendidikan dan guru yang berkualitas pula.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbang dan Perbukuan. (2021). Keputusan Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan Nomor 028/H/Ku/2021 Tentang Capaian Pembelajaran Paud, Sd, Smp, Sma, Sdlb, Smplb, Dan Smalb Pada Program Sekolah Penggerak. Keputusan Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan.
Education GPS. OECD. 5/1/2025, 11.27.49 http://gpseducation.oecd.org
Haira, & Ahmad, A. (2019). MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL AKSARA MELALUI MEDIA HURUF AMPELAS DI TK IT MON KUTA BANDA ACEH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Anak Usia Dini, 4(3), 71--79.
Hewi, L., & Shaleh, M. (2020). Refleksi Hasil PISA (The Programme For International Student Assesment): Upaya Perbaikan Bertumpu Pada Pendidikan Anak Usia Dini). Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi, 04(1), 30--41.
Inayah, A. N. (2022). STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH DALAM MENGHADAPI TANTANGAN PENDIDIKAN INDONESIA DI ABAD 21. Estoria: Journal of Social Science and Humanities, 3(1). https://doi.org/10.30998/je.v3i1.1013