Diceritakan bahwa Kampung Adat Cirendeu ini memiliki salah satu budaya unik dalam mengelola pangan. Penduduk di sini tidak memakan nasi dari beras, melainkan nasi yang terbuat dari singkong. Singkong tersebut pun merupakan singkong yang ditanam oleh penduduk dan diolah menjadi beras singkong (rasi) dan juga tepung.
Beliau bercerita dengan semangat mengenai sejarah kearifan lokal tersebut di kampungnya. Hal ini bermula di tahun 1918 saat para sesepuh memiliki gagasan untuk merdeka secara lahir dan bathin, yang tidak akan terwujud saat perut merasa lapar. Sehingga salah satunya mereka ingin berdaulat dalam hal pangan.Â
Pada zaman tersebut beras untuk konsumsi sulit diperoleh, sehingga masyarakat pun beralih menanam dan mengonsumsi singkong. Di tahun 1924 pun masyarakat akhirnya menemukan teknologi untuk mengolah singkong menjadi beras singkong.
Dan benar saja, hingga kini untuk urusan makanan pokok masyarakat tidak perlu membeli ke luar kampung karena mampu mereka produksi sendiri. Makan nasi dengan beras singkong pun memberikan rasa kenyang lebih lama sehingga mereka cukup makan dua kali sehari.Â
Lebih jauh lagi, kebiasaan memakan nasi singkong ini adalah salah satu bentuk diversifikasi dan kemandirian pangan sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung kepada beras yang sering fluktuasi.Â
Keunikan ini pula yang menjadi daya tarik kampung ini sebagai tujuan destinasi wisata edukasi. Kini, banyak wisatawan lokal hingga mancanegara yang berkunjung dan kemudian menggerakkan perekonomian penduduk dan membuka lapangan pekerjaan baru.Â
Ibu-ibu mengolah produk turunan singkong seperti tepung dan cemilan untuk dijual, masyarakat membuka usaha homestay, dan juga anak muda dan masyarakat lainnya mengadakan pagelaran seni.
Dari sepiring Tart Singkong yang tersaji di Warung Serojabake, siapa sangka ada cerita menarik di baliknya. Jika digali, mungkin ada banyak cerita lainnya dari setiap pemilihan bahan-bahan yang mereka gunakan.Â
Sesuai tagline yang tertera pada instagram @serojabake, mereka memang memanggang kue dengan misi. Ada misi untuk mempromosikan kekayaan pangan lokal yang tersembunyi dan punya potensi untuk dikembangkan.Â
Ada cerita yang ingin disebarkan dan dibagikan pada khalayak. Sehingga memanggang dan berbisnis pun bukan hanya sekedar kegiatan komersil belaka, tetapi ada misi yang ingin dibawa.
Namun, kesampingkan dahulu cerita dari balik kue tersebut. Warung Serojabake yang beralamat di Jalan Plesiran Nomor 28 ini merupakan tempat yang menyenangkan untuk bersantap kudapan bersama orang tersayang. Jika kalian ingin mampir ke sini, saya sarankan datang menjelang siang hari untuk brunch atau lebih nikmat lagi pada sore hari untuk tea time.Â