Mohon tunggu...
Abdul Hair
Abdul Hair Mohon Tunggu... -

Norma, gadis rekaan, tokoh utama di blog saya. Dia adalah imaji dari potret kehidupan yang akan saya tulis di sini. Potret keseharian disekitar kita, yang terkadang lupa untuk "disejarahkan." Selamat datang di dunia Norma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kedua Anaknya Memanggil Dia Papi

7 Oktober 2011   18:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:13 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah 3 hari belakangan Norma sibuk di luar rumah, mencari hadiah ulang tahun yang cocok untuk ayahnya. Pria yang akan berusia 53 tahun, kerap dipanggil papi oleh Norma dan kakaknya itu, sehari-harinya bekerja sebagai orang jujur. Itu yang selalu dikatakan Norma ketika ada yang menanyakan pekerjaan papinya. Dengan bangga dia mengatakan begitu. Terlalu bangga malah. Kata Norma lagi, bekerja sebagai orang Jujur itu persis nabi, tidak semua orang bisa menjadi seperti itu.

Norma ingin menyiapkan sesuatu yang spesial untuk ulang tahun papinya. Jika dua tahun lalu dia sudah menghadiahkan kado kesarjanaan, maka tahun kemarin dia nraktir papinya makan malam di restoran mahal dari gaji pertamanya. Tahun ini dia ingin sesuatu yang berbeda. Dalam pikir Norma, kado ini harus menjadi kejutan tak terlupakan bagi papinya. Dia selalu ingat, papinya suka memberi kejutan padanya, meski bukan di hari spesial seperti ulang tahun.

Pernah suatu ketika, papi bilang ke norma, coba buka isi dompetmu. Dan begitu terkejutnya Norma begitu tahu ada kartu kredit di dalam dompetnya. Juga, waktu kecil, ketika di opname di rumah sakit, Norma ingin makan es krim. Dokter tidak mengizinkan. Norma jadi gelisah. Tapi diam-diam papi membelikan Norma es krim, dan langsung dilahap norma dengan segera. Kata papi, jika hati ini bahagia semua penyakit akan hilang. Benar saja, keesokan harinya Norma bisa keluar dari rumah sakit.Norma terus berkeliling kota, mencari kado istimewa untuk papinya. Ke pertokoan, pusat perbelanjaan sudah dia singgahi. Toko khusus kado pun dia jelajahi. Tak ada yang menarik. Hampir putus asa, Norma ke toko kelontong. Penjualnya bilang, tak ada yang bisa dijadikan kado di sini. Yang ada cuma puluhan merek rokok yang dijajar melintang.

Bingung, hari ini papinya ulang tahun. Norma belum menemukan kado yang tepat. Alarm sengaja Norma setel pagi-pagi sekali, biar dia bisa bangun dan pergi kantor sebelum papinya bangun. Dia cuma tidak ingin ketika bertemu papinya, lalu bilang selamat ulang tahun tanpa disertai kado.Di kantor pekerjaannya berantakan. Bos sempat menegur, walaupun tidak sampai marah. Tidak enak hati tentu saja. Apalagi selama ini kerja Norma selalu memuaskan.

Hatinya gundah, pikirannya gulana. Tak tahu harus memberikan apa ke papinya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dan Norma semakin tidak tenang. Dalam situasi terjepit, Norma menemukan ide. Ide yang beberapa hari lalu harusnya dia temukan. Tak mengapa, asal belum terlambat.

Sesampainya dia di rumah, jam dinding berbunyi. Tepat jam 11 malam. Papi menegur, kenapa pulangnya larut. Norma jawab, dia pulang larut karena sibuk nyariin kado buat papi. Tentu saja, seperti kebanyakan orang tua, papi bilang ke Norma, tidak perlu repot-repot nyari kado. Ucapan selamat saja, itu sudah lebih dari cukup. Tapi Norma berkeras, papinya harus dapat kado. Akhirnya papi mengalah, terus bilang, mana kadonya? Norma pun terdiam.

Cukup lama suasana menjadi hening, tak ada satu ucap pun yang keluar dari mulut mereka. Hingga akhirnya, suara dehem papi memecah hening. Sudah larut, sebaiknya kamu tidur. Begitu kata papi kemudian. Norma pun beranjak ke kamarnya, juga papinya.

Papi merebahkan diri di ranjang, setelah sebelumnya lampu kamar telah dipadamkan. Tapi matanya belum terpejam. Jam menunjukkan pukul 11.41 malam. Norma bergerak masuk ke kamar papinya. Kakinya dia jinjitkan, biar langkahnya tidak terdengar. Papi tahu kalau Norma masuk kamarnya, dan pintu kamar memang tidak pernah dia kunci. Sejak kecil, Norma sering minta dibukakan pintu kamar kalau lagi mimpi buruk. Dari pada capek membuka pintu, papi tidak pernah mengunci pintu kamarnya. Dan itu sudah jadi kebiasaan sampai Norma beranjak dewasa.

Norma perlahan mendekat ke ranjang. Papi mengetahui itu, tapi pura-pura tidak tahu dan tidur. Beberapa saat kemudian, Norma berbisik pelan di telinga papinya, "Selamat ulang tahun, tetap menjadi papi yang jujur, yang menghidupi keluarganya dengan kejujuran. Papi adalah nabi, nabi yang menyerukan risalah kejujuran." Lalu, Norma memberi tiga kali ciuman pada papinya. Di pipi kiri, pipi kanan, dan jidat.

Ya, Norma baru ingat, kalau dia tidak pernah memberi hadiah ciuman pada papinya. Dan sebagai anak gadis, dia ingin memberikan hadiah ciuman pada orang yang benar-benar dia kasihi.

Malang, 8 Oktober 2011

Untuk Ayahanda tercinta, yang kemarin berulang tahun ke 53

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun