Mohon tunggu...
Haikam Albana
Haikam Albana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kang Mus, Bupati Kudus yang Bermimpi jadi Presiden

12 September 2016   21:28 Diperbarui: 12 September 2016   21:36 2445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Sebagai warga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, belum pernah dalam seumur hidup saya merasa begitu bangga punya bupati seperti Pak Musthofa, pemimpin daerah, yang bercita-cita tinggi menjadi presiden Republik Indonesia.
 Betapa bangganya saya jika nanti bapak yang suka dipanggil Kang Mus itu mampu mewujudkan cita-cita setinggi langitnya. Beliau akan menjadi bupati pertama dari Kudus yang mampu melampaui pencapaian bupati-bupati sebelumnya. Apalagi beliau bermimpi jadi presiden tanpa bermodal prestasi, bukankah itu lebih luar biasa lagi.

 Kang Mus ini adalah Bupati Kudus dua periode yangmasa jabatannya periode kedua akan berakhir 2018 mendatang. Sebelum lengser maka beliau pelan-pelan melakukan persiapan secara tadarruj atau berjenjang untuk menuju cita-cita yang beliau impi-impikan. Langkah pertama adalah membuat email pribadi yang menunjukkan secara tegas impian Kang Mus dengan membuat email musthofa_forpresident@yahoo.com. Ini benar lho, coba saja kirim email ke alamat itu atau bisa menanyakan sendiri ke nomor telepon Kang Mus di 08122866364. Saking merasa kerennya akun email itu, Kang Mus mencantumkannya dengan jelas pada kartu nama Kang Mus yang disebar-sebarkan kemana-mana. Saya sepakat dengan Kang Mus bahwa mencantumkan email yang demikian itu tidak perlu malu, karena obsesinya itu perlu diketahui semua orang. Bukankah semakin banyak yang tahu akan semakin baik karena dengan begitu akan semakin banyak yang mendukung dan mendoakan beliau.


 Langkah kedua adalah menyiapkan pendanaan karena menjadi presiden jelas butuh biaya besar. Waktu pemilihan bupati kudus saja Kang Mus harus mengeluarkan uang puluhan miliar untuk membeli suara. Apalagi ini pemilihan presiden yang jelas lebih banyak suara yang harus dibeli. Memang benar, untuk pemilihan-pemilihan seperti itu seharusnya tidak perlu mengeluarkan biaya besar. Tapi kan itu untuk tokoh sudah memang populer dan berprestasi seperti Pak Ahok dan Bu Risma. Bukan tokoh seperti Kang Mus yang hanya punya mimpi dan ambisi. Ini berarti Kang Mus paham potensi dirinya. 

Kang Mus tidak hanya rumongso biso tapi juga biso rumongso. Karena dia tahu dirinya tidak berprestasi maka mau tidak mau harus berani main politik uang. Tidak apa-apa, ini lebih karena soal manhaj saja, metodologi, yang penting kan sumber uangnya jelas. Ya jelas dari mengambil sebagian APBD untuk pembangunan Kudus. Sebagai bupati, jelas Kang Mus sangat boleh memaksimalkan kewenangannya. Boleh ditanya pada setiap kontraktor yang mengerjakan proyek-proyek di Kudus, berapa potongan yang harus disetor ke Bupati. Tidak banyak kok, cuma 10 persen setiap proyek.

 Bukan uang banyak memang, tapi lumayan dan itemnya banyak jadi ya hasilnya memuaskan. Taruhlah dana belanja APBD Kudus dan bantuan pemerintah provinsi serta Nasional itu pertahun minimal satu triliun. Nah, berarti sudah ada seratus miliar kali 10 tahun masa jabatan yang bisa digunakan sebagai modal Kang Mus nyalon presiden nanti. Selain dari situ, Kang Mus juga memiliki azimat rahasia berupa kartu sakti bernama ATM (Alus TapiMemeras) yang biasanya digunakan untuk mengambil uang di perusahan-perusahaan besar di Kudus. 

Setiap kali butuh uang, Kang Mus tinggal datang ke pengusaha dan menggesekkan kartu ATM-nya.Terus terang, saya salut dengan kecerdasan beliau mengumpulkan fulus. Ya memang harus begitu kepala daerah yang cerdas dan punya mimpi tinggi dan punya toleransi yang tinggi dengan membagi-bagi uang hasil kerjanya itu bersama rekanan dan banyak pihak atas lain nama kemaslahatan umat yang sevisi dan sekepentingan. Jangan dulu punya fikran yang buruk karena ini bukan korupsi. Marilah ber-husnuzan saja karena mengambil uang rakyat bisa disebut korupsi dan pelakunya bisa ditulis sebagai koruptor itu hanya kalau sudah ketahuan, sedangkan kalau belum ketahuan itu namanya sebuah ihtiar dalam mengakali peraturan.


 Langkah berikutnya adalah menyiapkan jalan. Dalam hal ini, saya juga mengapresiasi Kang Mus yang tawadhu’ dan tahu diri. Beliau tidak langsung nyalon presiden pada 2019 karena sekarang ini tidak mungkin melawan Pak Jokowi sekarang karena popularitas beliau masih sangat kuat dan lagipula sama-sama berangkat dari PDIP. Ya meskipun Kang Mus bukan kader PDIP asli, tapi lebih baik pakai jalan melipir dulu biar terkesan elegan dan bersahaja. Maka Kang Mus membidik kursi Gubernur Jateng dulu pada pemilihan gubernur 2018 mendatang. 

Memang pak Ganjar juga popularitasnya kuat di Jateng dan juga kader PDIP seperti Pak Jokowi, tapi ya maubagimana lagi. Kalau Kang Mus nunggu Pak Ganjar selesai dua periode kan terlalu lama dan Kang Mus akan kehilangan momentum pada 2023 sehingga akan semakin susah untuk mencapai impian presiden. Jadi dengan pertimbangan itu maka mau tidak mau, Kang Mus mulai sekarang harus berancang-ancang mengalahkan Pak Ganjar.


 Untuk menyingkirkan Pak Ganjar, Kang Mus harus bergerak ke DPP PDIP di Jakarta. Hal ini tentu saja tidak mudah karena Pak Ganjar dekat dengan kader-kader di pusat. Maklum, Pak Ganjar kader asli PDIP dan pernah jadi anggota DPR 2 periode di Jakarta. Maka Kang Musharus memanfaatkan orang-orang PDIP yang berseberangan dengan Pak Ganjar. Diantaranya seperti Pak Juliari Batubara, dia orang Jakarta sebenarnya yang entah bagaimana caranya bisa menjadi anggota DPR dari dapil Jateng satu yang mencakup Kota Semarang dan sekitarnya. Pak Juliari ini dikisahkan pernah mau masang orangnya untuk jadi dirut di salah satu BUMD di Pemprov Jateng. Beliau sudah menyiapkan uang miliaran, tapi ditolak dan gagal. Marah lah beliau, dan karena itu mau dengan senang hati membantu Kang Mus.

Untuk memuluskan jalan, Kang Mus juga harus mempengaruhi PDIP Jateng. Di situ, Kang Mus menggunakan Wakil Ketua PDIP Jateng Pak Rukma Setiabudi yang sekarang menjabat Ketua DPRD Jateng. Asal diketahui, Kang Mus sebelum jadi bupati kan Anggota DPRD Jateng jadi kenal dekat dengan Pak Rukma. Maka dari itu Kang Mus memanfaatkan ketidaksukaan Pak Rukma pada Pak Ganjar. Pak Rukma tidak suka dengan pak Ganjar karena Pak Ganjar ini sering menghambat akal-akalan Pak Rukma yang ingin memanfaatkan uang APBD untuk kepentingannya sendiri.


 Kalau menurut cerita yang saya dengar, Kang Mussangat percaya diri bisa menang pemilihan gubernur asalmendapat rekomendasi dari PDIP pusat. Kang Mus tidak akan mau nyalon lewat partai lain karena jateng adalah kandang banteng sehingga siapapun yang maju lewat PDIP hampir bisa dipastikan akan menang. Karena Pak Ganjar tidak mungkin nyalon kalau tidak dicalonkan PDIP jadi Kang Mus akan menang mudah karena tidak punya lawan sepadan. Jadi biarpun Pak Ganjar itu populer di mata rakyat ya tidak akan jadi masalah karena tidak bisa nyalon kok. Maka asal sudah mendapat rekomendasi PDIP dan nyalon lewat PDIP, Kang Musbakal jadi gubernur Jateng untuk memuluskan jalan jadi presiden.

Meski demikian, Kang Mus rupanya tidak mau sesumbar. Beliau tidak pernah berkoar-koar ingin maju ke pemilihan gubernur apalagi presiden. Beliau lebih memilih bersikap tawadhu sembari diam-diam melemahkan popularitas Pak Ganjar di mata rakyat Jateng. Misalnya memanfaatkan konflik Pak Ganjar dengan Pak Rukma, mendanai kades-kades untuk melawan gubernur, atau bisa dengan mendanai kelompok-kelompok yang berseberangan dengan Pak Ganjar. Kelompok-kelompok ini meski tidak banyak tapi bisa dimanfaatkan. Isunya bisa macam-macam. Dari kemiskinan sampai kerusakan lingkungan akibat pembangunan atau pendirian pabrik. Saya tidak mau menyebut nanti dikira membocorkan. Tapi coba saja lihat di media, isu dan kelompok mana saja yang teriaknya kencang sekali ketika mendemo Pak Ganjar.


 Cara memanfaatkan kelompok-kelompok anti Pak Ganjar ini bisa dengan mendanai langsung secara diam-diam lewat perantara atau salah satu pimpinan kelompok. Atau dengan cara membesarkan isu di media. Kebetulan Kang Mus ini punya banyak fans di kalangan jurnalis. Ya gimana tidak ngefans kalau setiap kali ketemu selalu dijamin kantongnya penuh. Sudah bukan rahasia lagi kalau Kang Mus dekat dengan wartawan. Sebagai contoh, semua wartawan di Kudus itu dekat dengan Pak Bupati. Saking dekatnya, wartawan kalau manggil juga seperti saya, Kang Mus.

 Tentunya juga wartawan ini diopeni karena kan dibutuhkan untuk beking pencitraan. Coba baca koran, berita-berita buruk tentang pemkab Kudus apalagi bupati, sedikit sekali kan. Dari koran kalian bisa melihat bagaimana mulusnya jalan-jalan di Kudus. Tidak ada jalan jelek sedikitpun karena semua harus ditulis baik. Tidak elit dong kalau ada jalan buruk atau warga protes kemiskinan tinggi untuk sekelas pimpinan hebat yang bermimpi jadi presiden seperti Kang Mus. Itulah kecerdasan Kang Mus bisa merangkul semua kalangan.


 Dari sisi media, Kang Mus juga keren bisa memastikan dirinya selalu ada pemberitaan setiap hari di koran-koran utama. Menerima penghargaan ini atau meluncurkan program setiap hari. Pembaca tidak perlu tahu bahwa sebagian besar berita-berita itu adalah berita berbayar. Tidak bakal ada yang tahu karena bentuknya seperti berita pada umumnya. Persis seperti ketika Kang Mus diwawancara di talkshow televisi swasta soal keberhasilan program UMKM. Talkshow itu dilakukan persis menjelang Pak Jokowi mengumumkan susunan cabinet setelah dilantikn jadi presiden. 

Saat itu Kang Mus mencitrakan diri layak jadi menteri koperasi dan UMKM sehingga penting untuk membayar berapapun agar bisa tampil di televisi. Masyarakat juga tidak perlu tahu bahwa anggota DPRD Kudus yang kemarin ditangkap polisi karena kasus narkoba adalah keponakannya kang Mus. Rakyat tidak perlu tahu itu karena memang tidak ada gunanya tahu. Rakyat dikasih tahu yang baik-baik saja karena hidup mereka sudah susah jadi tidak usah ditambah-tambah pikirannya dengan hal-hal yang menyusahkan.


 Akhirulkalam, menurut saya Kang Mus adalah insanyang begitu gigih, bersemangat dan beliau mampu menepis rasa malu yang hanya akan menghambat impian dan obsesi. Saya salut atas perjuangan Kang Mus mewujudkan mimpinya dengan menghalalkan segala cara. Andai saja semua pemimpin seperti beliau. Andai Kang Mus benar-benar jadi gubernur kemudian presiden,kira-kira negara kita akan jadi seperti apa ya. Coba anda yang membayangkan, karena saya tidak sampai hati…

Jazakumullah khairan…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun