Di altar pertemanan, ku rela berkorban, Â
Seperti lilin yang redup demi sinarmu. Â
Jiwa ini menari dalam gemuruh perasaan, Â
Rela, demi sejuta makna dalam pelukanmu.
Hatiku senantiasa terukir namamu, Â
Sebuah doa dalam samudra rindu yang dalam. Â
Tiap langkah, tiap detak jantung, Â
Rela aku serahkan, hanya untukmu seorang.
Korban ini bukanlah derita, melainkan kehormatan, Â
Menyematkan bendera pertemanan di puncak relung hati. Â
Sejuta mimpi aku rela tebus demi senyumanmu, Â
Sebab di setiap korban, ada kilau keabadian.
Dalam reda dan hiruk-pikuk waktu, Â
Rela aku menunggu di dermaga persahabatan. Â
Bagaikan kapal yang setia berlabuh, Â
Korbanku adalah puisi tentang rela berkorban.
Di hujan rintik, atau terik matahari, Â
Aku bersedia menapaki setiap perjalanan. Â
Sebab di dalam korban, terselip makna cinta, Â
Seperti bait puisi yang abadi terukir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H