Mohon tunggu...
haikalrakhman
haikalrakhman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa D4 Bahasa Asing Terapan Universitas Diponegoro

Seorang manusia yang mempunyai hobi membuang kata-kata kemudian dipungkut menjadi kalimat lalu diolah menjadi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Film

Man Shobaro Dzhofiro: Ranah 3 Warna

15 Januari 2023   11:25 Diperbarui: 15 Januari 2023   11:32 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

2 hari yang lalu, gue kembali menonton film Indonesia, film ini diangkat dari kisah nyata sang penulis, mesti kalian sudah taukan penulis tersebut, yuppsss...bener sekali A.Fuadi seorang penulis terkenal yang telah menghasilkan novel trilogi yaitu Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Muara semuanya adalah novel best-seller dan allhamdulilah sudah gue baca semuanya. 

Saran sih, yang belum membaca novelnya segera baca deh, sangat menarik pokoknya. Gue nonton film ini, diwaktu malam hari dan pagi hari, jadi gue menonton film itu tidak semuanya sampai selesai tapi hanya perpartnya saja yang ditonton. Alasannya pada malam hari gue ngantuk dan sudah kemaleman pada akhirnya film tidak dilanjutkan, lalu yang kedua setelah jalan-jalan film tersebut langsung ditonton sampai selesai.

Film 'Ranah 3 Warna' menceritakan mengenai perjalanan Alif Fikri tokoh utama dalam film untuk bisa melanjutkan kuliah sampai negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Perjalanan yang ditempuh dia tidaklah mudah, banyak sekali rintangan-rintangan yang dihadapi saat dia mengenyam bangku kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat dengan program studi yang diambil yaitu hubungan internasional. Dia merupakan anak yang pemberani, bermimpi besar, dan pantang menyerah untuk mengejar cita-citanya. Dalam scene pembuka film, dibuka dengan suasana keluarag minang, Sumatra Barat dengan bangunan khas rumahnya yaitu rumah gadang dan pemandangan dari danau minanjau yang bagus banget pada tahun 1992, gue jadi pengen kesana haha...

Scene dilanjutkan dengan Alif yang akan mengikuti UMPTN tahun 1992, waktu itu juga bertepatan dengan final EURO 1992 mempertemukan Jerman VS Denmark dari sini jiwa Alif bersemangat kembali untuk mengikuti ujian dikarenakan terinspirasi oleh timnas nasional Denmark yang dimana timnas tersebut tidak pernah diunggulkan bahkan sampai bisa masuk final melawan timnas sekuat Jerman, maka dari itu tim tersebut dijuluki dengan nama tim underdog yang dimana sebuah tim yang tidak pernah diunggulkan dapat menembus babak final. 

Hal itulah yang menjadi keyakinan Alif bahwa seorang anak lulusan pesantren yang kemudian ikut seleksi  UMPTN dengan berbekal ujian paket C, namun pada akhirnya dia lolos ujian UMPTN tersebut, disini gue baru tau juga ya... kalau dulu menunggu hasil ujian harus melewati koran ya.. apalagi anak-anak daerah seperti Alif yang menunggu kedatangan koran dari bus kota bersama dengan bapaknya.

Disinilah kalimat sakti yaitu "man jadda wa jadda" artinya barang siapa yang bersungguh sungguh dia akan berhasil, sebuah kalimat dari Bahasa Arab yang sangat sakti mandra guna rupanya. Disini diperlihatkan juga, betapa pengorbanan seorang ayah demi anaknya agar bisa kuliah yaitu ayah Alif menjual sepeda motor kesayangannya demi anaknya agar bisa kuliah, selain itu dia membelikan anaknya sepasang sepatu kulit yang bagus sebagai hadiah. Selanjutnya adegan berpindah ke Kota Bandung tahun 1992. Dikota ini, Alif mulai menjalani hari-hari sebagai mahasiswa, dia ditinggal sementara waktu dengan sahabatnya yang sedaerah yaitu Randai dan mempunyai sahabat baru disana yaitu geng uno terdiri Rusdi,Agam,dan Memet mereka selalu kompak bersama Alif saat kuliah. 

Randai dan Alif merupakan sahabat sejak kecil hingga keduanya remaja, mereka berpisah ketika memasuki SMP dan SMA, Alif sejak lulus sekolah dasar melanjutkan pesantren didaerah Ponorogo Jawa Timur, sedangkan Randai di SMA negeri di Meninjau, Sumatera Barat. Mereka bertemu kembali saat Alif lulus dari pesantren, waktu itu Randai sudah kuliah di Bandung duluan tepatnya ITB, walapun mereka berdua bersahabat tapi mereka juga bersaing dalam hal lain seperti Pendidikan dan cinta. Banyak sekali persaingan yang dilakukan mereka berdua.

Fokus ke perjuangan Alif dahulu selama kuliah di UNPAD, selama kuliah dia bergabung dengan majalah terkenal dikampus yaitu 'KUTUB' pimpinan bang Togar senior seorang senior dikampus. Alif sangat ingin belajar menulis, sejak dipesantren minatnya terhadap menulis tidak pernah padam sebab dia juga merupakan anggota di majalah pesantrennya dulu, untuk menerbitkan tulisan dimajalah kutub tidaklah mudah, banyak sekali rintangan dan hambatan yang dilewati. "Menulis itu keras Alif", kata bang Togar. "Ayolah jangan lembek kau ini" dengan logat Bataknya yang kental, dia pun menyudutkan mental Alif agar menyerah, tapi bukan Alif  Fikri namanya kalau menyerah dengan itu semua, akhirnya dengan penuh perjuangan tulisan pertamanya berhasil terbit di majalah kutub.Dibagian scene ini, gue belajar bahwa menulis tidaklah mudah ternyata perlu banyak sumber bacaan yang perlu dikumpulkan, terutama menulis sebuah artikel supaya hasil tulisan memiliki kekayaan bahasa dan bervariasi sehingga enak dibaca. Pesan bang Togar saat berita pertamanya dipublikasikan yaitu "jangan cepat puas yaa, masih belum apa-apa itu". Dari perkataan itu gue juga belajar bahwa konsistensi menulis harus tetap diasah meskipun viewers yang didapatkan sedikit ataupun banyak. Selain menulis, Alif juga pernah dihadapkan musibah yang menimpanya selama kuliah di Bandung, ayahnya meninggal sehingga sebagai anak lelaki pertama dikeluarganya, dia harus menggantikan peran ayahnya untuk memenuhi kebutuhan ibu dan kedua adik perempuanya, hamper saja dia putus kuliah dan memilih tinggal dirumah untuk menggantikan peran ayahnya namun ibunya melarangnya lebih menyuruhnya untuk kembali ke Bandung melanjutkan perkuliahanya, ayahnya juga berpesan kepada Alif "apapun yang terjadi jangan sampai putus sekolah". Pesan itulah yang menjadikan tekat ibunya menyuruh Alif untuk kembali kuliah.

Di scene ini, gue merasa bahwa persis sama yang dilakukan oleh abah gue, dia mengusahakan agar anaknya bisa kuliah apapun yang terjadi, meskipun  gue tidak pernah tau uang darimana yang abah dapatkan untuk mengusahakan gue supaya bisa kuliah dan tidak putus kuliah agar mempunyai masa depan yang lebih baik. Gue menghargai semuanya sehingga apapun yang terjadi kuliah harus selesai. Selanjutnya Alif kembali ke Bandung untuk melanjutkan kuliahnya, selain kuliah, dia menyambi kerja sebagai pelayan restoran padang dan bedagang kain khas Minang dibalik kesibukannya begadang, dia sampai lupa dengan perkuliahannya dan sering titip absen, sampai suatu ketika  pernah terkena musibah, ketika diangkot untuk perjalanan pulang setelah berdagang kain yang hasilnya lumayan laris, dia dirampok oleh sekelompotan didalam angkot, semuanya habis mulai dari uang dan barang,dagangannya. Akibat dari kejadian itu, dia mulai menyerah dengan semua perjuangannya. Ada satu scene yang gue suka setelah kejadian buruk yang menimpa Alif. Ada seorang tukan sol sepatu yang sedang memperbaiki sepatu Alif yang rusak, ketika sedang memperbaiki sepatu, dia berkata "sabar itu bukan pasif menunggu dan tidak berbuat sama sekali, sabar itu aktif mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi, berbuat sesuatu, bukan hanya diam saja." Setelah diberi tau oleh tukang sol sepatu tersebut, Alif langsung lari ke kamarnya dan mengambil selembar kertas bertuliskan 3 kalimat ajaib yang dia dapatkan saat berada di pesantren salah satunya berbunyi "man sabaro dzofiro" artinya barang siapa yang sabar dia akan berhasil. Gila ternyata ada benarnya setelah gue pikir-pikir, sabar itu bukan tidak berbuat sesuatu namun sabar itu aktif mencari solusi dari masalah yang dihadapi bukan meratapi masalah yang dihadapi. Keren sumpah keren banget. Selepas itu, Alif jadi sadar dan bersemangat lagi dengan membacakan kalimat "man sabaro dzofiro" sebanyak 3 kali.

Setelah banyak peristiwa yang menimpa dirinya, dia pun kembali aktif kuliah dan menulis. Selain menulis di majalah kutub, tulisannya sudah tersebar dibeberapa media massa yang besar seperti kompas salah satunya, dari penghasilan tersebut, dia akhirnya pindah kos bersama temannya Rusdi. Setelah pindah kos, ada informasi mengenai pertukaran pelajar Indonesia di Kanada, Alif tidak mungkin melewatkan kesempatan itu, ujian yang dihadapi pertama kali yaitu Bahasa Inggris, kemudian pertunjukan minat dan bakat dari masing-masing peserta. Selain Alif peserta yang ikut dalam pertukaran pelajaran ini yaitu Rusdi dan Raishaa, oh ya belum kenal Raisha yaa...kenalan dulu yukk... 

Raisha merupakan teman Randai dan Alif yang kosnya dekat dengan mereka berdua, dia merupakan mahasiswa UNPAD sama seperti Alif. Alif dan Raisha pertama bertemu ketika Alif sedang kehujanan karena tengah mencari kosnya Randai, namun saat tengah mencari kos tersebut ada payung yang jatuh dekat dengannya. Itulah pertama kali mereka bertemu, kemudia mereka bertemu kembali di musholla ketika Alif sedang berteduh. Setelah itu, mereka saling berkenalan,ternyata Raisha kenal dengan Randai kemudian Raisha mengantar Alif ke tempat kos Randai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun