Besok adalah hari rakyat
27 November menjadi hari istimewa bagi kita selaku rakyat Indonesia. Hanya besok kita dipedulikan dan suara kita sangat diharapkan kedatangannya. Bahkan satu suara rela dibeli dengan nominal yang sangat besar, betapa butuhnya mereka paslon dengan kita besok. Tapi biasa perlunya hari itu saja, jika terpilih nanti belum tentu mereka bersikap sama, apalagi yang tidak terpilih.Â
 Hehe ada sebagian orang mendefenisikan Pilkada itu sebagai profit, tetapi mereka luput dan buta bahwa profit tadi itu telah melecehkan demokrasi kita secara tidak langsung, kenapa? hakikatnya suara kita itu tidak dapat diintervensikan dengan hal-hal yang dilarang apalagi saat detik-detik pemilihan yang sering disebut juga dengan "serangan fajar".  Makna demokrasi itu kan disaat rakyat bebas berbicara, berpendapat dan memilih sosok pemimpin. Jika meilhat hari ini banyak dari kita yang memilih pemimpin bukan karena visi misinya lagi,bukan karena kecakapan, intelektual, prestasinya tapi...karena bapak itu sudah kasih beras, kasih uang dan hal-hal terlarang lain nya. Itu calon pemimpin atau pengemis?
Ada 3 hal pelecehan demokrasi yang biasa terjadi sebelum pilkada yaitu:
1. Pelecehan pola pikir
Pola pikir menjadi kunci utama dalam memilih calon pemimpin selanjutnya, tetapi dilema hari ini banyak kelompok masyakat yang di doktrin (diganggu pemikiran nya) oleh paslon A dengan menggiring narasi sesat dan buruk terhadap paslon B, yang menyebabkan tidak adanya lagi indepedensi dan kebingunggan dalam memilih pemimpin.Â
2. Pelecehan psikologisÂ
Ada unsur ancaman ataupun janji khusus dari satu pihak yang menyebabkan masyarakat terpaksa memilih kelompok tersebut. Sebagaimana yang terjadi 5 hari belakangan ini, ada 500 pasangan suami istri bercerai karena hanya beda pilihan politik. Kasus ini dapat dimungkinkan ada upaya ancaman atau intervensi yang membuat runtuhnya rumah tangga pasutri diatas. Hakikatnya pemimpin mengkokohkan masyarakat bukan malah menjadi alasan cerai.
3. Pelecehan hak suara
Semua kita pasti tahu makna pelecehan ini bahkan sudah menjadi rahasia umum di lingkungan kita baik di sektor buruh, abdi negara dan elit politik sekalipun. Semua paslon dan timses bekerja keras dan bekerja cerdas bagaimanapun caranya si calon harus menang dalam kontestasi nanti, beragam upaya dan kebijakan dicoba. Â Satu upaya yang paling strategis yang biasa digunakan yaitu Politik uang, kenapa? karena mereka tau hari ini semua kita krisis keuangan, maka dari itu masyrakat rela dibeli hak pilihnya. Padahal 1 suara mereka menentukan 5 tahun kedepan.Â
Tolak uangnya, tolak uangnya, dan tolak uangnya yakinlah suara kamu lebih mulia di mata tuhan dibanding uang tersebut.
Kita masih memiliki waktu sebelum hari H, maka coba selektif, gali informasi kembali terhadap calon pemimpin yang ada lingkungan kita, mana yang paling terbaik dan cocok menurut kita.
Ingat! Pilih karena kamu percaya bukan karena selain nya.Â
Jangan kamu kira dia jadi pemimpin tidak ada efek sedikitpun dengan kehidupan kamu, hemm jika kamu berpikir sedemikian, maka tegarkan fisik dan hati kamu disaat penguasa di kota kamu bekerja bukan untuk kepentingan kamu tapi untuk kepetingan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H