Membangun Ketahanan Bisnis melalui Big Data Analytics
Globalisasi bisnis telah membawa berbagai tantangan yang tak terhindarkan, termasuk peningkatan risiko operasional dan keuangan. Ketika perusahaan memperluas operasional mereka ke pasar global, mereka tidak hanya mengeksplorasi peluang baru, tetapi juga menghadapi risiko yang lebih besar.Â
Sebuah studi dari Nitya Singh dalam artikel yang diterbitkan di Information Systems Management pada tahun 2020 menyoroti bagaimana integrasi Big Data Analytics (BDA) dalam infrastruktur manajemen risiko dapat membantu perusahaan menghadapi tantangan ini. Menurut Singh, risiko bisnis yang semakin kompleks akibat globalisasi dapat dikelola dengan lebih efektif jika perusahaan mengadopsi kemampuan BDA untuk memperkuat Risk Management Infrastructure (RMI)Â mereka.Â
Dalam studi ini, Singh menunjukkan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan BDA mengalami peningkatan ketahanan risiko bisnis secara signifikan. Dari 213 responden yang berasal dari berbagai industri, hasil survei menunjukkan bahwa penggunaan BDA memperkuat infrastruktur manajemen risiko, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi dan merespons ancaman yang berpotensi merugikan.Â
Ini adalah pengingat kuat bagi perusahaan global bahwa risiko tidak bisa hanya dikelola dengan sistem tradisional; pendekatan teknologi modern seperti BDA kini menjadi kunci untuk membangun ketahanan dalam menghadapi gangguan bisnis. Namun, pertanyaan yang muncul adalah: seberapa besar perusahaan benar-benar memahami potensi BDA dan apa konsekuensinya jika mereka tidak mengadopsi teknologi ini? Dengan kecepatan perubahan teknologi saat ini, ketahanan terhadap risiko adalah hal yang tidak bisa ditawar.
***
Dalam era yang dipenuhi dengan ketidakpastian dan kompleksitas bisnis global, perusahaan perlu lebih dari sekadar strategi mitigasi risiko tradisional. Dalam studi Nitya Singh (2020), terbukti bahwa penggunaan Big Data Analytics (BDA)Â meningkatkan efektivitas Risk Management Infrastructure (RMI) dalam mengelola risiko bisnis.Â
Data survei dari 213 responden menunjukkan bahwa integrasi BDA dalam struktur manajemen risiko organisasi secara langsung meningkatkan ketahanan bisnis terhadap gangguan, dengan hasil menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi BDA mampu mengelola risiko 25% lebih efektif dibandingkan yang tidak menggunakan teknologi ini. Fakta ini memberikan wawasan penting: BDA bukan sekadar alat analisis data tetapi juga fondasi dalam memprediksi, mendeteksi, dan merespons risiko secara proaktif.
Namun, adopsi teknologi ini tidak semudah yang dibayangkan. Menurut laporan dari McKinsey Global Institute (2018), hanya 18% perusahaan yang mengklaim telah sepenuhnya memanfaatkan potensi BDA dalam pengambilan keputusan strategis mereka. Mengapa demikian? Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kapabilitas manusia dan infrastruktur yang mendukung.Â
Singh menekankan bahwa, meskipun investasi besar dalam perangkat keras dan perangkat lunak BDA diperlukan, faktor manusia---seperti pengembangan keahlian dan budaya organisasi yang mendukung pengambilan keputusan berbasis data---sama pentingnya. Jika kapabilitas ini tidak dikembangkan, investasi dalam BDA bisa menjadi sia-sia.
Lebih jauh lagi, penelitian ini menggarisbawahi bahwa bahkan investasi kecil dalam BDA dapat berdampak besar pada ketahanan bisnis. Hasil dari studi menunjukkan bahwa perusahaan yang baru memulai penggunaan BDA dapat mengurangi dampak negatif dari gangguan sebesar 15-20% dalam tahun pertama adopsi teknologi. Ini mengindikasikan bahwa meskipun adopsi BDA belum sepenuhnya merata, perusahaan dapat mulai dengan investasi yang kecil untuk merasakan manfaat awal, sambil memperluas kapabilitas mereka secara bertahap.
Yang menarik, studi Singh juga menemukan bahwa perusahaan yang telah mengembangkan RMI yang matang mengalami peningkatan ketahanan yang lebih signifikan dengan adopsi BDA. Ini menunjukkan bahwa BDA paling efektif ketika dipadukan dengan infrastruktur manajemen risiko yang sudah mapan, di mana data besar dapat diolah menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti dengan cepat.
Oleh karena itu, perusahaan yang mengabaikan peran BDA dalam manajemen risiko berpotensi kehilangan peluang untuk meningkatkan ketahanan mereka di tengah perubahan pasar yang cepat.
***
Ketahanan bisnis di era globalisasi tidak lagi cukup jika hanya mengandalkan metode tradisional dalam menghadapi risiko. Studi Nitya Singh (2020) menekankan pentingnya Big Data Analytics (BDA) dalam meningkatkan kemampuan perusahaan untuk merespons risiko secara proaktif.Â
Data menunjukkan bahwa bahkan investasi kecil dalam BDA sudah memberikan dampak signifikan, mengurangi gangguan bisnis hingga 20% di tahun pertama. Namun, adopsi BDA harus didukung oleh pengembangan infrastruktur manajemen risiko yang matang agar potensi penuh teknologi ini dapat dirasakan.Â
Perusahaan yang lambat mengadopsi pendekatan berbasis data dalam pengelolaan risiko berisiko tertinggal di pasar yang semakin kompetitif. Pada akhirnya, ketahanan bisnis bukan hanya soal bertahan, melainkan tentang bagaimana perusahaan dapat terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk menjaga keberlanjutan operasional di tengah ketidakpastian.
Referensi
Singh, N. (2020). Developing business risk resilience through risk management infrastructure: The moderating role of big data analytics. Information Systems Management. https://doi.org/10.1080/10580530.2020.1833386
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H