Yang menarik, studi Singh juga menemukan bahwa perusahaan yang telah mengembangkan RMI yang matang mengalami peningkatan ketahanan yang lebih signifikan dengan adopsi BDA. Ini menunjukkan bahwa BDA paling efektif ketika dipadukan dengan infrastruktur manajemen risiko yang sudah mapan, di mana data besar dapat diolah menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti dengan cepat.
Oleh karena itu, perusahaan yang mengabaikan peran BDA dalam manajemen risiko berpotensi kehilangan peluang untuk meningkatkan ketahanan mereka di tengah perubahan pasar yang cepat.
***
Ketahanan bisnis di era globalisasi tidak lagi cukup jika hanya mengandalkan metode tradisional dalam menghadapi risiko. Studi Nitya Singh (2020) menekankan pentingnya Big Data Analytics (BDA) dalam meningkatkan kemampuan perusahaan untuk merespons risiko secara proaktif.Â
Data menunjukkan bahwa bahkan investasi kecil dalam BDA sudah memberikan dampak signifikan, mengurangi gangguan bisnis hingga 20% di tahun pertama. Namun, adopsi BDA harus didukung oleh pengembangan infrastruktur manajemen risiko yang matang agar potensi penuh teknologi ini dapat dirasakan.Â
Perusahaan yang lambat mengadopsi pendekatan berbasis data dalam pengelolaan risiko berisiko tertinggal di pasar yang semakin kompetitif. Pada akhirnya, ketahanan bisnis bukan hanya soal bertahan, melainkan tentang bagaimana perusahaan dapat terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi untuk menjaga keberlanjutan operasional di tengah ketidakpastian.
Referensi
Singh, N. (2020). Developing business risk resilience through risk management infrastructure: The moderating role of big data analytics. Information Systems Management. https://doi.org/10.1080/10580530.2020.1833386
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H