Mohon tunggu...
Muhammad Haikal Abdau
Muhammad Haikal Abdau Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa S1 Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Membangun Ketahanan Bisnis melalui Big Data Analytics

17 September 2024   07:00 Diperbarui: 17 September 2024   07:10 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar (Sumber: Freepik.com)

Membangun Ketahanan Bisnis melalui Big Data Analytics

Globalisasi bisnis telah membawa berbagai tantangan yang tak terhindarkan, termasuk peningkatan risiko operasional dan keuangan. Ketika perusahaan memperluas operasional mereka ke pasar global, mereka tidak hanya mengeksplorasi peluang baru, tetapi juga menghadapi risiko yang lebih besar. 

Sebuah studi dari Nitya Singh dalam artikel yang diterbitkan di Information Systems Management pada tahun 2020 menyoroti bagaimana integrasi Big Data Analytics (BDA) dalam infrastruktur manajemen risiko dapat membantu perusahaan menghadapi tantangan ini. Menurut Singh, risiko bisnis yang semakin kompleks akibat globalisasi dapat dikelola dengan lebih efektif jika perusahaan mengadopsi kemampuan BDA untuk memperkuat Risk Management Infrastructure (RMI) mereka. 

Dalam studi ini, Singh menunjukkan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan BDA mengalami peningkatan ketahanan risiko bisnis secara signifikan. Dari 213 responden yang berasal dari berbagai industri, hasil survei menunjukkan bahwa penggunaan BDA memperkuat infrastruktur manajemen risiko, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengidentifikasi dan merespons ancaman yang berpotensi merugikan. 

Ini adalah pengingat kuat bagi perusahaan global bahwa risiko tidak bisa hanya dikelola dengan sistem tradisional; pendekatan teknologi modern seperti BDA kini menjadi kunci untuk membangun ketahanan dalam menghadapi gangguan bisnis. Namun, pertanyaan yang muncul adalah: seberapa besar perusahaan benar-benar memahami potensi BDA dan apa konsekuensinya jika mereka tidak mengadopsi teknologi ini? Dengan kecepatan perubahan teknologi saat ini, ketahanan terhadap risiko adalah hal yang tidak bisa ditawar.


***


Dalam era yang dipenuhi dengan ketidakpastian dan kompleksitas bisnis global, perusahaan perlu lebih dari sekadar strategi mitigasi risiko tradisional. Dalam studi Nitya Singh (2020), terbukti bahwa penggunaan Big Data Analytics (BDA) meningkatkan efektivitas Risk Management Infrastructure (RMI) dalam mengelola risiko bisnis. 

Data survei dari 213 responden menunjukkan bahwa integrasi BDA dalam struktur manajemen risiko organisasi secara langsung meningkatkan ketahanan bisnis terhadap gangguan, dengan hasil menunjukkan bahwa perusahaan yang mengadopsi BDA mampu mengelola risiko 25% lebih efektif dibandingkan yang tidak menggunakan teknologi ini. Fakta ini memberikan wawasan penting: BDA bukan sekadar alat analisis data tetapi juga fondasi dalam memprediksi, mendeteksi, dan merespons risiko secara proaktif.


Namun, adopsi teknologi ini tidak semudah yang dibayangkan. Menurut laporan dari McKinsey Global Institute (2018), hanya 18% perusahaan yang mengklaim telah sepenuhnya memanfaatkan potensi BDA dalam pengambilan keputusan strategis mereka. Mengapa demikian? Salah satu tantangan utama adalah kurangnya kapabilitas manusia dan infrastruktur yang mendukung. 

Singh menekankan bahwa, meskipun investasi besar dalam perangkat keras dan perangkat lunak BDA diperlukan, faktor manusia---seperti pengembangan keahlian dan budaya organisasi yang mendukung pengambilan keputusan berbasis data---sama pentingnya. Jika kapabilitas ini tidak dikembangkan, investasi dalam BDA bisa menjadi sia-sia.


Lebih jauh lagi, penelitian ini menggarisbawahi bahwa bahkan investasi kecil dalam BDA dapat berdampak besar pada ketahanan bisnis. Hasil dari studi menunjukkan bahwa perusahaan yang baru memulai penggunaan BDA dapat mengurangi dampak negatif dari gangguan sebesar 15-20% dalam tahun pertama adopsi teknologi. Ini mengindikasikan bahwa meskipun adopsi BDA belum sepenuhnya merata, perusahaan dapat mulai dengan investasi yang kecil untuk merasakan manfaat awal, sambil memperluas kapabilitas mereka secara bertahap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun