Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Rata-rata hasil data yang didapatkan dari beberapa rumah sakit di Indonesia menunjukan 67% pasien mengeluh adanya ketidakpuasan dalam penerimaan pelayanan kesehatan, terutama dalam hal komunikasi (Transyah & Toni, 2018) Komunikasi terapeutik sangat penting  dan merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar dan dipusatkan serta bertujuan untuk kesembuhan pasien. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan tenaga medis hendaknya bertujuan terapeutik untuk pasien. Komunikasi terapeutik harus berjalan dengan secara efektif antara pasien dengan dokter sehingga saling menghargai satu sama lainnya.
Peran komunikasi terapeutik sangat penting sebagai salah satu bentuk pelay anan kesehatan sehingga terwujudnya komunikasi terapeutik yang baik pada setiap fase atau tahapan yang akan menghasilkan hubungan baik juga menumbuhkan rasa percaya dan kepuasan terhadap pasien bahwa dirinya akan dirawat sebaik-baiknya serta mendapat kesembuhan ( Soraya, 2021). Salah satu hal yang mendukung kesembuhan pasien tidak hanya memberikan informasi tentang kesehatannya, tetapi mendengarkan keluhan pasien, empati, edukasi dan pelayanan ramah juga sangat mempengaruhi kesembuhan pasien.
Fungsi komunikasi terapeutik :
- Membantu pasien mengelola perasaan dan keputusan
- Mendorong adaptasi pasien
- Membantu pasien merealisasikan diri
- Meningkatkan fungsi dan kemampuan memenuhi kebutuhan
- Mempercepat hubungan professional antara perawat dan pasien
- Mencegah tindakan negative dan preventif.
Ada 4 fase komunikasi terapeutik yang dapat perawat gunakan saat berbicara dengan pasien (Jensen, 2019), yaitu:
    1. Fase pra-interaksi
   2.  Fase orientasiÂ
   3. Fase KerjaÂ
   4. Fase terminasiÂ
- Fase pra interaksi
Fase pra interaksi dilakukan untuk mempersiapkan diri perawat sebelum bertemu dengan pasien. Hal ini penting dilakukan agar perawat mengetahui latar belakang pasien, sehingga fase berikutnya berjalan dengan baik. Dokter dapat melihat rekam medis, termasuk Riwayat penyakit atau operasi sebelumnya, atau ada obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
- Fase orientasi
Dokter harus memperkenalkan diri terlebih dahulu, dan jelaskan tujuan saat bertemu paisen saat itu. Dengarkan baik-baik apa yang pasien sebutkan dan jika perlu konfirmasi ulang bahwa pengucapannya benar. Selain itu, dokter juga harus menjaga privasi, karena privasi pasien sangat penting dalam medis.
- Fase kerja
Selama fase kerja, yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengajukan   pertanyaan yang spesifik.
- Fase terminasi
Fase terminasi adalah fase dimana menutup sesi wawancara dengan pasien. Namun sebelum ditutup pastikan bahwa asisten dokter meringkas dan menyatakan dua sampai tiga masalah yang penting. Ucapkan terimakasih pada pasien dan anggota keluarga karena telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi saat dokter mengakhiri wawancara.
Diabetes melitus (DM) adalah suatu penyakit yang masuk kedalam kelompok penyakit metabolik dengan tanda hiperglikemia sebagai akibat dari adanya defek sekresi insulin, kerja insulin ataupun keduanya. Indonesia menempati urutan ke-7 dalam hal prevalensi diabetes tertinggi di dunia. WHO melaporkan apabila jumlah pasien diabetes melitus di Indonesia meningkat dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2022 sendiri, International Diabetes Federation mencatat ada 537 juta penderita DM di seluruh dunia. Patofisiologi dari diabetes melitus sendiri adalah sebuah proses kompleks dan melibatkan banyak faktor. Umumnya, diabetes dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestasional, dan diabetes spesifik lain. Apabila tidak dikelola dengan baik, Diabetes melitus akan menyebabkan berbagai macam komplikasi (Hakim et al., 2022).
Dalam konteks ini, komunikasi terapeutik menjadi komponen penting dalam mendukung keberhasilan pengelolaan penyakit. Komunikasi terapeutik bukan hanya sekadar menyampaikan informasi medis, tetapi juga mencakup hubungan empatik antara tenaga kesehatan dan pasien untuk meningkatkan kepatuhan, motivasi, dan kualitas hidup pasien.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H