Pada tahun 645 kaisar Tang Taizong mengubah nama gunung Dàchéngshān 大城山 menjadi Tángshān 唐山 untuk mengenang selirnya yang mati muda dalam perjalanan pulang ke ibu kota setelah menaklukan Korea.
Tengsua bukan Tangshan karena gunung Tángshān baru muncul 1.000 tahun lebih setelah orang Hokkien menyebut ibu pertiwinya Tengsua. Di samping itu gunung Tángshān pun jaraknya 1.000 km lebih dari daerah Hokkien. Menyatakan Tengsua adalah dialek Hokkien dari kata mandarin Tángshān adalah pembohongan sejarah.
Tangren Bukan Dinasti Tang
Tiga tahun sebelum Kaisar Guangxu naik tahta (1877), pemerintah dinasti Qing 1644-1912 (Qīngcháo 清朝) meresmikan pertambangan Kāipíng 開平 di provinsi Guǎngdōng 廣東 menjadi Kotamadya. Pada tahun 1878 pemerintah Kāipíng lalu membangun kota Qiáotún 喬屯 yang kemudian diganti namanya menjadi Tángshān pada tahun 1889. Pada 28 January 1939 pemerintah provinsi Héběi 河北 menaikan status Tángshān menjadi Kotamadya. April 1946 Tangsan menjadi Kabupaten.
Ketika dinasti Tang (Tángcháo 唐朝) berkuasa tahun 618-907 kota Tangsan belum dibangun dan orang Tangshan (Tángshānrén 唐山人) bahkan belum dilahirkan. Dan ketika kota Tangshan berdiri dan orang-orang Tangsan dikenal dinasti Tang sudah ketinggalan hampir 1.000 tahun dan delapan dinasti. Itu sebabnya menyatakan Tenglang adalah dialek Hokkien dari kata mandarin Tángrén adalah pembohongan sejarah.
Tidak Ada Kampung Cina Di Nusantara
Orang Eropa dan Amerika menyebutnya Chinatown. Pecinan adalah istilah Chinatown yang diindonesiakan. Kampung Arab memang kita temukan di berbagai kota di Indonesia namun Kampung Cina apalagi Pecinan tidak ada di dalam tradisi Indonesia.
Kampung Cina di perumahan Kota Wisata dan Pecinan Semarang di kota Semarang, menurut saya, adalah pembohongan sejarah Indonesia dan pertanda Tionghua Indonesia mulai melupakan tradisinya karena kesusilaan (lǐ 禮) tidak diajarkan lagi dengan lengkap dan benar.
Apa yang kita sebut pecinan hari ini bukan peninggalan akan kehebatan orang Tionghoa perantauan apalagi kejayaan bangsa Tionghoa di seluruh dunia namun bukti diskriminasi rasial dan penganiayaan terhadap orang Tionghoa perantauan dari para penguasa pribumi dan pemerintah China.
Itu sebabnya, handai taulanku sekalian, ingatlah senantiasa bahwa, “Tanah yang memberimu makan adalah negerimu. Jangan menyangka Tengsua itu hebat karena kami miskin sekali di sana,” menurut nenekku, itulah ucapan kakekku yang selalu diulang-ulangnya kepada ke delapan anaknya dan keponakan-keponakannya juga penduduk kampung kita.
Huábù Artinya Orang Dermaga