Mohon tunggu...
Haihai Bengcu
Haihai Bengcu Mohon Tunggu... wiraswasta -

Hanya seorang Tionghoa Kristen yang mencoba untuk melakukan sebanyak mungkin hal benar. Saling MENULIS agar tidak saling MENISTA. Saling MEMAKI namun tidak saling MEMBENCI. Saling MENGISI agar semua BERISI. Saling MEMBINA agar sama-sama BIJAKSANA.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang Besar Bernama Benny G Setiono Itu Sudah Pulang

20 Januari 2017   17:54 Diperbarui: 20 Januari 2017   18:07 2951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menunjukkan kepada Tionghoa dan mereka yang mengagul-agulkan kepribumiannya bahkan kepada seluruh dunia bahwa orang-orang Tionghoa Indonesia bukan BENALU yang tumbuh subur namun tidak berakar.

Sejarawan dan penulis buku “Tionghoa Dalam Pusaran Politik” yang tebalnya 1.137 halaman serta pendiri Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) itu menghembuskan nafasnya Jam 07.30 WIB Selasa 17 Januari 2017.

Saat ini beliau disemayamkan di Rumah Duka Dharmais Slipi ruang ABC dan akan dikremasikan hari Sabtu 21 Januari 2017 jam 09.00 di Nirwana.  Turut berduka cita kepada seluruh kerabat almarhum dan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) serta orang-orang Tionghoa Indonesia.

Saya tidak pernah bertemu dengannya walaupun sudah berkali-kali mengirim salam hormat dan terima kasih. Reputasinya selama ini benar-benar menjadi panutan bagi saya.  Buku “Tionghoa Dalam Pusaran Politik” karyanya yang selama ini dibiarkannya untuk dibajak oleh siapa saja lalu disebarkan gratis menjadi E-book benar-benar menjadi sumber pustaka sejarah Tionghoa Indonesia.

Melalui buku tersebut pak Benny bukan hanya menerangi sejarah Tionghoa Indonesia yang selama ini gelap karena disembunyikan dan putarbalikkan oleh para penjajah baik orang asing maupun bangsa Indonesia sendiri namun menunjukkan kepada orang-orang Tionghoa Indonesia dan mereka yang mengagul-agulkan kepribumiannya bahkan kepada seluruh dunia bahwa orang-orang Tionghoa Indonesia bukan BENALU yang tumbuh subur namun tidak berakar.

Melalui buku tersebutlah saya dan banyak orang lainnya melihat fakta bahwa orang-orang Tionghoa Indonesia tidak berhutang apa pun kepada para pahlawan bangsa apalagi kepada mereka yang gembar-gembor dirinya pribumi karena NKRI didirikan bersama-sama oleh semua suku dan golongan untuk menjadi rumah bersama semua.

Atas  buku “Tionghoa Dalam Pusaran Politik” dia menerima Wertheim Award 2009 dari Wertheim Foudantion pada tanggal 6 Juni 2009 di Universiteit van Amsterdam. Wertheim Award diberikan dengan mempertimbangkan saran sebuah Komisi Anjuran Internasional, yang diketuai Prof Dr Jan Breman, sebagai penghargaan atas peranan, karya dan perjuangan mereka mempertahankan hak-hak demokrasi di Indonesia, khususnya kemerdekaan menyatakan pendapat, berkarya dan kemerdekaan pers, sebagai bagian dari perjuangan bangsa Indonesia untuk demokrasi dan usaha besar emansipasi bangsa yang masih berlangsung terus.    

Benny Gatot Setiono dilahirkan 31 Oktober 1943 dan meninggal 17 Januari 2017. Menyadari sepenuhnya bahwa “Masalah Tionghoa” di Indonesia merupakan warisan sejarah kolonial yang telah membebani perjalanan sejarah bangsa Indonesia selama ini, maka bersama dengan 16 orang teman lainnya dia mendirikan Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) pada tanggal 5 Februari 1999.

Perhimpunan INTI didirikan dengan tujuan menjadi organisasi yang maju, modern, bercitra internasional, berorientasi pada Kebangsaan Indonesia, menghargai hak asasi manusia, egaliter, pluralis, inklusif, demokratis, dan transparan untuk berperan aktif dalam dinamika proses pembangunan bangsa (nation building), antara lain menyelesaikan “Masalah Tionghoa” di Indonesia, menuju terwujudnya Kebangsaan Indonesia yang kokoh, rukun bersatu dalam keharmonisan, bhinneka, saling menghargai, dan saling percaya.

Selamat jalan pak Benny G Setiono, saya berjanji untuk melanjutkan pejuangan dan karyamu selanjutnya dan mewariskannya kepada generasi ini dan generasi yang akan datang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun