Bubur blendrang merupakan makanan khas desa Gunungpring, Muntilan. Makanan ini sudah ada sejak zaman Pangeran Diponegoro saat penjajahan Belanda, biasanya makanan ini disantap oleh para pembantu Pangeran Diponegoro sebagai makanan penghangat ketika berbuka puasa pada saat itu.Â
Menurut cerita dari warga penjual bubur blendrang, dari keberadaan pondok pesantren yang sudah sangat tua di Gunungpring, yaitu Pesantren Watu Congol.Â
Pesantren salaf itu didirikan oleh Kyai Narowi Dalhar. Biasa dipanggil dengan nama Mbah Dalhar, adalah mursyid tarekat Syadziliyah dan dikenal sebagai seorang teladan masyarakat. Ia dilahirkan dalam lingkungan santri yang taat. Sang ayah yang bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo adalah cucu dari Kyai Abdurrauf. Kyai Abdurrauf ini adalah salah satu panglima perang pasukan Diponegoro.Â
Adapun nasab Kyai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Sebagai keturunan raja, Kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning. Dari cerita tersebut, bubur blendrang beredar luas di Gunungpring dan menjadi salah satu menu favorit saat berbuka puasa.
Awalnya makanan ini hanya disajikan saat berbuka puasa saja, namun sekarang telah banyak yang menjajakan makanan ini, tidak hanya pada saat ramadhan saja tetapi pada hari-hari biasa juga dijual. Makanan ini menjadi salah satu makanan favorit karena memiliki cita rasa yang khas gurih, pedas, hangat, dan creamy.Â
Bahan utama yang digunakan dalam bubur ini adalah tepung gandum dan tulang ayam, kambing, maupun sapi. Oleh karena bahan utamanya yang menggunakan tepung gandum ini, membuat bubur blendrang menjadi salah satu bubur yang creamy hampir mirip dengan bubur sumsum, tetapi bubur sumsum bercita rasa manis. Sensasi pedan dan gurih tersebut yang menjadi daya pikat bubur blendrang ini.
Proses pembuatannya pun sangat mudah, dengan bahan-bahan seperti bawang merah, bawang putih, cabai, jahe, kencur, dan garam kemudian bahan-bahan tersebut dihaluskan dengan blender. Setelah itu, masukkan bumbu ini kedalam air mendidih lalu aduk secara perlahan.Â
Kemudian tulang ayam, kambing, atau sapi tadi dimasukkan, dilanjutkan dengan adonan tepung gandum yang telah disiapkan, sebelum itu tepung gandum dilarutkan dalam air terlebih dahulu. Aduk semua bahan-bahan yang telah dimasukkan ke dalam panci.Â
Apabila sudah matang dapat disajikan di mangkuk, dengan tambahan kerupuk bubur ini akan menjadi lebih nikmat. Mengingat harganya yang sangat terjangkau yaitu berkisar antara 3.000-5.000 per porsi.Â
Pada umumnya penjual blendrang menggunakan tulang ayam, selain karena lebih murah juga mudah didapatkan. Hal ini lah yang menjadikan bubur blendrang menu favorit dan viral tidak hanya bagi masyarakat Gunungpring tetapi juga bagi masyarakat lain.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H