Agenda dari ideologi ini pun jelas, untuk menggaungkan kesetaraan hak antar pria dan wanita dan menghapus sistem patriarki, bukan malah menuhankan sistem matriarki dan menyuarakan female supremacy.
Dalam beberapa kesempatan saya scrolling di Twitter juga saya sempat lihat ada seorang feminis yang merasa triggered sama sebuah acara seminar karena tidak adanya sosok wanita sebagai pembicaranya. Saya rasa, tuntutan dari paham feminisme juga gak seremeh itu.
Dari beberapa fenomena itu, saya jadi mikir, apa mungkin para feminis ini sedang kebingungan soal prioritas dalam berideologinya? Atau cuma oknum aja yang begini? Kalau banyak oknum feminis yang begini, saya jadi kasihan dan simpati sama feminis beneran.Â
Nama baik feminis tercoreng gara-gara para oknum feminazi yang ngeselin ini. Feminisme cuma mau setara, bukan lebih tinggi. Feminisme cuma mau menghapus patriarki, bukan malah melahirkan matriarki.
Akhir kata, semoga tidak ada yang merasa triggered dengan tulisan saya ini. Saya salut banget sama ideologi feminisme dan perjuangan feminis menyuarakan agenda-agendanya. Menurut saya, feminisme adalah ideologi yang sangat mulia.
Andai saya bisa jadi "feminis pria", saya pengen banget. Tapi, saya gak bisa. Salah satu komedian favorit saya, Bill Burr, pernah bilang di pertunjukan Stand Up Comedy-nya, bahwa kalau ada pria yang mengaku kalau ia adalah feminis, itu sama aja kayak orang kulit putih yang ngaku-ngaku dirinya adalah aktivis gerakan Black Panther.Â
Bill Burr juga melanjutkan, "Every time i hear a guy say 'i'm a male feminist', i always just think that is the most pathetic, limp-d*ck way ever to try and get some p**sy".
P.S. Jangan nonton Stand Up Bill Burr kalau anda seorang feminazi.
Tulisan ini juga terbit di Medium.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H