Mohon tunggu...
Haidir Aly
Haidir Aly Mohon Tunggu... Lainnya - Newbie Tulis Menulis

Pop-culture enthusiast yang sangat terobsesi punya potongan rambut milik Thomas Shelby.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Boys" dan "Watchmen": Utopia Manusia dan Musuh Bersama

24 Juni 2020   15:04 Diperbarui: 4 Juli 2020   11:01 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biar saya mulai tulisan saya kali ini dengan satu pertanyaan. Kalian udah nonton serialThe Boys”, belum? Kalau kalian belum nonton, saya rekomendasikan kalian harus nonton serial ini secepetnya. Saya tahu, mungkin rekomendasi saya agak telat terbitnya karena hype dan euforia serial ini udah nggak sebesar dulu, tapi denger-denger bakal ada kelanjutannya, kok.

The Boys adalah serial bergenre dark comedy superhero karya Eric Kripke, Evan Goldberg, dan Seth Rogen. Serial ini tayang secara streaming di Amazon Prime, saingannya Netflix itu, lho. Saya rekomendasikan kalian buat nonton ini karena menurut saya serial ini adalah salah satu serial terbaik yang pernah saya tonton. Saya tahu, merekomendasikan sebuah serial hanya berdasar kesukaan saya memang egois, tapi biar saya jelaskan lebih lanjut.

The Boys punya premis cerita yang menurut saya itu “gila” banget. Jadi, The Boys itu adalah serial adaptasi dari komik “Vought”, saya juga nggak ngikutin komiknya, saya juga baru tahu ada komik itu setelah saya nonton serial ini. Jadi premis di series ini adalah, ada keadaan dimana di dunia/universe di dalam serial ini, superhero, atau paling tidak hanya manusia super, itu udah terlalu banyak jumlahnya, dan disitu semua yang berbau soal superhero itu udah jadi komoditas bisnis.

Mulai dari pencitraan superheronya, merchandise, lomba balap lari superhero, ya pokoknya semua yang superhero lakukan disitu adalah business-oriented,dan mereka diatur sama perusahaan yang bukan milik pemerintah tapi milik swasta, namanya “Vought Industries”. Nah di Vought Industries ini, mereka semacam udah jadi “perusahaan” superhero terbesar disana dan mereka punya semacam grup superhero terbesar dan paling terkenal disana, setipe dengan The Avengers atau Justice League-nya, namanya “The Seven”, sesuai namanya, anggotanya ada tujuh orang dan mereka diatur sama Vought Industries itu.

Jadi yang bikin menarik dari cerita atau premis ini adalah, dunia yang memiliki sosok seorang superhero, itu adalah salah satu mimpi terbesar umat manusia, salah satu utopia terbesar manusia selama ini, bahwa kalau ada superhero di dunia ini, dunia akan selalu aman dan stabil, nggak ada kekerasan, nggak ada kejahatan, dan nggak ada bad guys lagi. Tapi, di balik utopia itu, semua itu jadi bikin sebuah ironi dan paradoks, bahwa, utopia yang selama ini kita semua idamkan itu ya akan jadi dystopia di kemudian hari.

Sebagaimana yang digambarkan di dalam serial ini, bahwa saking banyaknya superhero, kejahatan pelan-pelan akan mulai habis, dan umat manusia, terutama superhero itu sendiri jadi mikir kayak, “apalagi, nih, yang mau kita kerjain?” sampai akhirnya superhero udah mulai kehilangan fungsinya sebagai pahlawan, bahkan saat kemunculan mereka pun polisi udah nggak ada gunanya buat merangin kejahatan.

Akibat dari semua itu, para superhero ini jadi korup, mereka jadi semena-mena sama orang-orang, dan nggak segan untuk membunuh atau menyakiti orang demi kepentingan pribadi, dan itu ditutupi sama perusahaan mereka demi citra mereka sebagai pahlawan super, bahkan, kalau mereka abis nyelametin orang pun mereka harus tanya nama orang yang mereka selamatkan dan harus diundang buat diwawancara untuk pencitraan superheronya.

Jadi, superhero adalah bad guys di dalam cerita ini. Cerita berkembang dimana ada salah satu komplotan, “The Boys” itu kalau diterjemahkan menurut terjemahan Amazon Prime artinya “komplotan”. Jadi ada 5 orang biasa dan nggak punya kekuatan super, dan mereka udah muak sama kelakuan busuk para superhero ini, mereka mau berontak dari keadaan itu dan mau ngelawan balik untuk bikin sebuah revolusi.

Menurut saya ini adalah cerita yang “gila”, ini adalah jenis cerita baru yang fresh dalam serial bergenre superhero, dimana ada sisi perspektif lain yang disorot. Kalau selama ini perspektif lumrahnya adalah bahwa superhero itu idaman bagi semua orang dan yang disorot cuma dari perspektif superheronya aja, nah kalau di series ini itu kayak ngebuka perspektif lain, bahwa, seolah-olah membuat kita berpikir, “yakin masih mikir kalau superhero itu idaman?”.

Dari cerita ini saya jadi mikir, bahwa, mungkin ada benarnya. Bahwa nggak selamanya yang kita anggap ideal untuk dunia ini akan berjalan dengan baik dan benar seperti apa yang kita harapkan. Ya baiklah kalau kita punya pahlawan super buat basmi kejahatan, tapi kalau kejahatannya udah abis terus mau ngapain lagi? Apa tujuan barunya? Apa konsep barunya yang mau dibangun?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun