Tantangan dakwah di era kaum Milenial itu bisa berupa Informasi yang tidak terverifikasi dengan benar dan dapat menyesatkan pemahaman agama dan memecah belah umat. “Yang menjadi tantangan dakwah di era milenial ialah pendakwah harus mampu menggunakan bahasa agama sebagai generasi milenial namun tidak melanggar norma, menggunakan referensi dakwah yang valid serta dalil yang sahih, menguasai sumber rujukan yang komperhensif. Karena kaum milenial sangat kritis dan sering melakukan pengecekan data melalui search engine yang tersedia. Selain itu, pendakwah juga dituntut konsisten antara perkataan dan perbuatan serta menguasai aplikasi jejaring sosial media.” Kata Muhammad Furqan Habibie mahasiswa UIN Jakarta pada saat event Workshop Manajemen Strategi, Rabu (8-3-2023).
Oleh karena itu, problema yang muncul di sekitar masyarakat adalah pekerjaan yang harus dituntaskan oleh umat Islam, khususnya dai milenial yang memiliki kekuatan material maupun spiritual. Karena untuk merealisasikan tujuan dakwah yang salah satunya yaitu menciptakan masyarakat yang Islami menaruh perhatian khusus pada kehidupan di masyarakat.
Pada masa globalisasi yang sangat gencar akan perkembangan digital dan teknologi ini, seluruh lapisan yang berkenaan dengan penyampai informasi kepada ummat tidak dapat menutup mata akan kondisi yang semakin dinamis ini. Sudah seyogyanya pendakwah turut andil dalam memanfaatkan saluran social media dalam menyampaikan materi dakwahnya. Dakwah di era milenial ini memiliki beberapa tujuan, di antaranya yaitu untuk mencegah pemurtadan dan memberikan pemahaman Islam yang seimbang dan toleran kepada masyarakat
Manfaat Digitalisasi Dakwah Fenomena dakwah digital mulai berkembang di Indonesia sejak tahun 1994. Hal itu bersamaan dengan dibukanya indonet sebagai internet service provider di Jakarta. Setelah itu penggunaan internet sebagai medium dakwah semakin berkembang, seperti: facebook, twitter, youtube, instagram, blogger. Media tersebut dapat menyiarkan secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan memudahkan masyarakat berinteraksi dan memberikan feedback terhadap pesan yang diterima. Jadi, hadirnya internet membuat dakwah semakin lebih mudah diperoleh dan diserap oleh masyarakat dibandingkan media konvensional. Kelebihan internet sebagai media komunikasi dakwah, di antaranya: pertama, mampu menembus batas ruang waktu dalam sekejap dengan biaya dan energi yang relatif terjangkau. Kedua, pengguna internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap visi dakwah. Ketiga, para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah melalui internet bisa konsistensi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar‟i. Keempat, dakwah melalui internet telah menjadi salah satu pilihan masyarakat karena bebas memilih materi dakwah yang disukai. Kelima, cara penyampaian yang variatif telah membuat dakwah Islamiyah melalui internet bisa menjangkau segmen yang luas.
Kelebihan dakwah dengan menggunakan internet yaitu dakwah menjadi lebih variatif. Artinya, kehadiran teknologi memberikan banyak cara untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah. Selain tulisan, materi dakwah bisa dalam bentuk gambar, audio, e-book (buku elektronik) ataupun video, sehingga objek dakwah dapat memilih bentuk media yang disukai. Dengan menyajikan materi dakwah di internet, objek dakwah tidak perlu datang ke narasumber dan membeli buku untuk menjawab masalah yang dihadapi. Sehingga lebih hemat biaya dan tenaga untuk memperoleh informasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H