Mohon tunggu...
Haidar Barong
Haidar Barong Mohon Tunggu... -

Penghuni cafe TIM Tembang luruh dalam tidur Puisi pecah di gelas Mana tembang, mana puisi tidak peduli Aku sudah sembuh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Keinginan (Dijamin Enteng dan Gancil)

27 September 2011   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:35 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu hal yang tidak pernah luput dari pembahasan jalan ruhani adalah menyoal “Keinginan”. Jika pada Tuhan kita mengenal “Dua Keinginan” Tuhan, maka dalam kaitannya dengan manusia nampaknya keinginan nyaris tak berbatas, tak beruang dan tak berwaktu. Dimana awal dan berakhirnya, untuk sementara saya tidak tahu.

Ada salah satu atau salah dua, atau banyak jalan spiritual yang memandang keinginan sebagai penderitaan, sumber bencana dan malapetaka. Pertanyaaan:”Apa yang membuat orang menderita?” Dijawab:”Keinginannya”. Jalan Budhis menyebut-nyebut hubungan “kelahiran berulang” (reinkarnasi) dengan penderitaan. Saya ingin menafsirkannya bukan sebagai kelahiran jasad, dimana manusia bisa jadi dilahirkan kembali sebagai Dewi, sapi atau Pinokio. Melainkan memahaminya sebagai “kelahiran keinginan yang berulang”, yang semakin lama semakin meningkat. Memang keinginan selalu bergerak lebih cepat dari kemampuan. Dan kita sering mengacaukan keinginan sebagai kebutuhan. Begitu keinginannya lahir dan tidak bisa dijangkaunya, maka disitulah penderitaan. Tapi “kelahiran berulang” bisa juga sih menunjukkan suatu prestasi,seperti; kelahiran hati, kelahiran batin yang suci, kelahiran karya dst. Dalam konteks ini kita bisa ulang tahun berkali-kali dalam satu tahun. Asik. Kira-kira Anda lebih ingin lahir sebagai bayi kembali atau tetap dlm keadaan sekarang tetapi hati Anda terlahir dalam kesucian?

Sultannya para arif, Bayazid, bersyair; “Satu-satunya yang aku inginkan saat ini adalah aku ingin tidak menginginkan”. Boleh juga, benar, kocak dan juga absurd. Sebuah gambaran ketakberdayaan manusia dalam keberpisahan dengan keinginan yang menjadi daya hidupnya sekaligus titik kesadaran di lereng agar tak tergelincir dan larut dalam berbagai hambatan jalan spiritual. Bayazid lebih dekat pada kelahiran hati itu, hati yang tidak punya banyak keinginan.

Keinginan biasanya berhubungan dengan kesenangan. Soal ini sudah saya tulis secara sporadis di berbagai catatan terdahulu. Tetapi boleh juga ditambahkan sedikit lagi. Bahwa orang akan merasa senang bila keinginannya tercapai dan kecewa atau susah jika keinginannya tidak bisa diraih.Sesungguhnya susah-senang bisa ada dalam semua keadaan dan pada semua orang; orang baik, bajingan, Sehat-sakit, orang Barat Timur, Utara Selatan. Semua merasakan sama; kadang susah kadang senang. Tidak mungkin ada orang yang selama senang atau susah. Soal rasa, soal berat ringan dan lama-cepatnya; sama. Yang berbeda ialah hal-hal yang disenangi atau disusahi. Waktu sakit saya susah, tetapi senang ketika dijenguk kawan. Orang baik senang jika memberi dan susah melihat orang lain mendapat musibah. Copet senang kalau berhasil mencopet dan susah jika tidak berhasil “ngebola”. Disini penyebab timbulnya kesenangan adalah tercapainya keinginan; kita menjadi tenang, enak, lega, puas dan gembira. Namun harus digaris bawahibahwa dengan tercapainya keinginan belum tentu membuat kita bahagia dan sebaliknya dengan tidak tercapainya keinginan tidak membuat kita celaka. Ini orang suka keliru.

Sifat keinginan adalah meningkat dan juga menyusut. Keinginan bergerak maju dalam rangka mencari kekayaan, mencari keutamaan (kesohor), dan mencari kekuasaan. Ketika keinginannya tercapai,maka ia menginginkan yang lebih ldan lebih lagi yang tidak akan pernah digapainya. Akhirnya ia tidak bahagia. Dalam hubungannya dengan senang dan susah, sekalipun seseorang sudah memiliki kekayaan, ketenaran dan kekuasaan, toch tetap saja mengalami fase adakalanya senang adakalanya susah. Yang berkuasa dan yang dikuasi merasakan hal yang sama; sebentar senang sebentar susah.Yang miskin dan kaya, tenar dan periferal, juga dalam situasi merasakan susah senang. Jadi sebetulnya apa yang membuat kita iri hati atau sombong? Semua rasanya sama, setara. Kawan, di atas bumi ini dan di kolong langit ini, tidak ada barang yang pantas dicari, dihindari atau ditolak secara mati-matian. Kenapa sih kita mati-matian mencari, menghindari atau menolak sesuatu? Semua hal ini tidak membuat kita bahagia atau membuat celaka selamanya.

Keinginan yang menyusut, seperti kisah Nashrudin. Yang semula bercita-cita ingin merubah dunia, tidak berhasil. Kemudian berkeinginan merubah lingkungan saja, eh tidak berhasil juga. Lalu ia sekarang berkeinginan merubah diri sendiri. Kalau ini tidak berhasil juga,barangkali Nashruddin akan berkata “menjadi manusia apa adanya sajalah”. Jika tidak bisa juga, ya udah bagaimana aja yang penting hidup. Sekarang dia hidup dan menikmati hidupnya, bisa bahagia dia. Nah dengan tidak tercapainya keinginan tidak membuat celaka kan?

Nah, sifat keinginan yang meningkat dan menyusut inilah yang menyebabkan hidup manusia sejak muda sampai tua kadang susah kadang senang.

Nampaknya keinginan sudah ada sebelum kita menjadi manusia dan sesudah kita mati. Nyaris tidak berawal tidak berakhir. Sejak mani kita ingin menjadi darah, kaki, tangan, kepala hingga berbentuk manusia. Begitu mati, sedang di neraka kita ingin ke surga dan penghuni surga ingin menyatu dengan Tuhanya. Tuhan bukan alam, sampai disini bisu sudah semua pembicaraan.

Sudah dulu ya,saya hanya ingin mengatakan bahwa sifat keinginan itu bukan saja alamiah tetapi ada disemua tingkatan alam, kadang meningkat kadang menyusut. Tidak buruk hidup dengan keinginan,hanya jangan terganggu olehnya.Tuhan saja berkata:”Aku Khazanah Tersembunyi, Aku ingin dikenal, maka Aku menciptakan makhluk”. Ini keinginan Tuhan yang abu-abu. Dia tidak terganggu apakah makhluk akan mengenal-Nya atau tidak. Maka dari itu keinginan kita hendaknya juga harus gradual sambil kita mengukur diri. Janganlah menginginkan segala-galanya, ingin jadi orang taqwa saja sudah cukup. Kalau kamu bertaqwa, maka Tuhan sendiri yang akan mengajarimu! ***

Oh ya lupa, mau tahu gak; Apa Dua Keinginan Tuhan itu? ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun