Bila Amerika dan beberapa Negara Eropa memiliki perayaan Halloween, maka di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu ada perayaan Sekujang
Sekujang merupakan tradisi masyarakat Serawai yang dilakukan setiap tahun pada malam Rayo Pertamo (Lebaran Pertama). Tradisi Sekujang dilakukan sebagai upaya mendo’akan 'jemo putus'. Jemo putus adalah orang yang meninggal tanpa memiliki keturunan. Termasuk di dalamnya adalah para ibu yang meninggal saat melahirkan anak pertama, waria, orang yang mati dalam keadaan membujang, anak-anak yang meninggal, bahkan orang yang mati tanpa diketahui keberadaannya dan tidak memiliki kubur (misalnyanya mati hanyut, hilang di tengah hutan, di laut, jatuh ke jurang dan tidak ditemukan).
Layaknya Festival Halloween, para peserta tradisi Sekujang merupakan orang-orang yang berbalut kostum tertentu yang disebut sekura. Para sekura ini merupakan lambang arwah Sekujang. Pada mulanya kostum sekura hanya terbuat dari ijuk untuk arwah Pak Pandir dan karisiek (pelepah pisang kering) untuk istrinya. Sekura menggunakan topeng yang disebut sekura dayi yang terbuat dari upin pinang atau kayu.
Pada saat ini, sejalan dengan perkembangan dan makna jemo putus, maka jumlah dan jenis sekura ikut berkembang, berbentuk ibu hamil, pocong anak-anak dan waria.
Para sekura ini akan berkeliling kampong untuk meminta kue ke rumah-rumah penduduk. Sebelum berkeliling kampong, tetuo Sekujang akan meminta izin kepada Puyang Mulo Jadi untuk melepas para sekura. Lalu untuk menghindarkan bahaya, digunakan air tepung setawar sebagai pelindung mereka dari rasa gerah, gatal karena ijuk, dan bahaya tersulut api. Setelah itu barulah mereka dilepas dengan terlebih dahulu melakukan Tari Nelas.
Para sekura akan menyanyikan 'Ratapan Sekujang' sepanjang perjalanan mereka. 'Ratapan Sekujang' berupa lima hingga tujuh bait pantun yang bergantung dengan respons tuan rumah. Sebagai balasan kue yang diberikan, tuan rumah dapat meminta sekura untuk melakukan sesuatu, seperti bernyanyi, menari, berpantun, bersilat atau minta didoakan keselamatan dan kesembuhan. Kue-kue yang terkumpul dibawa ke masjid untuk didoakan imam atau perangkat desa.
Sekujang, sebuah tradisi unik dan perlu dilestarikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H